60 Tambang Batubara di Shanxi, Tiongkok Ditutup yang Dikhawatirkan Berdampak dengan Pasokan Listrik Serta Harga Meroket

Luo Ya/Lin Cenxin

Provinsi Shanxi, Tiongkok dilanda hujan lebat selama beberapa hari. Kota Linfen, Kota Xiaoyi, Kota Jiexiu, dan Kabupaten Pu, yang terletak di sisi selatan Cekungan Shanxi mengalami bencana yang parah. Ini juga merupakan produsen utama batubara kokas. Hujan lebat menyebabkan banjir, tanah longsor, beberapa jembatan, rel kereta api, dan jalan rusak.

Jumlah penutupan tambang batubara secara bertahap meningkat. Menurut Departemen Manajemen Darurat Provinsi Shanxi, pada 10 Oktober, karena curah hujan, total 60 tambang batubara, 372 tambang non-batubara, dan 14 perusahaan kimia berbahaya ditangguhkan di Shanxi.

Sejak September lalu, 20 provinsi dan kota di Tiongkok telah mengeluarkan perintah penjatahan listrik. Sebanyak 14 provinsi, daerah otonom, dan kotamadya baru saja menandatangani “kontrak pasokan batubara” jangka menengah hingga panjang dengan Shanxi untuk kuartal keempat, dengan target 55 juta ton. 

Diantaranya, perusahaan batubara pemerintah pusat di Shanxi menjamin pasokan ke 5 provinsi dan kota termasuk Tianjin, Fujian, Hebei, Guangdong, dan Liaoning. 4 perusahaan milik negara termasuk Jinneng Holdings, Shanxi Coking Coal, Lu’an Chemical, dan Huayang New Material memiliki rekanan masing-masing di provinsi dan kota.

Namun demikian, banjir di Shanxi  menimbulkan kekhawatiran tentang kapasitas pasokan batubara.

Menurut penduduk setempat, bencana banjir dipengaruhi oleh konsentrasi curah hujan dan topografi jangka panjang.

“Karena hujan kali ini, jumlah hujan terlalu besar. Karena tambang batu bara berada ratusan mil di bawah tanah, sebenarnya tidak ada hubungannya dengan itu. Mungkin takut akan bahaya keamanan,” kata warga dari Shanxi, Mr Qin.  

Wu dari Kota Taiyuan, Shanxi mengatakan, “Taiyuan di timur dan selatan adalah Qingxu, Qingxu adalah daerah yang paling parah terkena dampak, dan dataran lebih rendah, Qingxu, Qixian, dan dua tepi Sungai Fenhe terletak di timur yang paling parah. Di sana ada Gunung Taihang dan Luliang. Saat hujan, air mencapai tengah gunung di kedua sisi, dan mencapai Dataran Fenhe. Semua air mengalir turun dari Gunung.”

Selain itu, iklim tahun ini sangat tidak normal. Curah hujan di banyak kota di Shanxi memecahkan rekor curah hujan tertinggi dalam sepuluh hari pertama Oktober.

Zhang dari desa  di Shanxi menuturkan, provinsi itu belum pernah mengalami banjir sebelumnya, karena Shanxi adalah tempat yang kering. Secara tradisional, Shanxi adalah provinsi yang langka air. Tahun ini agak tidak normal. Terutama di Lembah Sungai Fenhe. Tempat-tempat seperti Sungai Uma.

Shanxi adalah provinsi penghasil batu bara utama di Tiongkok, dengan 670 tambang batubara. Produksi batubara mentah Shanxi tahun lalu adalah 1,063 miliar ton, meningkat 8,2% tahun-ke-tahun.

Mongolia Dalam dengan produksi 1,01 miliar ton, penurunan tahun ke tahun sebesar 7,8%. Shanxi dan Mongolia Dalam menyumbang 53,7% dari produksi batu bara mentah Tiongkok.

Warga Taiyuan, Mr Wu mengatakan dikarenakan Shanxi sendiri memproduksi batu bara, tidak ada kekurangan listrik. Diperkirakan tambang batu bara akan kembali beroperasi setelah cuaca cerah.

Warga itu menambahkan, kekurangan listrik terjadi  di wilayah Timur Laut. Sedangkan Shanxi tidak mengalaminya karena memiliki tambang batu bara besar. 

Seorang profesor dari Fakultas Teknik Pertambangan Universitas Teknologi Taiyuan mengatakan kepada media bahwa Shanxi adalah daerah pegunungan, dan banyak tambang batu bara berada di jurang. Akibat hujan lebat, air hujan dapat mengalir kembali ke titik sumur, dan produksi harus dihentikan. Kali ini, Kereta Api Tongpu dan beberapa jalan terputus. Akibatnya, pengangkutan batubara di Provinsi Shanxi terkena dampaknya. 

Warga Shanxi mengkritik setelah nasionalisasi tambang batubara Shanxi, efisiensinya rendah, dan sulit untuk mengatasi kekurangan batubara dan penjatahan listrik di berbagai tempat.

Warga dengan inisial Zhang mengatakan, orang yang bertanggung jawab atas tambang batu bara milik negara karena khawatir terjadi kecelakaan tambang, dia tidak berani menjalankan produksi tenaga penuh, artinya, penambang batu bara hanya bekerja selama dua atau tiga jam sehari.

“Jika terjadi sesuatu, pemerintah akan memerintahkan penutupan total untuk perbaikan. Hasilnya ada lebih dari 60 tambang batu bara ditutup. Padahal dulu banyak tambang batu bara yang sudah ditutup, sehingga menyebabkan kekurangan batu bara,” ujarnya.

Minimnya pasokan batu bara mendorong kenaikan harga. Zhang menambahkan, harga batu bara untuk masyarakat meningkat lima kali lipat baru-baru ini. Suhu  telah turun menjadi sekitar 8 derajat Celcius dalam beberapa hari terakhir.

Warga itu juga mengutarakan, harga batu bara yang digunakan untuk alat pemanas sebelumnya lebih dari 300 yuan per barel, tetapi sekarang menjadi 1.500 yuan per barel. Artinya naik lima kali lipat dan mengejutkan. Walaupun Shanxi adalah tempat produksi batu bara, tetapi kini sudah tidak ada tidak ada batu bara.

“Bagaimana memenuhi kebutuhan untuk pemanas tahun ini saat musim dingin tiba? Ada gas, listrik, dan kayu bakar untuk memasak di daerah pedesaan. Namun, ada terlalu banyak kekurangan batu bara untuk pemanas di musim dingin. Sekarang orang-orang khawatir. Harga batu bara sangat tinggi di musim dingin. Sulit dikatakan, dua hari  lalu ada orang yang mati membeku,” katanya.

Orang-orang khawatir, musim dingin akan segera tiba. Jika ternyata orang-orang di Shanxi, sebuah provinsi dengan penghasil terbesar batu bara, justru mengalami kekurangan batu bara. Bahkan, lebih mengkhawatirkan lagi terhadap provinsi dan kota lainnya yang bukan penghasil batubara. (hui/asr)

FOKUS DUNIA

NEWS