G20 Dinilai Kurang Komitmen, Dikritik dan Para Pemimpin Global Berharap ke COP26

Li Lan – NTD

2021 United Nations Climate Change Conference atauĀ  COP26 digelar di Skotlandia. Para pemimpin dari berbagai negara berharap untuk mempromosikan transformasi ekonomi Energi Baru Terbarukan (EBT).

Namun demikian, bagaimana memecahkan masalah kehidupan penduduk dalam jumlah besarĀ  di seluruh dunia yang bergantung pada sumber energi tradisional adalah masalah yang tak terelakkan

Segera setelah KTT G20 Roma, lebih dari 120 pemimpin global berkumpul di Glasgow, Skotlandia,  untuk menghadiri Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa. Konfrensi bertujuan untuk mengimplementasikan tujuan tak melebihi 1,5 derajat Celcius dalam peningkatan suhu rata-rata global pada tahun 2030. KTT G20 sebelumnya tidak menghasilkan rencana praktis untuk mencapai tujuan ini, yang dikritik oleh dunia luar.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berkata  “Perangkat kiamat (perubahan iklim) memang ada.”

Sekretaris Jenderal PBB AntĆ³nio Guterres mengatakan :  “Kita sedang menggali kuburan kita sendiri.”

Di bawah tekanan, penyelenggara dan tuan rumah COP26 telah mengucapkan kata-kata tegas, berjanji untuk mencapai kesepakatan dan membuat langkah-langkah khusus pada pertemuan ini.

Pada 1 November, pemerintah Biden berjanji bahwa Amerika Serikat akan mengurangi emisi gas rumah kaca lebih dari 1 miliar ton pada tahun 2030. Oleh karena itu, investasi bersejarah dalam energi bersih akan diperlukan untuk mencapai tujuan transformasi sistem ekonomi: dari berbasis ekonomi bahan bakar fosil menjadi ekonomi energi baru terbarukan.

Biden berkata : “Harga energi yang tinggi hanya akan meningkatkan kebutuhan mendesak akan diversifikasi energi, menggandakan promosi pengembangan energi bersih dan penerapan teknologi energi bersih terbarukan yang menjanjikan.”

Biden mengatakan bahwa Amerika Serikat akan mengumumkan langkah baru untuk mengatasi perubahan iklim dalam tujuh hari ke depan. Sebelum kunjungan Biden ke Eropa, tagihan pengeluaran US$1,75 triliun yang diperkenalkan oleh Kongres AS mencakup investasi US$555 miliar sebagai tanggapan terhadap perubahan iklim.

Pada hari yang sama, Perdana Menteri India Narendra Modi berjanji untuk mencapai tujuan nol emisi karbon pada tahun 2070.

Namun demikian, untuk negara bagian India dengan cadangan batu bara terbesar Jharkhand, mencapai tujuan menghentikan pembakaran batu bara berarti mata pencaharian masyarakat di sana akan terputus.

Menurut Sandeep Pai, peneliti senior di Center for Strategic and International Studies, sebuah think tank Washington, kehidupan hampir 4 juta orang di India terkait langsung atau tidak langsung dengan batu bara.

Swati Dsouza, Kepala Penelitian Aksi Iklim, National Foundation of India mengatakan Kebijakan internasional fokus pada garis waktu 50 tahun, kebijakan nasional fokus pada garis waktu 10 tahun, 20 tahun, dan fokus masyarakat pada hari esok. Akankah saya mendapatkan air? “Besok? , Apakah saya punya sesuatu untuk dimakan? Kecuali Anda mengatasi masalah ini, komunitas tidak akan mau beralih ke hal-hal yang tidak mereka pahami. Anda perlu menghilangkan ketakutan dan rasa tidak aman ini saat membuat rencana ini,

Masalah yang dihadapi India ini sebenarnya ada terhadap semua negara. Bagaimana mengatasi masalah mata pencaharian penduduk yang sangat besar yang mengandalkan sumber energi tradisional, sebenarnya merupakan masalah utama dalam mengatasi perubahan iklim. Bagaimanapun, mengatasi perubahan iklim adalah untuk mempertahankan kelangsungan hidup orang-orang. (hui)