oleh Zhang Wan
Setelah Amerika Serikat memberlakukan blokade teknis terhadap beberapa perusahaan teknologi Tiongkok, industri semikonduktor Tiongkok yang kehilangan dukungan teknis dan peralatan dari perusahaan teknologi asing sedang mengalami hambatan dalam pengembangan dan berangsur-angsur runtuh. Untuk menolong keadaan ini, pemerintah Tiongkok menggunakan skup pasarnya yang besar untuk menarik perusahaan top Eropa dan Amerika Serikat, agar bekerja sama dan membangun rantai industri semikonduktor yang tidak terpengaruh oleh sanksi AS.
Nikkei melaporkan pada 4 Februari bahwa pemerintah Tiongkok berencana untuk membentuk komite layanan industri semikonduktor lintas batas, yang mana dipimpin oleh Universitas Tsinghua pada paruh pertama tahun ini. Melalui komite ini diharapkan dapat menjalin hubungan kerja sama yang mendalam dengan perusahaan asing dalam perangkat lunak semikonduktor, bahan dan peralatan manufaktur.
Menurut rancangan rencana yang diperoleh Nikkei, bahwa target kerja sama termaksud termasuk dengan perusahaan Intel dan Advanced Micro Devices (AMD) Amerika Serikat, Infineon Jerman, dan produsen mesin litografi mutakhir ASML Belanda.
Pada Juni 2014, pemerintahan partai komunis Tiongkok menetapkan strategi untuk secara cepat mempromosikan pengembangan industri semikonduktor terpadu.
Pada tahun berikutnya, Tiongkok menetapkan target swasembada 70% chip pada 2025. Pada 2019, Tiongkok telah menyiapkan dana besar lebih dari RMB. 1,5 triliun (setara dengan USD. 232 miliar) yang dikumpulkan dalam dua tahapan guna mendukung perusahaan-perusahaan Tiongkok. Tak lain, untuk menggali bakat dari luar negeri, membeli teknologi. Bahkan, mencuri teknologi dari seluruh dunia agar bisa secepatnya mewujudkan peningkatan industri semikonduktornya.
Industri semikonduktor Tiongkok sedang mengalami masalah
Pemerintah Tiongkok yang menginvestasikan banyak uang dan tenaga, terpaksa harus mengimpor sejumlah besar chip melalui berbagai saluran karena menghadapi sanksi AS.
Tahun lalu, total impor chip Tiongkok mencapai jumlah hampir 350 miliar dolar AS (naik 23,6% dari 2020). Angka itu hampir dua kali lipat dari total mereka mengimpor minyak mentah dari dunia (USD. 178,4 miliar).
Yahoo yang mengutip laporan data dari perusahaan riset pasar IC ‘Insights’ memberitakan bahwa pada 2020, hanya 16% dari semikonduktor yang dibutuhkan Tiongkok yang diproduksi di dalam negeri.Â
Jika kontribusi dari perusahaan asing seperti TSMC dan Samsung Electronics yang mendirikan pabriknya di daratan Tiongkok dihilangkan, maka tingkat swasembada semikonduktor Tiongkok hanya mencapai 6% dari kebutuhan.
Ambil contoh Huawei, perusahaan peralatan komunikasi terbesar di dunia. Pada 2021, pendapatan Huawei secara keseluruhan telah menurun sebesar 30% dibandingkan dengan 2020. Secara khusus, krisis pasokan chip secara signifikan telah memukul bisnis smartphone Huawei.
Pada November 2020, Huawei menjual merek ponsel kelas bawahnya ‘Honor’ pada November 2020. Ketua Bergilir Huawei Xu Zhijun mengatakan kepada media, bahwa pada 2020, bisnis smartphone akan menghasilkan pendapatan sebesar USD. 50 miliar bagi Huawei, tetapi pada 2021, Xu memperkirakan bahwa pendapatan dari bagian bisnis ini dapat turun sebesar USD. 30 miliar hingga 40 miliar year over year (YoY).Â
Pada 16 Mei 2019, pemerintah AS menetapkan Huawei terlibat dalam kegiatan yang melanggar keamanan nasional AS, dan memasukkan Huawei dan 68 perusahaan afiliasinya di 26 negara dan wilayah dalam daftar hitam pengendalian ekspor. Setelah itu, 84 afiliasi Huawei juga dimasukkan ke dalam daftar kontrol ekspor AS.
Pada 17 Agustus 2020, Kementerian Perdagangan AS meningkatkan beratnya sanksi dengan menetapkan, bahwa produsen chip asing yang menggunakan teknologi dan peralatan AS tidak boleh menyediakan produk atau layanan kepada Huawei tanpa memperoleh lisensi dari pemerintah AS.
Meskipun Huawei melakukan pemesanan tambahan dengan perusahaan TSMC sebelum larangan berlaku pada 15 September 2020, tetapi Huawei terpaksa menghadapi kondisi ‘persediaan chip menurun seiring penggunaannya setiap hari’.
Contoh lain adalah perusahaan SMIC. Sebagai satu-satunya perusahaan teknologi Tiongkok yang mengejar tingkat kelas satu dunia di bidang manufaktur chip canggih, setelah ia dimasukkan ke dalam daftar hitam oleh Amerika Serikat, penelitian dan pengembangan proses manufaktur chip canggih di bawah 14 nanometer mengalami macet total.
Pertama, pengadaan peralatan canggih dibatasi. Di bawah tekanan dari Amerika Serikat, ASML, produsen mesin litografi top dunia di Belanda mengatakan pada bulan November tahun lalu, bahwa mesin litografi EUV (peralatan yang sangat diperlukan untuk mengembangkan proses manufaktur chip paling canggih) tidak dapat dikirim ke pelanggannya di daratan Tiongkok.
Yang kedua adalah bahwa akses ke teknologi yang dibutuhkan untuk menghasilkan chip proses lanjutan juga terputus.
Pada Desember 2020, SMIC juga dimasukkan ke dalam daftar entitas kontrol ekspor oleh pemerintah AS. Semua produk dan teknologi yang diperlukan untuk produksi semikonduktor dengan proses di bawah 10 nanometer dilarang untuk diekspor ke SMIC.
Dalam laporan keuangan kuartal kedua 2021, co-CEO SMIC Zhao Haijun dan Liang Mengsong mengakui bahwa SMIC telah bermasalah sejak dimasukkan ke dalam entitas kontrol ekspor oleh Amerika Serikat pada 2020.
Saat ini, fokus operasi perusahaan ini tampaknya telah bergeser ke proses pematangan. Dalam tiga rencana pembangunan pabrik baru yang dirilis SMIC pada Juli 2020, Maret 2021 dan September 2021, semuanya fokus pada produksi chip dengan proses matang di atas 28 nanometer. Namun, sejauh ini rencana penelitian dan pengembangan proses lanjutan untuk chip 7nm SMIC belum diperbarui.
Chip memori Tiongkok menghadapi kemacetan peralatan
Di bidang chip memori, usaha pengembangan dari perusahaan Tiongkok kelas atas terganggu akibat Amerika Serikat telah membatasi atau memblokir ekspor peralatan kelas atas kepada perusahaan Tiongkok.
Fujian Jinhua (JHICC), yang dikenal sebagai salah satu dari “3 jagoan chip memori Tiongkok” harus masuk dalam daftar hitam kontrol ekspor Kementerian Perdagangan AS pada Oktober 2018 karena keterlibatannya dalam pencurian hak kekayaan intelektual Micron.Â
Kementerian Perdagangan dalam pengumuman sanksinya menyebutkan bahwa perusahaan JHICC yang hampir menyelesaikan produksi massal DRAM (Dynamic Random Access Memory), sebuah teknologi yang mungkin berasal dari Amerika Serikat dan dapat mengancam kelangsungan hidup perusahaan yang memasok chip kepada militer AS.
Pada hari larangan itu berlaku, tiga pemasok peralatan semikonduktor utama di Amerika Serikat, yakni Applied Materials, Lam Research, dan Axcelis, segera membatalkan order pembelian JHICC, dan hari berikutnya, UMC Taiwan yang bertanggung jawab atas pengembangan teknologi dari proyek DRAM JHICC juga mengumumkan penghentian rencana pengembangan.
Proyek DRAM JHICC akhirnya harus menemui kegagalan dalam melakukan produksi massal akibat kekurangan peralatan utama dan dukungan teknis.
‘Yangtze Memory Technologies Co., Ltd.’ (YMTC), perusahaan di bawah Tsinghua Unigroup yang juga merupakan salah satu dari “3 jagoan chip memori Tiongkok”, mengundang Charles Kau, yang dikenal sebagai “Bapak DRAM Taiwan”, untuk bergabung pada awal pendirian perusahaan.
Pada Oktober 2020, Charles Kau mengumumkan kepergiannya dari perusahaan Tsinghua Unigroup setelah kontraknya berakhir. Saat itu, dia mengatakan dalam sebuah wawancara dengan media ‘Zìyou caijÄ«ng’ bahwa intensifikasi perang dagang AS – Tiongkok akan menghalangi perkembangan teknologi kelas atas Tiongkok.
Upaya AS untuk mencegah masuknya peralatan canggih ke Tiongkok, bahkan telah merambah ke pabrik-pabrik perusahaan asing yang berada di daratan Tiongkok.
‘SK Hynix Semiconductor Inc.’ perusahaan Korea Selatan adalah salah satu pemasok chip DRAM terbesar di dunia.
Menurut laporan Reuters pada November 2021, SK Hynix awalnya berencana untuk memperkenalkan mesin litografi ASML EUV ke pabriknya di Kota Wuxi, Tiongkok untuk meningkatkan kapasitas produksi dan membangun lini produksi chip DRAM mutakhir. Namun rencana itu digagalkan oleh pemerintah Amerika Serikat.
Perusahaan Tiongkok tidak dapat melakukan produksi tanpa teknologi Barat
Kolumnis keuangan Hongkong Alexander Liao mengatakan bahwa, dalam 2 tahun terakhir, pemerintahan Tiongkok telah menginvestasikan triliunan renminbi ke dalam pengembangan proses manufaktur semikonduktor canggih, tetapi pada dasarnya mereka mengalami kegagalan setelah Amerika Serikat menerapkan kontrol ekspor teknologi.
Baik dalam pengembangan semikonduktor, teknologi canggih dan mutakhir semuanya menghadapi masalah. Pemerintah Tiongkok sekarang ingin mendapatkan teknologi kunci melalui cara lain, yaitu menarik perusahaan asing untuk melakukan usaha patungan.
Laporan berjudul ‘Persaingan Strategis Tiongkok-AS di Bidang Teknologi : Analisis dan Prospek’ yang dirilis oleh Institut Strategi Internasional Universitas Peking pada 30 Januari tahun ini juga mengakui bahwa, kekuatan teknologi AS masih menjadi pemimpin global dalam segala aspek. Tiongkok memiliki kesenjangan teknis di beberapa bidang, yang menjadi “pencekik leher”, termasuk teknologi manufaktur chip dan peralatan.
Laporan tersebut menyimpulkan bahwa setelah decoupling (pemisahan) iptek antara AS – Tiongkok, kerugian yang dialami Tiongkok jauh lebih besar daripada Amerika Serikat, Karena itu pengembangan beberapa teknologi utama di Tiongkok mengalami hambatan.
King & Wood Mallesons, yang mulai terlibat dalam layanan terkait hukum negara asing di Tiongkok sebelumnya pada Juli 2021 menerbitkan sebuah laporan di situs webnya yang menganalisis tentang keadaan buruk yang dihadapi industri semikonduktor Tiongkok belakangan ini.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa di masa lalu, ketika perusahaan semikonduktor Tiongkok mengalami kesulitan dalam memperoleh barang atau teknologi canggih secara langsung, mereka mengatasinya dengan mengadopsi metode merger dan akuisisi perusahaan luar negeri.
Namun dalam beberapa tahun terakhir, Amerika Serikat telah meningkatkan pengawasan akuisisi perusahaan Amerika oleh perusahaan asing, terutama perusahaan Tiongkok yang bergerak di bidang semikonduktor.
Dari 2015 hingga 2017, upaya perusahaan Tiongkok untuk mengakuisisi Micron Technology dan Western Digital Corporation telah dihambat.
Selain itu, untuk mencegah teknologi semikonduktor penting mengalir ke Tiongkok, beberapa negara Eropa dan Amerika telah melarang perusahaan semikonduktor terkemuka mereka untuk merekrut karyawan berwarganegara Tiongkok.
Beberapa perusahaan Taiwan telah menutup perekrutan posisi karyawannya yang kosong di Tiongkok. Pada saat yang sama, negara-negara Eropa dan Amerika juga membatasi penerbitan visa untuk mencegah peneliti Tiongkok mengambil keuntungan dari kesempatan belajar atau penelitian untuk memperoleh teknologi utama.
Menghadapi situasi di atas, laporan tersebut menyarankan bahwa perusahaan semikonduktor Tiongkok harus memperkuat kerja sama dengan perusahaan terkemuka di luar negeri, berintegrasi ke dalam rantai industri semikonduktor global, berusaha keras untuk membangun hubungan yang baik dengan pemasok dan pelanggan luar negeri. Bahkan, menggunakan pasar besar tiongkok yang besar untuk melonggarkan pembatasan ekspor. Tak lain, demi membantu perusahaan Tiongkok mendapatkan bahan utama.
Zhang Yuyan, Direktur Institut Ekonomi Dunia dan Politik dari Akademi Ilmu Sosial Tiongkok, mengatakan dalam seminar tentang membangun kembali rantai pasokan pada Juli 2021, bahwa dalam menghadapi pemblokiran yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan sekutunya, pemerintah Tiongkok harus bekerja keras untuk menciptakan kepastian situasi saling ketergantungan dari rantai industri berbagai negara.
Zhao Lijian, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok mengatakan dalam konferensi pers pada 25 Februari tahun lalu, bahwa pemerintah Tiongkok membutuhkan rantai pasokan yang memiliki keinginan “dalam diri saya ada Anda dan dalam diri Anda ada saya”, serta “Keuntungan dari rantai pasokan yang terkait sangat erat.” (sin)