Penelitian Menunjukkan Anak-Anak Jauh Lebih Cenderung Tanpa Bergejala Pada Kasus COVID-19

Anak-anak jauh lebih cenderung memiliki kasus COVID-19 tanpa menunjukkan gejala daripada orang dewasa, menurut sebuah studi baru.

Para peneliti menemukan, kira-kira setengah dari anak-anak berusia antara 0 hingga 11 tahun yang diuji positif menderita COVID-19 di seluruh rumah tangga yang diteliti di New York City dan beberapa kabupaten di Utah, tidak menunjukkan gejala-gejala. Hampir setengah  anak-anak berusia 12 tahun hingga 17 tahun menderita COVID-19 tanpa gejala.

Hal itu sebanding dengan hanya 12 persen orang dewasa berusia 18 tahun atau lebih yang menderita COVID-19 tanpa gejala-gejala.

Penelitian ini diikuti 1.236 orang di 310 rumah tangga antara September 2020 hingga April 2021 untuk melacak infeksi-infeksi bergejala dan tanpa gejala.

Para peserta melakukan swab hidung sendiri.

Penelitian tersebut menemukan angka infeksi COVID-19 yang serupa di seluruh kelompok usia, walaupun risiko infeksi lebih tinggi di New York City.

Empat puluh rumah tangga memiliki satu atau lebih infeksi COVID-19 selama masa penelitian tersebut. Sembilan puluh empat peserta dinyatakan positif.

Penelitian ini dirancang dengan baik, Dr. Monica Gandhi, profesor kedokteran di Universitas California, San Francisco, mengatakan kepada The Epoch Times.

“Mereka pada dasarnya dapat mengelompokkan 0 hingga 4, 5 hingga 11, dan kemudian naik dari sangat kecil kemungkinannya untuk sakit,” kata Dr. Monica Gandhi.

Para peneliti, termasuk Dr. Fatimah Dawood dengan Pusat Pencegahan dan Pengendalian (CDC) mengatakan bahwa penelitian tersebut menunjukkan bahwa rumah tangga tetap menjadi sebuah tempat umum penularan virus penyebab COVID-19.

“Temuan kami menunjukkan bahwa anak-anak dan orang dewasa memiliki angka kejadian  infeksi SARS-CoV-2 yang sama, menggarisbawahi perlunya evaluasi kemanjuran dan keamanan vaksin secara cepat pada anak-anak untuk memperluas indikasi vaksin ke kelompok usia yang lebih muda. Kami juga menemukan bahwa infeksi SARS-CoV-2 lebih sering tanpa gejala pada anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa, menyoroti kebutuhan untuk data tambahan mengenai risiko penularan SARS-CoV-2 dari orang-orang dengan  infeksi tanpa gejala, termasuk anak-anak,” mereka menyimpulkan.

SARS-CoV-2 adalah nama lain untuk virus  Komunis Tiongkok, yang menyebabkan COVID-19.

Dalam sebuah artikel terlampir yang juga diterbitkan di Jurnal Asosiasi Kedokteran Amerika Serikat, Dr. Flor Munoz, seorang ahli penyakit menular dan dokter anak-anak di Texas, mengatakan, penelitian tersebut harus mendorong langkah yang meringankan seperti memakai masker  dan jarak sosial dalam berbagai kegiatan kelompok, termasuk pengasuhan anak dan program setelah sekolah.

Yang lain tidak begitu yakin.

“Risiko hasil yang serius (rawat inap, kematian) adalah sangat rendah terjadi pada  anak-anak”–hampir sama dengan orang paruh baya yang menerima vaksinasi. Keputusan mengenai apakah anak-anak harus diharapkan untuk mematuhi langkah yang meringankan (atau berupaya) tergantung pada tingkat (dan jenis) virus yang beredar di komunitas pada saat itu, tingkat vaksinasi di antara populasi yang memenuhi syarat, dan toleransi risiko kami secara keseluruhan. Pasti ada ruang untuk orang-orang untuk tidak setuju pada poin-poin ini,” Dr. Adam Cifu, profesor kedokteran di Universitas Chicago, mengatakan kepada The Epoch Times dalam sebuah email.

Dr. Monica Gandhi mengatakan yang penting baginya  adalah seberapa rendah risiko anak-anak dari COVID-19.

“Bahkan di rumah tangga yang padat di daerah-daerah transmisi yang tinggi, anak-anak sangat kecil kemungkinannya untuk sakit,” kata Dr. Monica Gandhi.

Penelitian lain menunjukkan bahwa anak-anak sering tidak menderita kasus COVID-19 yang parah, ketika anak-anak itu tertular penyakit tersebut.

Penelitian lain yang baru-baru ini diterbitkan, dari Inggris, menemukan bahwa anak usia sekolah yang terjangkit penyakit ini biasanya memiliki durasi gejala yang singkat, bahkan setelah strain Delta dari virus  Komunis Tiongkok menjadi lazim.

Penyakit rata-rata ditemukan lima hari, dengan kemungkinan beberapa gejala yang lebih tinggi karena strain Delta dibandingkan dengan strain Alpha.

“Beberapa anak dibawa ke rumah sakit, dan durasi penyakit yang lama adalah jarang, dengan varian mana pun,” kata para peneliti. (Vv)