oleh Tim Economics Up & Down – NTDTV.com
Seperti yang kita lihat, memasuki tahun 2022, kekurangan chip dunia masih terus berlanjut. Kementerian Perdagangan AS baru-baru ini mengeluarkan peringatan atas fenomena tersebut, dan Dewan Perwakilan Rakyat AS juga mendorong diberlakukannya Rancangan Undang-Undang Persaingan Amerika Serikat Tahun 2022 (America COMPETES Act of 2022).
Jadi, apa isi dan tujuan spesifik dari RUU ini ? Apa saja dampaknya bagi Tiongkok dan Taiwan ? Inilah yang akan kita bahas di sini.
Kementerian Perdagangan AS Mengeluarkan peringatan karena krisis chip terus berlanjut
Sejak paruh kedua tahun 2020, krisis pasokan chip telah menjadi masalah besar yang mengganggu industri otomotif, dan hingga saat ini, masalah tersebut masih belum mampu diatasi.
Produsen mobil Toyota Jepang pada 18 Januari yang baru lalu mengumumkan, bahwa mulai bulan Februari pihaknya akan menangguhkan 11 jalur produksi di 8 pabriknya di Jepang karena kekurangan chip.
Tak lama kemudian, Toyota kembali mengumumkan perpanjangan penangguhan produksi selama 3 hari, dan cakupan yang terpengaruh oleh kekurangan chip ini telah meluas ke 11 dari 19 pabriknya.
Pasokan chip selain terpengaruh oleh masalah epidemi dan bencana alam, lonjakan permintaan juga menjadi penyebab utama kelangkaan chip, sehingga industri semikonduktor global berupaya untuk meningkatkan kapasitas produksi.
Menurut laporan yang dirilis oleh Semiconductor Industry Association (SIA) Amerika Serikat pada Oktober tahun lalu, bahwa belanja modal industri semikonduktor global telah mencapai rekor tertinggi dalam dua tahun terakhir, belanja modal industri semikonduktor pada tahun 2021 diperkirakan mencapai hampir USD. 150 miliam.Â
Sedangkan untuk tahun 2022 ini angkanya dapat melampaui USD. 1.500 miliar. Padahal hingga tahun sebelum 2021, pengeluaran modal tahunan industri semikonduktor global belum pernah melebihi angka USD. 115 miliar.
Menurut data SIA, sebelum tahun 2024, diperkirakan ada 85 pabrik semikonduktor di seluruh dunia yang akan selesai pembangunannya dan siap berproduksi, termasuk 25 pabrik pembuat chip ukuran 8-inci dan 60 buah pabrik pembuat chip 12-inci.
Pada saat itu, kapasitas produksi global chip berukuran 8-inci diprediksi dapat meningkatkan pasokannya ke pasar hampir 20%, sedangkan kapasitas produksi chip berukuran 12-inci akan meningkat pasokan pasar hampir 50%.
Namun, butuh waktu setidaknya dua sampai tiga tahun untuk mendirikan pabrik yang siap produksi. Oleh karena itu, menurut hasil survei yang diumumkan oleh Kementerian Perdagangan AS pada 25 Januari, bahwa krisis chip paling tidak dapat berlanjut hingga paro kedua tahun ini, karena permintaan tahun 2021 lebih tinggi sekitar 17% dari tahun 2019.
Hasil survei juga menunjukkan bahwa rantai pasokan chip AS sangat rapuh, karena persediaan chip rata-rata dalam gudang di AS telah menurun tajam dari 40 hari pada tahun 2019 menjadi kurang dari 5 hari pada tahun 2021.
Temuan Kementerian Perdagangan AS ini juga menyoroti pentingnya untuk merevitalisasi produksi semikonduktor dalam negeri di AS. Atas dasar inilah, DPR-AS meluncurkan ‘America COMPETES Act of 2022’ pada 25 Januari.
Jadi, apa saja konten dan tujuan RUU ini ?
‘America COMPETES Act of 2022’ mendorong persaingan melawan Tiongkok
Menurut RUU itu, pemerintah Amerika Serikat akan mendirikan sebuah yayasan untuk menampung dana sebesar USD. 52 miliar yang dialokasikan oleh pemerintah federal guna mendorong sektor swasta AS berinvestasi dalam produksi semikonduktor.
Pada saat yang sama, RUU itu juga menganggarkan USD. 45 miliar guna keperluan peningkatan rantai pasokan AS, memperkuat manufaktur, dan memastikan bahwa lebih banyak barang penting dibuat di Amerika Serikat.
Selain itu, RUU menghendaki adanya kepastian daya saing dan kepemimpinan AS secara global melalui pembangunan ekonomi, diplomasi, HAM dan aliansi.
Selain itu, usulan RUU ini memiliki tujuan yang sudah diketahui semua orang, yakni untuk melawan Tiongkok, karena Amerika Serikat telah menetapkan bahwa Tiongkok adalah pesaing terpenting Amerika Serikat.
Misalnya, Dewan Perwakilan Rakyat AS menyatakan bahwa dana yang terkait dengan peningkatan rantai pasokan dalam RUU tersebut juga dapat digunakan untuk merelokasi fasilitas manufaktur keluar dari negara-negara yang menimbulkan kekhawatiran, termasuk negara-negara yang menimbulkan ancaman ekonomi atau keamanan nasional yang signifikan bagi Amerika Serikat.
Presiden AS Joe Biden pernah mengatakan bahwa, pemerintah Tiongkok melakukan segala kemampuannya untuk menguasai pasar global dalam manufaktur chip, termasuk chip untuk aplikasi militer, ia mencoba untuk memenangkan persaingan dengan AS melalui cara ini.
Setelah DPR merilis RUU itu, Biden juga mengeluarkan pernyataan yang menyebutkan bahwa RUU itu akan membuat Amerika Serikat tak terkalahkan dalam persaingan dengan Tiongkok dan negara-negara lain selama beberapa dekade ke depan.
Dengan kata lain, industri semikonduktor telah menjadi medan pertempuran utama dalam konfrontasi antara AS dengan komunis Tiongkok.
Sesungguhnya pada awal Juni tahun lalu, DPR-AS telah meloloskan sebuah undang-undang inovasi dan persaingan (US Innovation and Competition Act) yang mengesahkan pengalokasian dana sekitar USD. 250 miliar untuk memperkuat teknologi AS, di antaranya USD. 54 miliar untuk meningkatkan produksi semikonduktor, chip dan peralatan telekomunikasi untuk melawan Tiongkok.
Pada saat yang sama, pemerintah AS juga mendesak produsen semikonduktor untuk berproduksi di Amerika Serikat.
Di antara mereka, perusahaan Intel yang pada 21 Januari telah mengumumkan rencananya untuk membangun taman manufaktur chip mungkin yang terbesar di dunia di Ohio dengan menginvestasikan dananya hingga USD. 100 miliar.
Pembangunan dalam taman manufaktur itu akan termasuk 8 bangunan pabrik dengan investasi awal sebesar USD. 20 miliar, yang konstruksinya akan dimulai pada akhir tahun ini, dan diharapkan sudah mulai berproduksi pada tahun 2025.
Sebelumnya, yakni pada September tahun lalu, Intel juga telah mengumumkan bahwa mereka akan mencadangkan dananya sebesar USD. 20 miliar untuk membangun dua pabrik di Negara Bagian Arizona.
Selain itu, atas desakan pemerintah Amerika Serikat, pada bulan Mei tahun lalu, TSMC (Taiwan Semiconductor Manufacturing Company) juga mengumumkan recananya untuk membangun pabrik di Phoenix dengan investasi sebesar USD. 12 miliar. Samsung Electronics juga mengumumkan pada November tahun lalu bahwa mereka bersedia menginvestasikan USD. 17 miliar untuk membangun pabrik di Texas.
Taiwan berada di front depan dalam perang semikonduktor, ‘Perisai Silikon’ menjadi pertahanan keamanan
Namun, ketika berbicara tentang persaingan pada industri semikonduktor, kita terpaksa berbicara tentang Taiwan, karena posisi Taiwan di industri semikonduktor global sangat penting.
Saat ini, 75% produksi chip berada di Asia Timur, dan 90% chip paling canggih dibuat di Taiwan. Meskipun Amerika Serikat adalah pemimpin dalam desain dan penelitian chip, tetapi ia hanya menghasilkan 10 persen chip komputer sekarang, dan belum memiliki kapasitas untuk memproduksi chip yang paling canggih.
Selain itu, pentingnya kedudukan Taiwan tidak berhenti sampai di sana.
‘New York Times’ pada 27 Januari melaporkan bahwa think tank Washington ‘Center for a New American Security’ (CNAS) melakukan simulasi permainan perang semikonduktor yang dimulai dengan kegagalan mendadak tiga perusahaan pengecoran semikonduktor di Taiwan, dan penghentian produksi secara tiba-tiba yang menimbulkan keraguan apakah Beijing telah meluncurkan serangan siber yang memicu krisis internasional antara Tiongkok dengan Amerika Serikat. Para ahli yang terlibat dalam penelitian tersebut mengatakan, bahwa kejadian tersebut sangat mungkin membuat ekonomi global terhenti dan memicu konfrontasi militer.
Laporan hasil simulasi permainan ini menggambarkan betapa tingginya tingkat ketergantungan dunia pada chip komputer Taiwan dan bagaimana ketergantungan itu telah menarik Amerika Serikat dan Tiongkok ke dalam berbagai konflik.
Laporan itu juga mengatakan bahwa ketergantungan Amerika Serikat pada microchip kelas terhadap Taiwan telah melampaui ketergantungannya pada minyak Timur Tengah dalam beberapa dekade terakhir. Bahkan jika Kongres AS menyetujui investasi baru pemerintah dalam kapasitas produksi microchip, Amerika Serikat juga membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mengejar kecanggihan teknologi Taiwan.
Ini juga mengingatkan pada konsep “Perisai Silikon” Pada awal tahun 2001, di mana jurnalis Australia Craig Addison menyebutkan dalam bukunya bahwa “Perisai Silikon” adalah perlindungan Taiwan terhadap serangan komunis Tiongkok.Â
Addison percaya bahwa karena posisi penting Taiwan di bidang semikonduktor, invasi militer komunis Tiongkok ke Taiwan akan sangat mengganggu pasokan global produk terkait, sehingga tindakan militer Beijing pasti akan memancing intervensi global yang dipimpin oleh Amerika Serikat.
Dengan kata lain, Taiwan setara dengan berada di front depan perang semikonduktor AS – Tiongkok, menciptakan strategi defensif untuk dirinya sendiri. Jika pemerintah berani secara gegabah merebut pengecoran TSMC dalam konflik, tentu akan mengancam kepemimpinan militer dan teknologi Amerika Serikat. Ini juga menjadi alasan utama mengapa Amerika Serikat harus mencegah Tiongkok menyerang Taiwan, melindungi keamanan Taiwan.
Tentu saja, bagi Beijing, kehilangan chip dari Taiwan juga akan membuat industri mereka kewalahan. Menurut Reuters yang mengutip laporan departemen penelitian dari Kongres yang dirilis Oktober 2020 memberitakan, bahwa Tiongkok menyita sekitar 60% dari permintaan semikonduktor dunia, tetapi lebih dari 90% semikonduktor yang digunakan di Tiongkok diimpor atau diproduksi secara lokal oleh pemasok asing. Di antaranya, Taiwan adalah pemasok penting. Menurut data Kementerian Urusan Ekonomi Taiwan, dari Januari hingga Oktober tahun lalu, ekspor semikonduktor Taiwan ke daratan Tiongkok telah naik 25,2% setahun.
Oleh karena itu, baik Amerika Serikat maupun Tiongkok berupaya untuk meningkatkan investasi di industri semikonduktor, dan Taiwan telah menjadi yang terdepan dalam persaingan chip antara kedua negara. Amerika Serikat berhasil membujuk TSMC agar berinvestasi dan membangun pabrik di Amerika Serikat, yang juga menjadi pendorong utama untuk mendukung kemandirian rantai pasokan semikonduktor AS.
Media Taiwan ‘CommonWealth Magazine’ melaporkan bahwa pabrikan TSMC di Arizona akan menciptakan 1.600 pekerjaan secara lokal, merekrut 250 insinyur Amerika, dan memproduksi 20.000 chip canggih 5 nanometer per bulan. Sudah ada ratusan orang insinyur Amerika yang dikirim ke Taiwan untuk mengikuti pelatihan. Selain itu, TSMC akan membangun pabrik di AS dengan menyalin 100% pabrik 5 nanometer yang sekarang berada di Taman Nanke.
Beijing tidak memiliki peluang untuk menang dalam perlombaan chip global
Sekarang, mari kita lihat apakah Beijing memiliki peluang untuk memenangkan perlombaan chip ini ?
Sekitar tahun 2014, Beijing telah mengumumkan pembentukan dana investasi chip pemerintah pusat senilai USD. 22 miliar, yang dikenal sebagai Dana Besar. Pada tahun 2019, Beijing kembali menyiapkan Dana Semikonduktor Nasional kedua yang besarnya sekitar USD. 30 miliar.
Dukungan pemerintah Tiongkok memang berdampak. Misalnya, lima tahun lalu, Tiongkok hanya menyumbang 3,8% dari pasar chip global, tetapi pada tahun 2020 proporsi itu sudah meningkat menjadi sekitar 9%.
Namun, “proses lanjutan” adalah tantangan terbesar bagi industri chip Tiongkok. Ambil contoh perusahaan SMIC (Semiconductor Manufacturing International Corporation).
Ketika SMIC mencapai proses 12-nanometer dalam pembuatan chip, di sisi lain, TSMC sudah mengumumkan bahwa mereka akan memproduksi secara massal chip 3-nanometer pada tahun 2022.
‘Wall Street Journal’ baru-baru ini melaporkan bahwa dalam tiga tahun terakhir, Tiongkok telah memiliki setidaknya enam produsen chip berskala besar baru yang akhirnya harus menemui kegagalan. Padahal mereka ini telah menelan dana tidak kurang dari USD. 2,3 miliar, yang merupakan dana investasi dari pemerintah. tetapi belum pernah juga menghasilkan selempeng chip pun. Mengapa bisa demikian ? Karena pejabat lokal meremehkan kesulitan proses dan biaya pembuatan high-end chip.
Perusahaan chip Quanxin yang berlokasi di Kota Jinan, Shandong misalnya, mereka merekrut puluhan orang insinyur berpengalaman dari Taiwan, beberapa orang berasal dari TSMC, dan menawarkan gaji yang relatif tinggi.
Sementara para insinyur ini selain memiliki pengetahuan juga berpengalaman dalam teknologi fabrikasi chip, tetapi dilalah Quanxin tidak memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan teknologi ini.
Oleh karena itu, kasus-kasus kegagalan ini menunjukkan bahwa bahkan jika ada modal dan bakat, belum tentu dapat menghasilkan chip kelas atas. Terutama di bawah kepemimpinan Partai Komunis Tiongkok, perusahaan Tiongkok sejak dulu tidak digembleng untuk berinovasi, tetapi dipupuk untuk menyontek, dan menyalin. Sama seperti Huawei, begitu Amerika Serikat menjatuhkan sanksi, “boroknya” kelihatan.
Terlebih lagi, pembuatan chip kelas atas tidak dapat dipisahkan dari pembagian kerja dan kerja sama internasional, sedangkan Beijing saat ini telah menjadi target kompetitif Amerika Serikat, dan terus bermusuhan atau dimusuhi oleh banyak negara di dunia. Dalam situasi seperti ini, untuk merealisasikan swasembada chip kelas atas tampaknya hanya ada dalam mimpi. (sin)