ETIndonesia-Orang bilang hal tersulit yang dialami orang tua adalah kehilangan anak. Tapi juga sangat sulit untuk menghadapi orang yang bertanggung jawab atas kematian mereka.
Tapi itulah yang dilakukan Abdul Munim Sombat Jitmoud, dari St. Louis, di pengadilan, menghadapi seorang pria yang terlibat dalam pembunuhan anaknya dua tahun lalu. Tapi Jitmoud melakukan sesuatu yang membuat semua orang di pengadilan tertegun.
Saat itu tahun 2015.
Salahuddin Jitmoud tinggal di Lexington, Kentucky.
Salahuddin bermimpi untuk menjadi aktor, tapi untuk membayar tagihannya, dia bekerja sebagai petugas pengiriman Pizza Hut setempat.
Pada tanggal 19 April, Salahuddin mengatakan kepada orangtuanya bahwa dia memiliki satu pengiriman terakhir untuk dilakukan malam itu, dan kemudian dia akan kembali ke rumah. Salahuddin berangkat untuk mengantarkan pizza ke sebuah kompleks apartemen.
Tapi , dia tidak pernah sampai di rumah.
Saat dia tiba dengan makanan tersebut, Salahuddin dirampok dan ditikam sampai tewas. Dia Tewas karena luka-lukanya.
Salahuddin baru berusia 22 tahun.
Keluarga dan teman Salahuddin, dan seluruh komunitasnya, meratapi kematiannya yang mengejutkan itu. Kelas aktingnya membuat sebuah video penghormatan, dengan pemilik studio tersebut menggambarkan Salahuddin sebagai “Seorang pemuda baik hati, penyayang, pendiam dan sederhana yang memiliki semangat di dalam dirinya.”
Mereka awalnya tidak menemukan tersangka dalam pembunuhan tersebut. Tapi segera, keadilan ditegakkan saat tiga penangkapan dilakukan.
Penangkapan ketiga dilakukan pada bulan Juni: seorang pria bernama Trey Relford. Diketahui bahwa Relford lah yang merencanakan serangan tersebut. Seorang juri agung (grand jury) mendakwanya melakukan pembunuhan, merusak bukti, dan tuduhan perampokan.
Kasus ini berlanjut selama lebih dari dua tahun. Tapi akhirnya, Relford mengaku bersalah terlibat dalam pembunuhan tersebut.
Pada hari saat sidang mendengarkan keputusan untuk Relford. Pria berusia 24 tahun itu menghadapi hukuman mati.
Tapi keluarga Salahuddin berada di pengadilan hari itu … dan kesaksian ayahnya menentukan nasib terdakwa.
Jitmoud memberi kesaksian dalam pengadilan. Pengadilan mendengarkan penuh antisipasi saat dia berbicara dengan pembunuh anaknya secara langsung.
“Saya tidak marah pada Anda,” katanya pada Relford.
“Saya marah pada iblis. Saya menyalahkan iblis, yang membuat Anda tersesat untuk melakukan sebuah kejahatan yang mengerikan.”
Lalu, dia mengatakan sesuatu yang membuat semua orang menangis:
“Saya memaafkan Anda atas nama Salahuddin dan ibunya.”
Orang-orang tercengang karena Jitmoud bisa memaafkan pria itu yang telah membunuh putranya. Tapi jauh di lubuk hatinya, Jitmoud tahu itu adalah hal yang benar untuk dilakukan, mendapat kekuatan dari keyakinannya.
Hakim begitu tersentuh oleh kesaksian tersebut hingga pengadilan harus mengambil waktu istirahat.
Ketika mereka kembali, ada pernyataan emosional lain … kali ini, dari Relford.
“Saya menyesalkan peristiwa yang terjadi hari itu,” kata Relford sambil menangis, menurut Lexington Herald Leader. “Saya memuji Anda karena dibutuhkan orang yang kuat untuk mengetahui bahwa seseorang telah menyakiti mereka dan naik ke sana dan mengatakan semua yang baru saja Anda katakan.”
“Saya tidak bisa membayangkan luka, rasa sakit. Tidak ada yang bisa saya lakukan … saya berterima kasih atas pengampunan Anda.”
Lalu, sudah waktunya untuk keputusan hukuman.
Hakim, dengan mempertimbangkan kesaksian Jitmoud, memberi hukuman 31 tahun penjara kepada Relford.
Saat pengadilan mengizinkan, Jitmoud melakukan satu tindakan pengampunan terakhir.
Dia mendekat dan memeluk Relford.
Setelah terhindar hukuman mati namun menghadapi hukuman tiga dasawarsa di penjara, Jitmoud meyakinkan orang yang dihukum bahwa itu adalah kesempatan untuk mengubah hidupnya, dan untuk menemukan Tuhan.
“Jangan khawatir, ini sudah berakhir, Anda memiliki babak baru dalam kehidupan,” katanya, menurut Washington Post. “Awal yang baru. Anda harus pergi dan melakukan perbuatan benar, dan Anda bisa memulai di kurungan.”
“Ketika Anda keluar di dunia nyata dalam 31 tahun, Anda akan mempersiapkan diri untuk menjadi orang yang produktif.”
Semua orang yang meninggalkan ruang sidang tergugah oleh tampilan tak terduga dari perasaan belas kasihan dan menemukan inspirasi dalam tindakan Jitmoud.
“Di luar dari sesuatu yang sangat tragis, ini benar-benar ada sesuatu yang indah di sini yang berada di luar dugaan kita semua,” kata pembela umum Shannon Brooks-English kepada Lexington Herald-Leader.
Ibu Relford, Gail Coote Bird, juga ada di sana untuk berbicara dalam pembelaan anak laki-lakinya. Setelah pembacaan keputusan, dia mengucapkan terima kasih pada keluarga Jitmoud.
“Saya sangat menyesal atas kehilangan Anda,” kata Bird, menurut WKYT. “Saya sangat berterima kasih untuk menghibur saya dan keluarga saya.”
Kesempatan kedua dalam hidup, berkat tindakan pengampunan yang luar biasa.(iin/yant)
Sumber: en.goodtimes.my
Apakah Anda menyukai artikel ini? Jangan lupa untuk membagikannya pada teman Anda! Terimakasih.