Li Qingyi dan Huang Wei – NTD
KTT Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa berakhir pada 13 November, tetapi pada menit terakhir, Majelis Umum merevisi perjanjian tersebut, mengubah “penghapusan bertahap” batu bara menjadi “pengurangan bertahap”, yang mengecilkan kata-kata kunci tentang batu bara.
Perubahan ini karena kegigihan Tiongkok dan India, Ketua KTT Iklim Alok Sharma pada 14 November, mengatakan bahwa kedua negara perlu membuktikan bahwa langkah itu benar.
“Tentu saja, saya ingin memastikan bahwa semuanya terus ‘menghapus secara bertahap’ daripada mengubah kata menjadi ‘mengurangi secara bertahap’. Namun, dalam proses penghapusan, harus secara bertahap dikurangi. Tentu saja, terkait dengan Batubara, Tiongkok dan India harus membuktikan kepada negara-negara yang rentan terhadap pemanasan global bahwa apa yang terjadi (perubahan ini) adalah benar,” kata Alok Sharma, Ketua KTT Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-26.
Kesepakatan tersebut untuk pertama kalinya menyebutkan bahwa bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak bumi, dan gas alam merupakan faktor pendorong krisis iklim. Selain itu, menyebutkan bahwa batu bara merupakan penyumbang terbesar perubahan iklim.
Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson menuturkan, Untuk pertama kalinya dalam sejarah, lebih dari 190 negara sepakat untuk membunyikan lonceng kematian bagi energi batu bara.”
Perjanjian tersebut meminta semua negara untuk mengajukan rencana baru pada tahun 2022 untuk mempercepat pengurangan emisi karbon.
KTT iklim juga menyelesaikan aturan pasar karbon yang belum terselesaikan dari Perjanjian Paris. Negara-negara dapat memperdagangkan kuota emisi karbon di pasar global dengan menciptakan insentif moneter untuk pengurangan karbon. Kesepakatan ini terutama memecahkan dua masalah: jika satu negara menyumbangkan uang untuk membantu negara lain mengurangi karbon, seperti penghijauan atau pembangunan fasilitas energi terbarukan di negara lain, maka pencapaian pengurangan karbon negara lain dapat dihitung sebagai miliknya. Ada juga metode perhitungan kredit emisi karbon.
Selain itu, meskipun tuan rumah, Inggris, berharap dapat mengendalikan pemanasan iklim global hingga 1,5 derajat Celcius. Para ilmuwan PBB menilai pekan lalu bahwa rencana iklim terbaru dari berbagai negara memanaskan bumi hingga 2,7 derajat Celcius.
Ada juga banyak orang yang meragukan tentang KTT iklim apakah telah membuat kemajuan nyata. Pasalnya, penghasil utama gas rumah kaca belum membuat komitmen yang kuat. (hui)