Li Lan – NTD
Hitungan kurang dari sepuluh hari, Covid-19 dari Varian Omicron telah menginvasi setidaknya 38 negara di seluruh dunia. WHO memperingatkan negara-negara Asia-Pasifik pada Jumat (3/12/2021) untuk mempersiapkan menghadapi Omicron.
Kepala Urusan Teknis COVID-19 di WHO, Maria Van Kerkhove mengatakan pihaknya melihat bahwa tingkat penularan Omicron meningkat dan semakin banyak kasus Omicron ditemukan.”
Pada laporan pertama, Afrika Selatan, para ilmuwan lokal mengatakan bahwa kecepatan komunikasi Omicron lebih dari dua kali lipat dari delta.
Meskipun ada mengatakan bahwa tubuh utama virus masih delta varian, tetapi dengan penyebaran omicron yang cepat, dunia kemungkinan akan menangani dua variasi virus sekaligus.
Takeshi Kasai, penanggung jawab untuk Western Pacific mengatakan Kontrol perbatasan dapat dilakukan (menunda virus ke dalam), tetapi setiap negara dan setiap komunitas harus dipersiapkan untuk kasus-kasus baru.”
Setelah Omicron menyerang Afrika Selatan dan Eropa, WHO peringatkan wilayah Asia Pasifik harus mempersiapkan wabah Omicron. Kasus varian baru telah dilaporkan di Australia, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Malaysia dan India.
Pada briefing pandemi ke-3, tim pencegahan Gedung Putih tidak memberikan informasi lebih lanjut tentang virus Omicron itu sendiri. Rochelle Walensky, Direktur Pusat Pengendalian Penyakit AS (CDC) mengingatkan bahwa saat ini 99,9% dari virus AS didiagnosis dengan infeksi varian Delta.
Reuters melaporkan bahwa diagnosis Delta di Prancis telah hampir 50.000 kasus dalam sehari selama berturut-turut. Sedangkan Menteri Kesehatan Prancis Olivier Veran mengatakan bahwa sistem rumah sakit tertekan. Diperkirakan jumlah kunjungan rutin rumah sakit akan mencapai puncaknya pada Januari tahun depan.
Untuk varian baru virus, CEO Jerman BioNTech, Ugur Sahin mengatakan pada hari Jumat, perusahaannya memiliki kemampuan untuk menyesuaikan vaksin dengan cepat terhadap varian Omicron.
“Saya benar-benar percaya bahwa kita akan memerlukan vaksin baru secara khusus untuk varian baru seperti itu pada titik waktu tertentu,” ujarnya.
WHO mengatakan, untuk saat ini tidak ada laporan tentang kasus kematian akibat varian baru ini. (hui)