oleh Qiao An
Unjuk rasa massal menentang penerapan blokade tak manusiawi demi nol kasus infeksi pecah di Distrik Xiqing, Tianjin, pada Senin (17/1/2022).
Ini bermula selama beberapa hari berturut-turut kasus paparan Omicron terjadi di Kota Tianjin. Agar secepatnya mencapai target nol kasus infeksi, pihak berwenang menerapkan blokade ketat bahkan tanpa manusiawi di kota-kota seperti Jinnan, Xiqing, Hexi dan daerah dimana epidemi terjadi. Blokade ketat kembali membuat warga sipil sulit untuk mendapatkan makanan dan membeli sayur.
Pada Senin malam, akibat sejumlah besar pekerja migran yang tinggal di Kota Dasi, Distrik Xiqing tidak lagi memiliki bahan pangan, tidak bisa makan, maka mereka beramai-ramai keluar ke jalanan untuk melakukan protes.
Polisi militer yang segera didatangkan otoritas langsung menangkap beberapa warga yang dianggap penggerak unjuk rasa dan melakukan penindasan secara kekerasan demi peredaan. Para pengunjuk rasa berteriak kepada polisi : “Lepaskan warga yang dibawa paksa !”
Seorang pengunjuk rasa yang mengambil gambar video di tempat kejadian mengatakan : “Orang-orang dari luar Kota Tianjin tidak bisa pulang juga tidak bisa makan lagi”.
Pengunjuk rasa lainnya juga berkata : “Semoga saja epidemi di Tianjin berlalu secepatnya, agar para pekerja migran tersebut bisa segera mudik untuk merayakan Tahun Baru Imlek di kampung mereka”.
Cai Xia, seorang wanita mantan dosen di Sekolah Partai Komunis Tiongkok dalam cuitannya menyebutkan : Dengan mengatasnamakan pencegahan epidemi, otoritas totaliter secara artifisial telah menciptakan bencana hak asasi manusia sekunder, merenggut nyawa banyak orang, dan membuat begitu banyak bencana kemanusiaan! (sin)