Mantan Dokter Olahraga Tim Nasional Tiongkok Ungkap Penggunaan Obat Terlarang di Kalangan Atlet

oleh Yi Fan dan Wang Jiayi 

Xue Yinxian, mantan dokter olahraga tim nasional Tiongkok melarikan diri dari Tiongkok pada tahun 2017 dengan membawa serta 68 bundel catatan harian selama bertugas sebagai dokter olahraga.

 Putranya Yang Weidong telah mengambil isi buku dari harian itu dan mengkompilasikannya dalam buku berjudul ‘Obat-Obatan Terlarang Tiongkok’, yang dalam waktu dekat akan diterbitkan. 

Buku tersebut mengungkapkan kisah penggunaan obat-obatan terlarang oleh para atlet Tiongkok. Buku yang akan diedarkan menjelang Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022, dimaksudkan untuk mengingatkan masyarakat internasional bahwa Tiongkok tidak hanya melanggar hak asasi manusia, tetapi juga melanggar semangat Olimpiade. 

Penggunaan obat terlarang bagi atlet adalah kehendak sistem olahraga Tiongkok

Dalam wawancara eksklusif dengan Radio Free Asia pada 6 Januari, Yang Weidong yang mengutip tulisan ibunya dari catatan harian mengatakan, bahwa atlet Tiongkok mulai menggunakan obat terlarang pada tahun 1978. 

Pada 11 Oktober tahun itu, Mr. Chen Xian yang menjabat sebagai Wakil Direktur Komisi Olahraga Negara saat itu, dalam pertemuan Biro Pelatihan Urusan Medis Komisi Olahraga Nasional yang ia pimpin mengatakan kepada seluruh hadirin, termasuk Xue Yinxian yang juga hadir sebagai dokter tim olahraga bola basket, bahwa doping sekarang digunakan di luar negeri, “Mengapa kita tidak juga menggunakannya ?” Katanya. Dan sejak itu, sejarah atlet Tiongkok menggunakan obat terlarang telah dimulai.

Saat itu, Tiongkok baru saja mengakhiri Revolusi Kebudayaan, dan terjadi kekurangan bahan pangan yang cukup serius. Bahkan perlu kupon yang dibagikan pemerintah agar bisa membeli makanan. Bagaimana stamina atlet cukup kuat untuk bersaing secara internasional ? Jadi doping dihalalkan.

Setelah 1981, tim bola voli putri Tiongkok secara berturut-turut telah memenangkan kejuaraan internasional. Bahkan, sejak tahun 1980, Luo Weisi, dokter tim bola voli putri Tiongkok mulai mempelajari efek dari penggunaan obat stimulan atau doping. 

Dia menerbitkan dua artikel tentang atlet yang menggunakan tablet Iron (ferrous sulfate) di majalah “Sports Science” Tiongkok pada tahun 1982. Asupan zat besi harian rata-rata orang adalah 10 hingga 15 mikrogram, sedangkan asupan harian para atlet tersebut “digenjot” sampai mencapai 600 hingga 800 mikrogram. Setelah mengonsumsi pil ini, tubuh tidak mampu mencernanya, sehingga elemen besi ini akan tersimpan di dalam tubuh, dan menimbulkan masalah setelah bertahun-tahun.

Atlet Tiongkok pertama yang menggunakan obat terlarang adalah pemain tenis meja, atlet angkat berat, atletik, dan para perenang. Pada fase percobaan selanjutnya, semua atlet diwajibkan untuk menggunakan doping, termasuk Lang Ping, pemain bola voli putri Tiongkok yang terkenal saat itu. 

“Dia baru berusia 20-an pada 1980-an, bagaimana dia bisa menolak aturan yang diterapkan sistem ?” Luo Weisi menyebut nama Lang Ping menggunakan doping dalam artikel yang diterbitkan pada saat itu.

Atlet-atlet ini mengalami efek samping setelah menggunakan doping, sakit kepala yang tidak dapat dijelaskan, nyeri tubuh, dan cedera olahraga yang seharusnya tidak akan terjadi.

Dari tahun 1978 hingga 1985, Xue Yinxian menjabat sebagai kepala tim pengawasan medis di Departemen Medis Biro Pelatihan Komisi Olahraga Negara. 

Setiap minggu, Departemen medis mengadakan kelas pembelajaran, saling bertukar pengalaman bagi setiap cabang olahraga, dan masalah yang dihadapi oleh setiap tim harus dilaporkan kepada Xue Yinxian. 

Catatan-catatan inilah yang kemudian ia kumpulkan dalam bundel. Buku yang bakal diterbitkan itu akan membuat banyak catatan harian itu tidak lagi menjadi rahasia.

Di Majalah Senam edisi bulan November 1987, Xue Yinxian menerbitkan sebuah artikel atas nama semua dokter tim medis olahraga senam Tiongkok yang diberi judul ‘Analisis Penyebab Pecahnya Tendon Achilles pada Atlet Pesenam’. 

Artikel tersebut merinci bahwa pesenam Tiongkok Li Donghua mengalami masalah setelah mengkonsumsi hormon selama sebulan. Saat mendarat dengan backflip, Li Donghua mengalami pecah tendon Achilles di kedua kakinya. Ini adalah efek samping dari penggunaan obat perangsang, efeknya adalah dinding pembuluh darah akan menjadi sangat rapuh, dan tendon Achilles akan pecah dengan sedikit saja benturan dengan kekuatan eksternal.

Pada tahun 2008, atlet lari gawang 110 meter Tiongkok Liu Xiang, pemain Grand Slam pertama di dunia mengalami pecah tendon Achilles. Setelah membaca seluruh deskripsi perawatannya, Xue Yinxian mengatakan bahwa kasusnya sama seperti yang dialami Li Donghua.

Contoh Mengerikan : Demi prestasi olahraga melakukan proses fertilisasi guna diaborsi

Yang Weidong juga menggambarkan contoh yang dia kenal. Pada tahun 1995, Deng Yaping, seorang atlet tenis meja putri Tiongkok yang memenangkan beberapa kejuaraan dunia, Diminta untuk menerima inseminasi buatan sebelum mengikuti kejuaraan dunia. Setelah kehamilan, testosteron (hormon seks jantan) dalam tubuhnya akan meningkat, dan kemudian dia melakukan aborsi setelah pertandingan. Yang Weidong mengatakan, sebenarnya ini juga merupakan suatu cara, menggunakan inseminasi buatan untuk meningkatkan hormon.

Karena pengungkapannya terlalu mengejutkan, reporter ‘Epoch Times’ meminta saran dari para profesional atau ahlinya.

Mr. Yu, mantan pembalap sepeda Tiongkok yang kini tinggal di Selandia Baru membenarkan praktik tersebut, mengatakan tidak mengherankan bahwa ada pernyataan seperti itu. Karena kehamilan memang dapat meningkatkan jumlah hormon dalam tubuh. Tapi setelah aborsi, beban di tubuh akan turun kembali. 

Sebenarnya ini adalah perbuatan kejam, yang setara dengan menggunakan cara yang sangat kejam untuk menggali potensi tubuh manusia. Dia mengatakan bahwa praktik tukar darah yang biasa terjadi dalam balap sepeda maupun lomba ketahanan lainnya juga tidak kalah kejamnya, jadi Mr. Yu tidak terkejut.

Yang Si, seorang dokter medis dari Universitas Tokyo di Jepang, mengatakan kepada reporter ‘Epoch Times’ bahwa dia belum pernah mendengar tentang metode ini, tetapi setelah seorang wanita hamil, memang akan ada banyak senyawa yang diproduksi di dalam darahnya, dan zat-zat ini sangat mungkin dapat menutupi bahan-bahan stimulan tersebut.

Dia menjelaskan bahwa karena stimulan juga merupakan senyawa organik, senyawa yang sama tidak dapat dideteksi oleh instrumen. Jika senyawa yang dihasilkan setelah kehamilan dekat dengan stimulan yang diminum, dapat menutupi stimulan. Penguji akan berpikir bahwa itu disebabkan oleh kehamilan, yang secara medis disebut positif palsu. Memang positif palsu itu sangat umum terjadi.

Yang Si juga mengatakan bahwa ada banyak jenis stimulan. Selama ada ahli biologi khusus yang mempelajari zat apa yang dihasilkan wanita setelah kehamilan, kemudian memilih jenis stimulan yang sama untuk dikonsumsi, kemungkinan itu ada saja.

Keluarga ditekan otoritas Tiongkok selama puluhan tahun karena menolak pemberian doping kepada Li Ning

Tahun ini, Xue Yinxian sudah berusia 84 tahun. Dia adalah generasi pertama ahli kedokteran olahraga setelah Partai Komunis Tiongkok mendirikan RRT. Pada 1980-an, dia menjabat sebagai dokter tim nasional Tiongkok.

Sejak akhir tahun 1970-an, ketika atlet olahraga Tiongkok ramai-ramai menggunakan doping yang disponsori negara, Xue Yinxian telah menjadi satu-satunya dokter yang menentang sistem tersebut. Menjelang Olimpiade Seoul 1988, Xue Yinxian menolak untuk memberikan doping kepada Li Ning dan bintang olahraga lainnya. Sejak saat itu hingga puluhan tahun lamanya, keluarganya menderita berbagai penindasan yang dilakukan oleh otoritas Tiongkok.

Gambar menunjukkan Xue Yinxian sebagai anggota official tim olahraga nasional Tiongkok hadir dalam Olimpiade Seoul 1988. (Disediakan oleh Xue Yinxian)

Pada tahun 2007, ayah Yang Weidong dikepung oleh orang yang disewa oleh Komisi Olahraga Nasional Tiongkok (KONT) dan meninggal dunia pada bulan Desember tahun yang sama. 

Pada tahun 2015, Yang Weidong ditahan karena memprotes Administrasi Umum Olahraga Tiongkok. Xue Yinxian yang sakit keras pada tahun 2016 tetapi tidak diperkenankan berobat. Dengan bantuan dari berbagai pihak, maka Yang Weidong beserta ibu dan istrinya tiba di Jerman pada tahun 2017 untuk memulai jalan pengasingan.

Xue Yinxian telah mencatatkan kejadian yang ia alami setiap harinya selama bertugas sebagai dokter tim olahraga Tiongkok yang bundelannya telah mencapai 68 buah. Sebagian besar dari catatannya itu berkaitan dengan penggunaan doping oleh atlet olahraga Tiongkok.

Yang Weidong sebelumnya pernah menyampaikan kepada reporter ‘Epoch Times’ bahwa selain kasus-kasus doping yang telah diidentifikasi, 11 cabang olahraga yang diawasi langsung oleh KONT seperti tenis meja, bola voli wanita, senam, bulu tangkis dan lainnya, semua atletnya menggunakan doping. 

Dan, apa yang dikatakan oleh Biro Pelatihan Komisi Olahraga Negara bahwa atlet Tiongkok mengikuti pelatihan yang sesuai dengan ilmiah pada dasarnya adalah pelatihan dengan menggunakan doping.

Namun, tidak mudah untuk mengenali kejahatan dari sistem yang diadopsi Partai Komunis Tiongkok pada dunia olahraga. 

Dalam wawancara ini, Yang Weidong mengatakan kepada Radio Free Asia bahwa ayahnya sampai wafat pun tidak menyadari bahwa ini adalah masalah dengan sistem yang diterapkan otoritas dalam dunia olahraga, bahkan ia berpendapat bahwa itu adalah masalah dengan kepemimpinan tingkat yang lebih tinggi, berpikir bahwa hal itu akan membaik setelah penggantian pemimpin. 

Sedangkan ibunya (Xue Yinxian) lebih berani mengkritik dan melawan, karena etika profesi seorang dokter. “Pemikirannya pada saat itu adalah bahwa para atlet muda yang menggunakan obat-obatan terlarang ini akan mengalami kerusakan fisik setelah 20-an tahun kemudian”, kata Yang Weidong.

Catatan : Reporter ‘Epoch Times’ tidak berhasil menghubungi para atlet yang disebutkan dalam artikel tersebut, beberapa panggilan telepon yang ditujukan kepada nomor yang tertera pada situs web KONT tidak mendapat jawaban.

FOKUS DUNIA

NEWS