Meng Xinqi/Yi Ru/Wang Mingyu
Apa yang disebut “kebijakan zero kasus” Tiongkok untuk pencegahan epidemi telah berdampak besar pada industri pengiriman. Baru-baru ini, pihak berwenang mengeluarkan peraturan baru untuk virus varian Omicron, yang mana telah memberikan tekanan lebih besar pada pelabuhan Tiongkok untuk mencegah epidemi. Bahkan, membuat transportasi rantai pasokan yang awalnya terkena dampak, kini semakin memburuk.
Ketika varian baru dari virus Omicron menyebar, kebijakan anti-epidemi “zero kasus” yang ketat meningkatkan tekanan pada pelabuhan di Tiongkok.
Nikkei Asian Review melaporkan bahwa pemerintah Tiongkok mewajibkan awak kapal kargo untuk diskrining terkait COVID-19 sebelum berlabuh. Bahkan jika hanya ada satu dugaan kasus positif di kapal, semua awak kapal harus dikarantina di area berlabuh lepas pantai selama 14 hari.
Apalagi setelah munculnya virus varian baru Omicron, Beijing menambah masa karantina wajib bagi awak kapal yang masuk dari 6 minggu menjadi 7 minggu.
Pada saat yang sama, sejumlah pelabuhan Tiongkok menjadi lebih padat sebagai akibatnya, dan waktu kapal untuk tiba di pelabuhan lain terus tertunda.
Pakar keuangan Taiwan Huang Shicong mengatakan, alasan utamanya adalah setelah mereka mencapai zero kasus, banyak pekerja tidak dapat pergi bekerja, dan banyak kapal kontainer tidak dapat dikirim sesuai jadwal. Apalagi, kini sudah berada di puncak permintaan pasar di dunia. Akibatnya, banyak produk tidak bisa dikirim. Hingga kecepatan pemrosesan yang awalnya menumpuk di pelabuhan juga akan melambat. Jadi, pasti akan berdampak pada seluruh rantai pasokan dunia.”
Pada 15 Desember, Dewan Negara partai Komunis Tiongkok mengklaim bahwa pertukaran anggota awak kapal akan mengadopsi manajemen yang lebih ketat. Mulai 15 Februari 2022, anggota awak kapal harus lulus tes di negara asing sebelum tiba di pelabuhan Tiongkok.
Peraturan ini sangat merepotkan pelabuhan di Eropa dan Amerika Serikat, karena pelabuhan Eropa dan Amerika saat ini sangat padat. Bahkan, tidak banyak tenaga kerja untuk menangani kargo dalam jumlah besar. Sementara itu, tidak ada waktu luang mengatur waktu untuk mengatur pekerja untuk test COVID-19.
Menurut data tingkat ketepatan waktu kapal kargo global terbaru Sea-Intelligence, tingkat ketepatan waktu kapal kontainer global akan berkurang dari 40% pada akhir tahun ini.
Li Linyi, seorang komentator tentang masalah terkini di Amerika Serikat menilai, logistik global sudah berantakan, tetapi kebijakan Zero kasus Tiongkok secara artifisial memperburuk masalah. Sehingga menyebabkan penundaan atau bahkan pemutusan rantai pasokan. Jika epidemi memburuk , efek lanjutannya membuat semakin banyak orang tidak akan tahan memproduksi barang di daratan Tiongkok.”
Lambatnya logistik menyebabkan kenaikan tarif angkutan untuk angkutan laut. Freightos Baltic Index, yang melacak tarif angkutan peti kemas di 12 rute pelayaran teratas dunia, menunjukkan bahwa indeks telah meningkat lebih dari 550% sejak awal tahun 2020.
Seorang manajer di sebuah perusahaan logistik global besar mengatakan kepada media daratan Tiongkok, “Dalam sepuluh tahun terakhir, ia tidak pernah menghadapi situasi mendesak ini. Harga pengiriman atau sumber daya transportasi, mereka menghadapi tekanan dan kesulitan yang belum pernah terjadi sebelumnya.”
Li Linyi mengungkapkan,”hasil akhir dari hal semacam ini pastilah bahwa order dari perusahaan asing itu telah ditarik dari daratan Tiongkok satu demi satu. Ketika pelabuhan hub inti memiliki lebih banyak masalah dan semakin banyak barang yang menumpuk, maka perusahaan di Barat pada akhirnya harus menyerah.”
Keterlambatan pengiriman, posisi penyimpanan yang sempit, dan tarif pengangkutan yang tinggi membawa kesulitan besar bagi perusahaan impor dan ekspor.
Agar pengiriman barang ke pelanggan tepat waktu, beberapa perusahaan dan merchant yang semula menempuh jalur pelayaran harus memilih transportasi udara yang lebih mahal.
Namun demikian, pada tahun ini, harga angkutan udara sudah mulai naik dari RMB 60 per kilogram, dan pada peak season di akhir tahun, harga mencapai maksimal RMB 120 per kilogram.
Pakar keuangan Taiwan Huang Shicong percaya bahwa kenaikan biaya pengiriman dan transportasi udara, tidak hanya akan mempengaruhi perusahaan perdagangan luar negeri, tetapi juga akan berdampak pada ekonomi Tiongkok.
Huang Shicong menilai, pada saat ini, sebagian besar negara percaya bahwa prospek ekonomi dunia untuk tahun depan lebih baik, tetapi satu-satunya variabel yang mereka khawatirkan adalah bahwa akan ada masalah besar di Tiongkok, termasuk penutupan ekonominya sendiri. Dengan asumsi dampak dari epidemi, dua faktor akan membuat ekonomi Tiongkok semakin tidak mampu bangkit, dan tentu saja akan berdampak buruk bagi dunia.”
“China Business News” mengutip Bharat Ahir, CEO perusahaan konsultan rantai pasokan 28one, bahwa ketika rantai pasokan berada di bawah tekanan, konsumen pada akhirnya akan merasakan dampaknya. Yang pertama adalah pasokan akan berkurang, dan yang lainnya adalah semua barang akan lebih mahal bagi masyarakat. (hui/asr)