Frank Fang – The Epoch Times
Institut Virologi Wuhan Tiongkok, laboratorium di pusat pengawasan yang ketat karena apakah laboratorium tersebut adalah sumber pandemi COVID-19, meluncurkan sebuah fasilitas penelitian baru pada awal tahun 2021 dan berusaha untuk mempekerjakan anggota Partai Komunis Tiongkok (PKT) yang setia di fasilitas tersebut.
Fasilitas baru itu, yang dikenal sebagai Laboratorium Jiangxia, akan fokus mempelajari patogen yang muncul, teknologi keamanan hayati, dan obat-obatan untuk pertahanan keamanan hayati, menurut media yang dikelola pemerintah Tiongkok. Terletak di provinsi Hubei, tengah Tiongkok, laboratorium baru itu secara resmi diresmikan pada bulan Februari.
Menurut situs web Institut Virologi Wuhan, fasilitas tersebut dipimpin oleh Gengfu Xiao, yang saat ini menjadi Sekretaris Partai Komunis Tiongkok yang tergabung dalam Institut Virologi Wuhan.
Di Tiongkok, sebagian besar perusahaan, sekolah, institusi, dan entitas lainnya memiliki cabang Partai Komunis Tiongkok atau sel Partai Komunis Tiongkok yang tertanam di dalamnya”–sebuah cara untuk rezim komunis Tiongkok untuk mempertahankan sebuah cengkraman yang kuat pada operasi dan staf entitas tersebut.
Sejak Mei, Institut Virologi Wuhan menerbitkan beberapa lowongan pekerjaan di situs webnya untuk posisi di fasilitas baru itu. Setidaknya dua daftar memiliki satu persyaratan kualifikasi yang spesifik–menjadi anggota Partai Komunis Tiongkok.
Sebuah postingan pekerjaan pada 17 Mei mencari seorang anggota Partai Komunis Tiongkok yang dapat mengisi sebuah posisi “manajemen komprehensif.” Orang tersebut harus menangani tugas administrasi, seperti mengkoordinir dan menyelenggarakan pertemuan penting dan acara besar.
Orang tersebut juga akan ditugaskan untuk menangani manajemen urusan Partai Komunis Tiongkok,yang mencakup memiliki tanggung jawab “pembangunan cabang Partai dan manajemen harian anggota Partai Komunis Tiongkok, menurut posting pekerjaan.
Pada 25 Agustus, Institut Virologi Wuhan memublikasikan sebuah postingan yang mencari seorang anggota Partai Komunis Tiongkok untuk mengisi sebuah posisi sumber daya manusia. Orang tersebut akan bertanggung jawab untuk mengisi peran terbuka dan tugas-tugas lain, seperti mengelola kontrak.
Dokumen perekrutan awalnya dilaporkan oleh The National Pulse.
Laboratorium Jiangxia adalah salah satu dari tujuh laboratorium baru yang didirikan di Hubei pada tahun 2021 sebagai bagian sebuah inisiatif pihak berwenang Provinsi Hubei untuk mengubah provinsi tersebut menjadi sebuah provinsi dengan sektor teknologi yang kuat.
Menurut media yang dikelola pemerintah Tiongkok, salah satu laboratorium tersebut berfokus pada optoelektronik, studi mengenai perangkat elektronik yang menggunakan cahaya, dan dijalankan oleh Universitas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Huazhong di Wuhan, ibukota Provinsi Hubei.
Dari lima laboratorium baru yang tersisa, satu laboratorium didedikasikan untuk meneliti teknologi yang berkaitan dengan ruang udara yang dijalankan oleh Universitas Wuhan, sementara laboratorium lain difokuskan pada pembiakan biologis yang dikelola oleh Universitas Agricultural Huazhong yang berbasis di Wuhan.
Rezim Tiongkok dengan keras menyangkal bahwa virus Komunis Tiongkok, patogen penyebab penyakit COVID-19, lolos dari Institut Virologi Wuhan, meskipun semakin banyak bukti tidak langsung yang menimbulkan pertanyaan mengenai potensi peran laboratorium tersebut dalam menyebabkan pandemi. Sebaliknya, rezim komunis Tiongkok berpendapat bahwa virus tersebut memiliki sebuah asal yang alami.
Pada Januari, Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat merilis lembaran fakta yang menyatakan bahwa, beberapa peneliti di Institut Virologi Wuhan jatuh sakit dengan gejala yang konsisten dengan gejala COVID-19 maupun gejala penyakit-penyakit musiman yang umum terjadi di musim gugur 2019.
Pernyataan tersebut bertentangan dengan sebuah klaim oleh seorang peneliti di Institut Virologi Wuhan yang mengklaim “tidak ada infeksi” di antara staf laboratorium dan para mahasiswa di laboratorium tersebut.
Institut Virologi Wuhan telah melakukan penelitian mengenai Coronavirus kelelawar selama lebih dari satu dekade dan berada dekat sebuah pasar setempat di Wuhan yang ditempuh dengan perjalanan berkendara singkat, di mana kelompok kasus infeksi pertama yang dilaporkan muncul.
Reporter investigasi Australia Sharri Markson, dalam sebuah episode American Thought Leaders, di Epoch TV baru-baru ini mengatakan bukti dengan cukup jelas menunjukkan sebuah kebocoran di Institut Virologi Wuhan.
Di antara bukti yang dikutip Sharri Markson adalah sebuah basis data Institut Virologi Wuhan yang berisi 22.000 virus yang tiba-tiba offline pada September 2019 dan bahwa Institut Virologi Wuhan menghabiskan USD 500.000 untuk meningkatkan keamanannya sebelum terjadinya pandemi. (VV)