Zhou Xiaohui
Di tengah semakin parah dan semakin ketatnya pencegahan pandemi di Tianjin, Beijing yang letaknya tidak jauh dari Tianjin juga telah membunyikan alarm tanda bahaya. Akan tetapi, hal yang dijadikan sebagai faktor penyebab permasalahannya dilemparkan kepada surat dari luar negeri.
Pada 15 Januari malam, Kota Beijing dilaporkan bertambah 1 kasus pasien baru lokal, pada 13 Januari orang tersebut mengalami tenggorokan tidak nyaman, pada 14 Januari sepulang kerja dilakukan pemeriksaan PCR dan badan mulai terasa panas, pada 15 Januari terdiagnosa dan dipastikan merupakan jenis varian Omicron.
Setelah itu, pemerintah Beijing mengumumkan jalur keluar masuk pasien tersebut yakni di Jalan Nongda Nanlu Distrik Boya Xiyuan tempat ke- diamannya ditutup, di tempat kerjanya Industrial and Commercial Bank of China yang terletak di Gedung Xinjishu, Distrik Haidian semua pekerja di sana berikut tempat-tempat yang didatanginya dilakukan tes PCR.
Menjelang digelarnya Olimpiade Musim Dingin, munculnya korban terjangkit Omicron di Beijing dan Tianjin, mendadak membuat suasana di Beijing menjadi tegang. Tekanan yang dialami Cai Qi sebagai orang nomor satu kota Beijing dipastikan tidak kecil.
Yang paling ingin diketahui masyarakat adalah pasien yang positif terjangkit itu ditularkan lewat cara seperti apa, apakah ada kaitannya dengan pandemi di Tianjin.
Berbeda dengan wilayah Tianjin dan sekitarnya yang hingga kini belum dapat dipastikan sumber asal penularan, pemerintah Beijing dengan sangat efektif, yakni pada 16 Januari, telah mengumumkan bahwa pasien yang terjangkit pada 15 Januari tersebut ditularkan dari surat yang berasal dari luar negeri.
Dasar kesimpulan tersebut adalah karena si pasien bekerja di divisi internasional, surat-surat di kantor dan lingkungannya menunjukkan gejala positif.
Pada konferensi pers 17 Januari lalu, Wakil Direktur Pusat Pengendalian & Pencegahan Penyakit (CDC) Kota Beijing, yakni Pang Xinghuo memberikan penjelasan yang lebih rinci.
Dia mengatakan, surat luar negeri tersebut dikirimkan dari Kanada pada 7 Januari, melalui Amerika dan Hong Kong lalu tiba di Beijing, diterima oleh pasien pada 11 Januari, ia menyentuh bagian luar amplop surat dan lembaran dokumen di dalamnya, belum menyentuh bagian dalam amplop dan lembaran kertas lain.
Berdasarkan pemeriksaan terhadap sampel yang diambil dari amplop dan lembaran surat luar negeri tersebut, dinyatakan positif, dan merupakan jenis varian Omicron.
Hingga saat ini, dalam proses pengirimannya orang yang bersentuhan dengan surat ini sebanyak 8 orang, kecuali kasus terjangkit ini, orang lain yang bersentuhan menunjukkan hasil tes PCR negatif.
Pang Xinghuo juga menyebutkan, telah diambil spesimen lingkungan sebanyak 54 pucuk surat luar negeri dari sumber yang sama yang dikirim ke alamat berbeda, hasil pemeriksaan menunjukkan, 5 pucuk di antaranya positif, 1 pucuk positif pada amplop, dan 4 pucuk positif pada lembaran di dalamnya.
Tentu saja hanya dengan alasan ini, sepertinya belum cukup membuktikan bahwa sumber penularan adalah dari surat luar negeri, maka Pang Xinghuo juga memberikan tiga alasan, sederhananya demikian:
Pertama, pasien yang terjangkit tidak berinteraksi dengan orang-orang yang datang dari luar negeri atau dari wilayah berbahaya di luar Beijing, atau orang yang terjangkit lainnya dan tidak pada jalur yang sama dengan kelompok orang yang berbahaya.
Kedua, orang yang berinteraksi dekat dengan pasien sebanyak 69 orang berikut 16.547 orang yang berisiko lainnya, hasil tes PCR mereka semuanya negatif. Ketiga, hasil tes rantai dingin pada pasien juga menunjukkan hasil negatif. Atas dasar inilah, “tidak tertutup kemungkinan pasien ini terjangkit virus oleh benda dari luar negeri”.
“Tidak tertutup kemungkinan pasien ini terjangkit virus oleh benda dari luar negeri”, berarti masih tidak dapat dipastikan 100%. Pada Februari tahun lalu, majalah medis luar negeri Journal of Hospital Infection memuat sebuah hasil riset yang menunjukkan, pada suhu kamar, COVID-19 (virus PKT) pada manusia rata-rata hanya bisa bertahan hidup pada bahan berbeda selama 4 hingga 9 hari.
Pada permukaan bahan logam, kaca, atau plastik dapat bertahan hidup selama 9 hari. Namun hasil riset ini masih harus diverifikasi. Kalau berdasarkan penelitian ini, maka tudingan pemerintah Kota Beijing bahwa sumber penularan berasal dari surat luar negeri sepertinya cukup masuk akal.
Akan tetapi, pada 21 Maret tahun lalu situs china.com.cn memuat sebuah artikel opini khusus yang berjudul “Produk Ekspor Tiongkok terdapat Virus COVID-19? Pernyataan Ini Kurang Berwawasan Ilmiah”.
Artikel itu membantah pernyataan negara asing yang mengatakan bahwa untuk memboikot produk Tiongkok pada produk asal Tiongkok kemungkinan terdapat virus, “Selain tidak ada dasar ilmiah, juga bertentangan dengan fakta”, “Baik dari sudut pandang mikrobiologi maupun dari ilmu epidemiologi tidak bisa dibuktikan”.
Karena virus COVID adalah virus RNA (Asam Ribonukleat) untaian positif, yang hanya dapat hidup dengan menumpang pada tubuh makhluk inang. Virus COVID-19 setelah terlepas dari tubuh manusia dapat hidup di udara, dan dapat menempel pada berbagai benda melalui droplet (air liur), dan interaksi manusia dengan benda. Tapi waktu bertahan dan daya penularan virus tersebut pada suatu benda sangat singkat.
Artikel itu mengutip sebuah riset terbaru yang dipublikasikan di Amerika Serikat pada majalah The New England Journal of Medicine, yang menjelaskan bahwa waktu bertahan hidup virus berbeda-beda, tergantung pada benda tempatnya melekat.
Pada bahan plastik dan besi, waktu hidupnya lebih panjang, mencapai 72 jam lamanya, tapi selama jangka waktu tersebut jumlah virus yang hidup akan menurun drastis.
Sedangkan pada tembaga, virus hanya bertahan hidup 4 jam. Pada kardus, virus dapat hidup paling lama 24 jam. Dengan kata lain, walaupun produk Tiongkok terdapat virus, tapi dengan waktu bertahan hidup terpanjang selama 3 hari, pada saat produk tersebut mencapai negara tujuan, virus itu sudah lama mati. Jadi, memboikot produk dari Tiongkok dengan alasan ini adalah sangat tidak masuk akal.
Berdasarkan pernyataan dan kesimpulan dari riset ini, pemerintah Beijing melempar tanggung jawab sumber asal penularan pada surat yang berasal dari Kanada adalah tindakan yang terlalu dipaksakan, karena virus tersebut tiba di Beijing sudah 4 hari lamanya, ia sudah mati sebelum tiba.
Mengenai jalur pengirimannya melalui Amerika Serikat dan Hong Kong, juga tidak mungkin ada yang membuka kantung surat, menyalahkan orang lain begitu saja, itu bukan hal yang mudah.
Menghadapi waktu bertahan hidup virus yang bahkan para peneliti pun tidak sama kesimpulannya, alasan pemerintah Beijing menyalahkan surat luar negeri tidak bisa membuat masyarakat percaya begitu saja. Hal ini juga dapat dilihat dari pernyataannya yang dengan hati-hati mengatakan “tidak tertutup kemungkinan seperti itu, dan tidak bisa dipastikan 100%”, sepertinya sudah direncanakan agar dapat berkelit di kemudian hari bila terjadi hal-hal tak terduga.
Pada dasarnya data besar menunjukkan, pasien positif walau tidak berinteraksi dengan orang-orang yang datang dari luar negeri atau dari wilayah berbahaya di luar Beijing, atau orang yang terjangkit lainnya serta tidak pada jalur yang sama dengan kelompok orang yang berbahaya. Akan tetapi, siapa yang dapat menjamin, pada waktu tertentu di tempat tertentu, pasien tersebut tidak berinteraksi dengan orang tanpa gejala dalam waktu singkat?
Kesimpulannya, pemerintah Beijing sebenarnya tidak bisa memastikan sumber asal penularan tersebut secara pasti, sedangkan tindakannya melempar tanggung jawab dalam skala tinggi, menyangkal jalur penularan lain, serta memastikan orang yang mengalami kontak jarak dekat dan orang terkait lainnya terpantau negatif, informasi yang hendak disampaikannya kepada pihak lain adalah: Pasien yang terpapar di Beijing tidak ada kaitannya dengan pandemi di Tianjin, pandemi tidak menyebar, dan dapat dikendalikan, dan di sini tentunya karena politik jauh di atas segalanya, Olimpiade Musim Dingin jauh di atas pandemi, pemerintah Beijing tidak dapat membiarkan pandemi merebak sebelum Olimpiade atau selama berlangsung- nya Olimpiade.
Oleh karena itu, pemerintah Beijing harus segera memadamkan api ini, soal keadaan pandemi yang sesungguhnya, apakah telah menyebar di Beijing, penguasa PKT selamanya tidak akan memberitahu rakyatnya.
Yang membuat penulis terheran-heran adalah, melihat tingkat penularan yang luar biasa tinggi di luar negeri, sebanyak 69 orang yang kontak dalam jarak dekat dengan si pasien dan 16.547 orang lainnya yang berisiko, tidak ada seorang pun yang dinyatakan terpapar, ini sangat mengejutkan sekaligus sangat mencurigakan.
Mempertimbangkan masa inkubasi Omicron 3 hari, tidak bisa diketahui apakah dalam satu minggu ke depan masih bisa dipertahankan kondisi seperti sekarang ini, kalau sampai muncul, juga tidak mengherankan.
Dan, yang lebih konyol lagi adalah setelah pihak penguasa mempublikasikan sumber penularan yang tidak bisa dipastikan itu, berbagai instansi di Kota Beijing langsung mengeluarkan pemberitahuan, tidak hanya harus melaporkan semua kondisi penerimaan surat dari luar negeri, juga dituntut agar jika tidak dibutuhkan tidak perlu menerima kiriman dari luar negeri. Jika dibutuhkan dalam pekerjaan, paket harus disterilkan dengan alkohol sebelum diterima di kantor.
Ada instansi yang bahkan mewajibkan tes PCR terhadap semua paket yang diterima setiap harinya. Ketakutan ekstrim seperti ini, dengan segala gonjang-ganjingnya, patut dipertanyakan seberapa tinggi kepercayaan diri penguasa PKT terhadap vaksinnya sendiri? (Sud)