oleh Li Lan
Menghadapi invasi pesawat tempur komunis Tiongkok ke zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan secara besar-besar dalam beberapa hari terakhir, Presiden Republik Tiongkok Tsai Ing-wen dalam sebuah artikel khusus yang diterbitkan oleh majalah AS ‘Foreign Affairs’ yang berjudul “Taiwan yang Berjuang untuk Mempertahankan Demokrasi — Kekuatan Kebaikan dalam Perubahan Tatanan Internasional” pada 5 Oktober menegaskan bahwa jika demokrasi dan cara hidup rakyat Taiwan terancam, maka pemerintah Taiwan akan membela diri dengan mempertaruhkan segalanya
Presiden Republik Tiongkok Tsai Ing-wen dalam artikelnya di majalah AS ‘Foreign Affairs’ menyebutkan bahwa sikap Taiwan dalam hubungan lintas selat masih tetap konsisten. Yaitu : Tidak akan menyerah pada penindasan, tetapi tidak akan menyerang meskipun mendapat dukungan internasional.
Taiwan tidak mencari konfrontasi militer. Tetapi jika demokrasi dan cara hidupnya terancam, Taiwan akan mempertahankan diri dengan segala cara. Demikian bunyi dalam artikel Presiden Tsai.
Sejak 1 hingga 5 Oktober siang hari, total ada 150Â pesawat militer komunis Tiongkok yang memasuki wilayah ADIZ Taiwan. Menurut berita yang dirilis Kementerian Pertahanan Nasional Taiwan, pada tahun 2020, pesawat militer komunis Tiongkok telah memasuki wilayah udara Taiwan secara ilegal sebanyak 380 kali, dan sepanjang tahun ini, hal yang sama sudah dilakukan sebanyak lebih dari 600 kali.
Chiu Kuo-cheng, Menteri Pertahanan Republik Tiongkok mengatakan : “Tekanan dari komunis Tiongkok ini juga merupakan dorongan bagi kami, mendesak kami untuk bersiap menghadapi perang”.
Selain sikap berperang yang disampaikan Chiu Kuo-cheng pada 5 Oktober, Kementerian Pertahanan Republik Tiongkok juga mengajukan anggaran belanja untuk memperkuat angkatan tempur untuk laut dan udara senilai NT. 240 miliar, dimana 64% untuk pembuatan senjata anti kapal selam. Ini adalah anggaran khusus otoritas Taiwan di luar anggaran pertahanan untuk tahun 2022 yang sebesar NT. 471,7 miliar.
Dalam artikel di ‘Foreign Affairs’ itu, Tsai Ing-wen menyebutkan bahwa, Taiwan telah mengambil serangkaian tindakan untuk memaksimalkan kemampuan pertahanannya dan tidak akan menerima begitu saja dukungan dari mitra keamanannya.
Namun Presiden Tsai juga mengingatkan masyarakat internasional bahwa Taiwan berada di garis depan perjuangan antara dua ideologi kebebasan, demokrasi dan otoritarianisme. Pada saat yang sama, Taiwan juga berada di posisi kunci pada rantai pulau pertama, berkaitan erat dengan stabilitas seluruh wilayah di Pasifik Barat dan perdagangan internasional. Kemakmuran Taiwan yang berkelanjutan itu ternyata dianggap bertentangan dengan propaganda juga ambisi Beijing.
Jika Taiwan jatuh, perdamaian regional dan sistem aliansi demokratis juga akan menanggung konsekuensi bencana. Tulis Tsai.
Mantan Direktur Intelijen Nasional AS John Ratcliffe pada 4 Oktober mengatakan : “Saya pikir jika komunis Tiongkok berkomitmen untuk menyerang Taiwan, maka sekarang adalah waktu terbaik. Mereka (otoritas komunis Tiongkok) mungkin akan menggabungkan berbagai faktor yang belum pernah terjadi sebelumnya”.
John Ratcliffe dalam sebuah wawancara dengan FOX News memperingatkan bahwa sekarang adalah periode paling berbahaya, karena otoritas komunis Tiongkok bisa melakukan invasi ke Taiwan. (sin)