oleh Heng He
Hilangnya pemain tenis Tiongkok Peng Shuai memicu keprihatinan internasional atas keberadaan dan keselamatan Peng Shuai. Seruan untuk diadakannya penyelidikan atas tuduhan penyerangan seksual oleh Peng Shuai terhadap seorang pensiunan pejabat Tiongkok ditanggapi secara lambat oleh Beijing, yang mana patut dipertanyakan. Kini justru menguak pertikaian internal Partai Komunis Tiongkok.
Peng Shuai, seorang juara ganda Grand Slam yang berusia 35 tahun, menuduh Zhang Gaoli melakukan pelecehan seksual terhadapnya sebelum ia menjadi gundik Zhang Gaoli. Zhang, 75, menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Tiongkok dari tahun 2013 hingga 2018.
Peng Shuai memposting tuduhan itu di sebuah platform media sosial Tiongkok pada tanggal 2 November, dan sejak itu, ia tidak terlihat di depan umum. Ketika topik tersebut tidak lagi heboh di internet, rekan-rekan Peng Shuai mulai angkat bicara.
Dua badan profesional tenis global teratas–—the Association of Tennis Professionals -ATP- dan the Women’s Tennis Association -WTA–—dan pemain-pemain tenis top–—termasuk Novak Djokovic dari Serbia, Naomi Osaka dari Jepang, dan Chris Evert dari Amerika Serikat–—semuanya mengkhawatirkan keselamatan Peng Shuai.
Asosiasi Tenis Wanita menyerukan sebush penyelidikan atas tuduhan Peng Shuai. Ketua Asosiasi Pemain Tenis Profesional, Andrea Gaudenzi mengatakan pada tanggal 15 November bahwa otoritas-otoritas tenis “sangat prihatin” dengan “keamanan langsung dan keberadaan” Peng Shuai.
Tanggapan resmi datang terlambat.
Pada 17 November, media pemerintah Tiongkok Global Television Network (CGTN) memposting sebuah email di akun Twitter miliknya, yang mengklaim bahwa email tersebut ditulis oleh Peng Shuai dan ditujukan kepada Ketua Asosiasi Tenis Wanita, Steve Simon. Peng Shuai diduga membantah klaimnya mengenai serangan seksual tersebut.
Email tersebut, yang di-tweet oleh CGTN, dimulai dengan, “Halo semuanya, ini Peng Shuai.” Kemudian selanjutnya dikatakan bahwa tuduhan penyerangan seksual tersebut adalah “tidak benar” dan “saya tidak hilang, saya berada dalam keadaan yang aman.”
Namun, netizen segera menemukan bahwa ada sesuatu yang mencurigakan mengenai email tersebut. Mereka menduga bahwa apa yang disebut email itu adalah sebuah tangkapan layar dari sebuah dokumen yang sedang diedit, karena ada sebuah kursor di atasnya, yang hanya muncul saat mengedit teks.
Selanjutnya, apa yang disebut email itu yang di-tweet oleh CGTN tidak memiliki pengirim, penerima, atau alamat. Dari mana CGTN mendapatkan email ini? Pasti bukan dari penerima Steve Simon karena email tersebut tampaknya sedang dalam tahap penulisan atau pengeditan, dan belum dikirim.
Menanggapi CGTN, Steve Simon menulis dalam sebuah pernyataan: “Pernyataan yang dirilis hari ini oleh media pemerintah Tiongkok mengenai Peng Shuai hanya menimbulkan kekhawatiran saya saja akan keselamatan dan keberadaan Peng Shuai. Saya sulit untuk percaya bahwa Peng Shuai benar-benar menulis email tersebut yang kami terima atau percaya apa yang dikaitkan dengan dia.”
Terlebih lagi, gaya penulisan di email ini adalah berbeda dengan posting blog Peng Shuai yang pertama –—mungkin tidak ditulis oleh orang yang sama.
Email Palsu?
Bahaya ini menunjukkan bahwa email tersebut mungkin telah dibuat, kemungkinan besar di sebuah komputer milik CGTN, atau CGTN terlibat langsung dalam
proses pembuatan email tersebut. Tidaklah mengherankan bahwa email itu adalah palsu, tetapi mengapa pemalsuan itu begitu ceroboh?
Pertama, hal tersebut mencerminkan arogansi kekuasaan. Corong Partai Komunis Tiongkok berbohong sepanjang waktu dalam propaganda domestik, dengan bantuan penyensoran internet.
Jadi, tidak peduli apakah para pemirsa mempercayai konten tersebut atau bukan. Propaganda tersebut diekspor ke luar negeri, tetapi pihak-pihak berwenang lupa bahwa orang-orang di luar Tiongkok dapat menantang konten-konten dengan bebas.
Apakah ada indikasi perebutan kekuasaan tingkat-tinggi Partai Komunis Tiongkok di balik postingan Peng Shuai?
Beberapa orang berpikir bahwa adalah mustahil untuk postingan tersebut tetap ada di internet selama sekitar 20 menit, mengingat kendali penyensoran yang ketat.
Dengan demikian, pasti ada seseorang yang dengan sengaja membiarkan postingan itu tetap ada di sana untuk sementara waktu, sehingga dapat berfungsi sebagai sebuah peringatan bagi orang-orang tertentu atau kementerian pemerintah tertentu.
Beberapa orang percaya postingan itu ditulis oleh Peng Shuai, karena pesannya terasa asli. Tetapi tidak jelas apakah seseorang telah mengeditnya.
Komentator Heng He yakin postingan itu adalah asli. Ia berpikir keadaan di sekitar insiden itu adalah tidak rumit ketika posting itu dirilis.
Namun demikian, begitu posting itu dirilis, beberapa pejabat Partai Komunis Tiongkok, mungkin ingin menggunakan posting itu untuk tujuan-tujuan politik. Ini tidak harus ada hubungannya dengan motif Peng Shuai.
Perebutan kekuasaan secara internal tidak mengubah sifat Partai Komunis Tiongkok. Tidak penting siapa yang kalah atau menang, Partai Komunis Tiongkok tetap akan melakukan perbuatan jahat. Tetapi, perebutan kekuasaan Partai Komunis Tiongkok memiliki tujuan sendiri.
Perebutan Kekuasaan Internal Partai Komunis Tiongkok
Partai Komunis Tiongkok biasanya bekerja di belakang layar. Perebutan kekuasaan kadang menjadi jelas, sehingga dunia luar dapat memiliki sebuah kesempatan yang langka untuk menangkap sekilas rahasia Partai Komunis Tiongkok.
Misalnya, gejolak politik Partai Komunis Tiongkok pada tahun 2012 dimulai ketika Wang Lijun, seorang kepala polisi dan Wakil Walikota kota Chongqing, melarikan diri ke Konsulat Amerika Serikat di Chengdu, ibukota Provinsi Sichuan, berpakaian seperti seorang wanita dan membawa dokumen rahasia top pemerintah Tiongkok. Kejadian ini mengungkapkan perebutan kekuasaan di antara pejabat tinggi Partai Komunis Tiongkok. Pembersihan pejabat tinggi di tahun-tahun berikutnya, di bawah Xi Jinping, memaparkan banyak skandal dan rahasia Partai Komunis Tiongkok.
Hasil lain dari perebutan kekuasaan adalah Partai Komunis Tiongkok menghukum anggotanya sendiri yang telah melakukan banyak kekejaman. Misalnya, di bawah kampanye anti-korupsi, Zhou Yongkang, mantan anggota Komite Tetap Politbiro dan kepala keamanan, serta Li Dongsheng, Kepala “Kantor 610” yang terkenal kejam disingkirkan dan dijatuhi hukuman penjara. Mereka berdua menganiaya banyak praktisi Falun Gong dan aktivis hak asasi manusia.
Mungkin saja kasus Peng Shuai adalah bagian sebuah perebutan kekuasaan yang bertujuan untuk menjatuhkan kubu mantan pemimpin Partai Komunis Tiongkok Jiang Zemin.
Dalam skenario ini, kubu Xi Jinping menggunakan Zhang Gaoli untuk mengirim sebuah peringatan: kubu Jiang Zemin dan kroni-kroninya dapat dijatuhkan. Sekarang Zhang Gaoli sudah pensiun, ia tidak memiliki kekuasaan untuk melawan balik.
Dulu Zhang Gaoli dipromosikan ke dalam Komite Tetap Politbiro ke-18 oleh Jiang Zemin untuk mengawasi kepentingan kubu Jiang Zemin. Situasi ini menunjukkan bahwa berbagai kubu Partai Komunis Tiongkok bertarung satu sama lain untuk memperebutkan kekuasaan, untuk mengantisipasi Kongres Nasional Partai Komunis Tiongkok mendatang.
Mengenai Peng Shuai, niat mereka akan mengurangi atau menyembunyikan situasi tersebut setelah tujuan mereka terpenuhi, untuk mencegah citra Partai Komunis Tiongkok menjadi rusak.
Lalu, mengapa CGTN mengaduk-aduk insiden tersebut saat cerita Peng Shuai sudah mulai mereda di internet? Tidak diragukan lagi bahwa gelombang baru dari selebriti olahraga dan selebriti dunia hiburan, mendapat banyak perhatian media, tetapi setelah muncul email palsu CGTN, insiden tersebut segera menjadi viral di platform media sosial global, karena CGTN adalah corong luar negeri Partai Komunis Tiongkok, dan media arus utama Amerika Serikat juga mengambil cerita ini.
Apakah ini niat awal CGTN? Jika demikian, lalu mengapa CGTN menunggu selama 15 hari untuk menanggapi postingan Peng Shuai pada 2 November?
Di balik layar, adalah sangat mungkin CGTN menanggapi seruan Asosiasi Tenis Wanita untuk dilakukan penyelidikan atas tuduhan Peng Shuai dan kekhawatiran Asosiasi Tenis Wanita akan keselamatan dan keberadaan Peng Shuai.
Juga, anggota Komite Tetap Politbiro yang tidak aktif mungkin tidak memiliki hak istimewa semacam itu, untuk menggunakan sebuah aparatur negara untuk menahan penyebaran berita, karena penyensoran domestik dan penanggulangan internasional adalah masalah yang sama sekali berbeda.
Penanggulangan internasional membutuhkan otoritas yang lebih tinggi, bahkan otoritas tertinggi. Itu juga adalah alasan juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok yang menolak menjawab pertanyaan mengenai Peng Shuai pada sebuah konferensi pers harian.
Kemungkinan lain adalah bahwa skandal ini tidak ditargetkan kepemimpinan pada saat ini, karena Zhang Gaoli adalah anggota kubu Jiang Zemin.
Di bawah kepemimpinan Xi Jinping, pejabat tinggi Partai Komunis Tiongkok memiliki terlalu banyak hal yang perlu dikhawatirkan: hubungan Amerika Serikat-Tiongkok, masalah Selat Taiwan, Sidang Pleno Keenam, dan Kongres Nasional Partai Komunis Tiongkok ke-20 mendatang.
Postingan Peng Shuai bukanlah bagian agenda mereka. Oleh karena itu, kubu Xi Jinping menggunakan CGTN untuk menyebarkan berita tersebut sebagai sebuah peringatan kepada kubu Jiang Zemin. Seorang pejabat tingkat rendah, atau seseorang yang memiliki hubungan dekat dengan CGTN, digunakan untuk memberi perintah. Karena perintah tersebut bukan dari pejabat tingkat tinggi, CGTN melakukan pekerjaan itu setengah hati.
Kemungkinan terakhir adalah bahwa pejabat tingkat tinggi Partai Komunis Tiongkok tertentu berpikir bahwa insiden tersebut belum mendapat cukup perhatian dari masyarakat internasional, dan memutuskan untuk menghebohkan insiden tersebut dengan membuat dan mengirim sebuah email melalui CGTN. Jika ini masalahnya, maka tidak jelas apakah langkah itu dimaksudkan untuk melemahkan kubu Jiang Zemin atau kubu Xi Jinping.
Memaparkan Sifat Sejati Partai Komunis Tiongkok
Tetapi hasilnya mungkin bukan yang diinginkan rezim Tiongkok. Email CGTN itu menarik perhatian orang-orang yang tidak tertarik dengan topik apa pun mengenai Tiongkok, misalnya, beberapa penggemar olahraga.
Sekarang orang-orang itu mulai memperhatikan hak-hak asasi manusia di Tiongkok melalui situasi Peng Shuai, terlepas dari keanggotaan politik mereka. Hal ini menunjukkan sebuah perubahan total dalam sikap masyarakat Amerika Serikat dan komunitas internasional terhadap Partai Komunis Tiongkok jika dibandingkan dengan insiden NBA dua tahun lalu.
Pada Oktober 2019, manajer umum Houston Rockets Daryl Morey menulis di Twitter: “Berjuang untuk kebebasan. Membela Hong Kong”—–sebuah pesan dukungan untuk para pengunjuk rasa Hong Kong menentang Rencana Undang-Undang ekstradisi. Konsulat Tiongkok di Houston meminta tindakan segera untuk “memperbaiki kesalahan itu,” dan NBA langsung menjauhkan diri dari Daryl Morey.
Segera setelah itu, Daryl Morey memposting dua tweet untuk menekankan bahwa ia tidak bermaksud menyinggung siapa pun dan “hanya menyuarakan satu pemikiran, berdasarkan satu interpretasi, mengenai satu peristiwa yang rumit.”
Pemain bintang Houston Rockets James Harden juga meminta maaf atas tweet milik Daryl Morey. “Kami memohon maaf. Anda tahu, kami mencintai Tiongkok, kami senang bermain di sana,” kata James Harden.
Kali ini, Asosiasi Tenis Wanita dan banyak pemain tenis terkenal menunjukkan kepedulian dan dukungannya yang kuat untuk Peng Shuai. Diukur dari laporan media, pesan para pembaca, dan komentar di platform media sosial, seseorang dapat melihat bahwa orang-orang bersimpati dengan Peng Shuai dan mendukung Peng Shuai dan tidak percaya pada Partai Komunis Tiongkok. Kali ini, tidak ada yang berada di Partai Komunis Tiongkok. Mengapa masyarakat internasional tidak mempercayai CGTN?
Ini karena lingkungan internasional telah berubah selama beberapa tahun. Tetapi, Partai Komunis Tiongkok tidak berubah. Partai Komunis Tiongkok tidak pernah memenuhi janjinya sendiri dan Partai Komunis Tiongkok berbohong sepanjang waktu. Partai Komunis Tiongkok selalu seperti ini. Tetapi negara-negara Barat adalah mulai menyadari sifat sejati Partai Komunis Tiongkok, karena kebusukan Partai Komunis Tiongkok secara sedang dipaparkan.
Lanskap politik di Tiongkok akan segera berubah.
Sebuah jajak pendapat yang dirilis oleh Pew Research Center pada tahun 2020 menunjukkan sebuah penurunan jumlah orang yang tajam dalam memandang Partai Komunis Tiongkok secara positif. Partai Komunis Tiongkok hanya dapat menyalahkan dirinya sendiri. Reputasi CGTN yang buruk juga menambah hasil polling. CGTN digugat oleh para korban dan organisasi-organisasi hak asasi manusia di seluruh dunia atas keterlibatan CGTN dalam
pengakuan televisi secara paksa oleh Partai Komunis Tiongkok. Izin penyiaran CGTN dicabut oleh Ofcom dari Inggris.
Pada 20 November, seorang jurnalis dari sebuah “media yang berafiliasi dengan negara Tiongkok”, memposting “tiga foto terbaru” dari Peng Shuai, tetapi hal ini telah memicu lebih banyak kekhawatiran karena Partai Komunis Tiongkok telah mendapatkan foto pribadi Peng Shuai, yang sama sekali bukan sebuah pertanda baik. PBB dan Gedung Putih menyatakan keprihatinannya atas keamanan Peng Shuai.
Saya tidak akan terkejut jika Peng Shuai muncul di TV berbicara mengenai kehidupannya yang “bahagia.” Hal itu akan menjadi jenis lain dari pengakuan TV yang telah kita lihat berkali-kali.
Tetapi saya menilai, sangat aneh ketika Partai Komunis Tiongkok terus-menerus menggunakan CGTN, yang tidak lagi memiliki kreadibilitas, sebagai alat propaganda Partai Komunis Tiongkok. Terlepas dari berbagai faktor, alasan, dan motivasi di balik insiden ini, hasilnya adalah semakin banyak orang yang melihat sifat sejati Partai Komunis Tiongkok. (Vv)