Jin Shi
Saat situasi tegang di Selat Taiwan, pesawat tempur F-35A AS menyelesaikan uji “bom” berpemandu presisi. Selain itu, kapal perang terbesar Jepang itu juga melakukan uji terbang pesawat tempur pertamanya setelah Perang Dunia II.
Dua pesawat tempur F-35A AS baru-baru ini melakukan demonstrasi sistem senjata lengkap pertama, di mana mereka menguji bom berpemandu presisi B61-12.
Militer AS mengatakan bahwa seri B61 adalah senjata nuklir gravitasi taktis. Setelah ditambahkan ke F-35A, pesawat tempur siluman generasi kelima ini akan membawa kemampuan baru di level strategis.
Dilihat dari gambar yang dirilis oleh Angkatan Udara AS, internal F-35A dapat menampung bom B61, yang berarti bahwa pesawat tempur akan melakukan misi serangan nuklir tanpa memengaruhi kemampuan silumannya.
Pada 5 Oktober lalu, Departemen Luar Negeri AS mengumumkan bahwa militer AS saat ini memiliki persediaan 3750 hulu ledak nuklir. Ini adalah pertama kalinya Amerika Serikat mengumumkan jumlah hulu ledak nuklir setelah empat tahun.
Pada saat yang sama, pada 3 Oktober, dua pesawat tempur F-35B Korps Marinir AS lepas landas dan mendarat di kapal terbesar Jepang “Izumo”. Ini adalah pertama kalinya kapal perang Jepang menerbangkan jet tempur setelah Perang Dunia II.
Meskipun “Izumo” dikenal sebagai fregat, setelah deknya dimodifikasi, dari kapal ini dapat lepas landas dan mendaratkan pesawat tempur jenis tertentu, sehingga juga dianggap sebagai “kapal induk ringan”.
Video yang dirilis Japan Maritime Self-Defense Force menunjukkan proses pesawat tempur F-35B lepas landas dari “Izumo” dan akhirnya mendarat secara vertikal.
Jepang telah memesan sebanyak 42 unit pesawat F-35B dan melakukan modifikasi serupa pada kapal kembar “Kaga” dari “Izumo”. Dunia luar percaya bahwa penyebaran F-35 di Izumo dan Kaga ditujukan untuk mempertahankan diri dari ancaman Komunis Tiongkok.
Mulai Senin 4 April lalu , Jepang, Inggris, Amerika Serikat, Belanda, dan negara-negara lain telah meluncurkan pelatihan bersama di Laut China Selatan. Item pelatihan termasuk konfrontasi maritim, pertahanan udara armada dan perang anti-kapal selam.
Kapal induk “Queen Elizabeth” Angkatan Laut Inggris, dan kapal induk Angkatan Laut AS “Reagan” dan “Carl Vinson” berpartisipasi dalam pelatihan bersama.
Menteri Pertahanan Jepang Nobuo mengatakan pada Selasa 5 Mei lalu mengatakan bahwa tujuan pelatihan bersama adalah untuk mewujudkan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka. (hui)