Eva Fu
Pejabat Hong Kong membunuh ribuan hamster setelah menyatakan hewan pengerat peliharaan itu bertanggung jawab atas penyebaran COVID-19. Sementara itu, di Daratan Tiongkok, tuduhan tersebut ditempatkan pada kemasan pos internasional.
Sebagai salah satu penolakan besar terakhir di dunia terhadap pendekatan tanpa toleransi terhadap COVID-19, Tiongkok menghembuskan teori yang tidak biasa mengenai sumber munculnya kluster COVID- 19 meskipun ada keraguan dari para ahli luar negeri akan kemungkinan klaim semacam itu.
Pada 18 Januari, Hong Kong memesan 2.000 hamster, chinchilla, kelinci, dan hewan-hewan kecil lainnya untuk “secara manusiawi” dimusnahkan setelah suatu pemeriksaan kesehatan terhadap hewan-hewan pengerat itu ditemukan 11 hewan pengerat membawa virus varian Delta yang menyebabkan COVID-19. Semuanya adalah hamster yang diimpor dari Belanda, dari sebuah toko hewan peliharaan setempat di mana seorang pekerja berusia 23 tahun dinyatakan positif menderita COVID-19.
Sementara pejabat mengakui tidak ada bukti yang jelas bahwa hamster dapat menularkan virus tersebut ke manusia, pejabat-pejabat itu memberitahukan kepada pemilik hewan peliharaan yang membeli hamster dari toko mana pun di Hong Kong mulai 22 Desember 2021, untuk menyerahkan hewan peliharaannya untuk dimusnahkan. Pemilik hewan peliharaan yang mengunjungi toko hewan peliharaan setelah 7 Januari, akan dikenakan karantina. Semua 34 toko hewan peliharaan di Hong Kong yang menjual hamster sekarang ditutup, dan impor semua mamalia kecil dihentikan.
Pembunuhan hewan peliharaan di Hong Kong mengikuti tindakan pengendalian virus yang meningkat di Beijing, di mana pihak berwenang menyatakan bahwa pos dari Kanada mungkin adalah penyebab kasus Omicron pertama di Hong Kong.
Para pejabat kesehatan Hong Kong mencatat bahwa seorang wanita pasien Omicron yang berusia 26 tahun yang belum pernah bepergian ke luar Beijing baru-baru ini, menangani sebuah bingkisan yang dikirim dari Kanada melalui Amerika Serikat dan Hong Kong, sebelum menderita nyeri tenggorokan dua hari kemudian.
Para pejabat kesehatan Hong Kong telah mendeteksi varian Omicron di sisi luar bingkisan tersebut maupun di isi bingkisan tersebut, serta pada sampel pos lainnya yang dikirim dari asal yang sama, kata para pejabat itu.
Menteri Kesehatan Kanada, Jean-Yves Duclos, menyebut pernyataan Beijing yang tegas itu sebagai “sebuah tinjauan yang luar biasa.”
“Ini adalah sesuatu yang tidak hanya baru tetapi juga membuat penasaran dan tentu saja tidak sesuai dengan apa yang telah kami lakukan baik secara internasional maupun domestik mengingat apa yang kami ketahui mengenai penularan Omicron,” kata Jean-Yves Duclos kepada para wartawan pada sebuah konferensi pers 17 Januari.
Ahli kesehatan umumnya menilai risiko penularan virus melalui permukaan yang terkontaminasi adalah sangat rendah. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa Coronavirus secara umum “membutuhkan pejamu hewan atau manusia yang hidup” untuk berkembang biak dan bertahan hidup dan tidak dapat berkembang biak di permukaan kemasan makanan.”
Tidak ada negara lain yang melaporkan dugaan penularan terkait dengan pengemasan. Selama periode satu tahun terhitung mulai November 2020, Pusat Komando Kesehatan Nasional Taiwan telah menganalisis hampir 900 sampel dari kemasan makanan yang disimpan dalam pendingin dan kemasan makanan beku yang diimpor dari 30 negara–—termasuk Tiongkok–—dan hasil uji COVID-19 terhadap semua kemasan tersebut adalah negatif, kata Pusat Komando Kesehatan Nasional Taiwan kepada The Epoch Times.
Menggembar-gemborkan teori bahwa virus tersebut mungkin berasal dari tempat lain selain Tiongkok, bukanlah hal baru bagi pihak berwenang Tiongkok. Pada Oktober 2020, Beijing mengatakan sebuah wabah di kota pelabuhan Qingdao berasal dari sebuah pengiriman ikan cod impor melalui kapal. Dalam sebuah wabah pada Juni 2020 yang terkait dengan sebuah pasar grosir Beijing, para pejabat menunjuk ke salmon beku dari Norwegia sebagai penyebabnya, dengan mengutip sebuah sampel pada sebuah talenan yang digunakan untuk mengolah ikan tersebut yang dinyatakan positif COVID-19.
Pada Juli lalu, di tengah ketegangan antara India dengan Tiongkok, Beijing menahan lebih dari 1.000 kontainer udang India dengan alasan yang diduga kemasan tersebut mengandung residu virus.
Dalam upaya untuk membelokkan pengawasan yang meningkat atas upaya Beijing yang merahasiakan asal-mula pandemi, pihak berwenang dan media pemerintah secara konsisten mengajukan klaim, tanpa bukti yang kredibel, bahwa virus tersebut berasal dari luar negeri.
Mengikuti sebuah penyelidikan virus bersama Organisasi Kesehatan Dunia-Tiongkok di Provinsi Wuhan di Tiongkok tahun lalu, pihak berwenang Tiongkok telah berulang kali menyerukan upaya penelusuran asal-usul virus tersebut dimulai di luar Tiongkok.
Namun demikian, tindakan pengendalian pandemi yang dilakukan oleh rezim Tiongkok juga telah mencapai waktu yang sangat sensitif untuk Beijing.
Kurang dari tiga minggu sebelum pembukaan Olimpiade Musim Dingin, Beijing dan kota-kota di seluruh Tiongkok telah berjuang untuk membasmi gelombang infeksi COVID-19.
Ratusan infeksi Omicron telah muncul di beberapa bagian Tiongkok bahkan seiring kasus Delta terus melonjak. Setelah varian Omicron memperluas jangkauannya ke Beijing pada 15 Januari, para penyelenggara Olimpiade membatalkan penjualan tiket ke masyarakat umum, mengatakan pintu masuk akan dibatasi untuk sebuah kelompok penonton yang ditargetkan. (Vv)