ETIndonesia-Entah ada apa dengan Ibu mertua baru-baru ini, tiba-tiba saja membelikan cemilan, mainan untuk anak perempuanku, bahkan sampai menginap sepekan lamanya.
Asal tahu saja, dialah yang bersikeras menentang pernikahan kami ketika itu. Dan dia baru setuju karena kekerasan hati istriku saat itu.
Meskipun setuju, tapi dia tidak begitu senang melihatku, dia merasa sosok orang sepertiku tidak punya masa depan yang cerah.
Setelah menikah, dia selalu pasang muka cemberut, apalagi saat istriku melahirkan anak perempuan, tidak pernah sekali pun dia datang menjenguk.
Sampai setelah aku dipromosikan dan mendapat kenaikan gaji di perusahaan, perlahan-lahan baru ada silaturahmi.
Aku bisa memaklumi dengan suasana hati mereka, karena bagaimana pun ibu mertua selalu lebih mengutamakan anak laki-laki daripada anak perempuan.
Jika bukan karena istriku yang bersikeras, kami juga tidak bisa bersama sekarang, jadi saat kondisi ekonomi keluarga berangsur-angsur membaik, istriku selalu mengirim lima ratus ribu – satu juta rupiah setiap bulan untuk ibunya atau ibu mertuaku.
Kami juga selalu memberi hadiah atau uang setiap saat hari raya, dan aku tahu semua ini, tapi diam saja. Karena bagaimana pun istriku juga sangat berbakti pada kedua orangtuaku di rumah.
Kali ini ibu mertua menginap di rumah, dan sikapnya sangat baik pada putriku, aku kira dia sudah mulai bisa menerima kehadiran seorang cucu perempuan, mau memperbaiki hubungan keluarga, dan aku pikir itu adalah hal yang menggembirakan ! Jadi aku pun tidak terlalu memperhatikannya.
Sampai suatu hari anak perempuanku bertanya kepadaku : “Ayah, bunga itu siapa sih, mengapa paman sampai tidak bisa pulang karena bunga (bunga pinjaman uang)!”
Aku tertegun seketika mendengar perkataan putriku, dan aku langsung paham dengan maksud kedatangan ibu mertua sampai menginap segala!
Ternyata ada perlu sama kami, pantas saja begitu ramah dan baik, bisa-bisa “matahari terbit dari ufuk barat” kalau ibu mertua bisa menjadi baik-ramah secara tiba-tiba.
Istriku adalah anak yang berbakti, dan selalu memberi uang pada ibunya, tapi bunga pinjaman rentenir itu tak ada dasar ujungnya, bunga berbunga, seperti bola salju yang semakin membengkak, dan akan terjebak semakin dalam.
Berpikir sampai disitu, keesokan paginya, aku langsung ke bank untuk mengganti PIN-nya. Aku khawatir istriku jadi luluh hatinya kalau ibu mertuaku itu sudah memelas, kemudian diam-diam memberinya uang !
Aku tidak tahu benar atau tidak dengan sikapku ini ? Apa aku agak egois? (jhn/yant)
(Sumber : story88.kkfunny)
Apakah Anda menyukai artikel ini? Jangan lupa untuk membagikannya pada teman Anda! Terimakasih.