NTDTV.com
Ketika kekhawatiran meningkat tentang Rusia mungkin sepenuhnya menyerang Ukraina, beberapa warga sipil di Ukraina melancarkan aksi anti-Rusia. Di antaranya, seorang nenek berusia 78 tahun mengambil senapan serbu AK-47 dan Anak laki-laki berusia 15 tahun bekerja tanpa lelah menggali parit untuk para prajurit
Nenek 78 Tahun Memegang AK-47
Untuk mempertahankan diri dari agresi Rusia, beberapa warga sipil di kota Mariupol, Ukraina, telah mulai menjalani pelatihan pertahanan diri senjata dasar, termasuk nenek berusia 78 tahun Valentina Constantinovska, seperti yang dikutip dari Central News Agency.
Constantinovska kepada BBC berkata : “Begitu penjajah masuk, saya akan melawan, saya akan marah.”
Selama pelatihan, Constantinovska mengenakan mantel berwarna lemon, berbaring tengkurap di atas matras yoga, memegang senapan serbu AK-47 dan senjata target untuk latihan membidik.
Ia juga menyampaikan : “Saya bermimpi belajar cara menggunakan senjata sejak tahun 2014, tetapi diberi tahu ‘Nenek, kamu terlalu tua untuk ini, tidak cocok untuk kamu, kamu akan jatuh ketika menembak.”
Para pelatih di Malibo adalah anggota dari kelompok sayap kanan Azov , yang telah memicu kontroversi di masa lalu dan telah resmi bergabung dengan Garda Nasional Ukraina.
Al Jazeera juga melaporkan bahwa sejak konflik pecah di Ukraina pada 2014, Constantinovska terus menjadi sukarelawan dengan sekelompok besar wanita lansia. Mereka juga menggali parit, menyediakan persediaan, membuat jaring, melakukan layanan medis, dan bahkan membangun menara pengawas.
Meskipun Constantinovska memiliki pandangan politik yang berbeda dari Batalyon Azov, satu-satunya ideologi yang dia pedulikan adalah “mempertahankan tanah airnya”. Dia sepenuh hati memeluk ideologi ini dan melakukan segala daya untuk membantu.
Anak Laki-laki Ukraina Menggali Parit di Garis Depan
Takut Rusia akan menyerang Ukraina secara habis-habisan, seorang pemuda Ukraina berusia 15 tahun Mykhailo Anopa memutuskan untuk berhenti duduk tenang dan bergabung dengan anak laki-laki lain dari keluarga yang kurang beruntung dalam menggali parit, untuk tentara yang memerangi separatis pro-Rusia di front timur.
“Ketika ayah pendeta memberi tahu kami bahwa mungkin ada penembakan, bahwa (Presiden Rusia) Putin mungkin menyerang, saya mulai mengalami mimpi buruk karena saya memikirkannya sebelum tidur,” kata Anopa.
Sekarang dia berkata dengan bangga: “Kami menggali parit untuk membantu tentara Ukraina, dan sekarang kami mendukung mereka, itu telah menjadi tanggung jawab kami.”
Anopa berasal dari keluarga broken home dan anak-anak ini dipimpin oleh pendeta Pantekosta Gennadiy Mokhnenko. Pria berusia 53 tahun itu, baru saja kembali dari perjalanan ke AS di garis depan di Ukraina dan sibuk mengajar sekitar 40 anak laki-laki dalam disiplin dan keterampilan menggali parit.
“Hari ini kita akan membentengi ruang bawah tanah. Kita akan membeli beberapa tabung gas dan membuat rencana evakuasi,” kata Mokhnenko setelah memimpin doa bersama. Ia juga mengatakan, setiap orang memiliki tas kecil berisi pakaian dan dokumen. Ia akan memeriksa persiapan orang-orang di malam hari.”
Ada getaran pro-Barat di kelas Mokhnenko, di mana bendera Ukraina dan Amerika Serikat digantung di kantornya, dan tiang bendera ditopang oleh meriam kosong. Dia sendiri mengenakan sepasang sandal rumah dan seragam kamuflase gaya Barat.
“Situasinya sangat serius, tetapi kami akan siap,” katanya kepada anak-anak dengan sungguh-sungguh.
Mereka berada di desa Chervone di Ukraina timur, di Laut Azov, di mana parit pertama digali pada November 2018 selama eskalasi militer dalam skala kecil.
Pada saat itu, sebuah kapal Ukraina mencoba berlayar ke Laut Azov dari pelabuhan Laut Hitam Odessa, tetapi dicegat oleh kapal perang Rusia. Pelayaran tersebut menjadi sangat berbahaya setelah Rusia mencaplok semenanjung Krimea dari Ukraina pada 2014.
Semenanjung Krimea menjaga selat yang menghubungkan Laut Azov dan Laut Hitam, dan kapal perang Rusia berpatroli di selat itu.
Selama konflik 2018, peluru jatuh di dekat desa Chervone, mendorong tentara Ukraina untuk mulai mempersiapkan perang yang lebih besar.
Sekarang, setiap kali cuaca cerah, anak laki-laki di kelas Morkhnenko dapat melihat lebih banyak kapal perang Rusia berlayar di Laut Azov. Rusia juga mengadakan latihan angkatan laut besar selama seminggu di Laut Hitam, yang melibatkan puluhan kapal perang dan hampir 20 kapal, yang menegangkan.
Morkhnenko mengatakanbahwa anak laki-laki seperti Anopa lebih bahagia ketika mereka merasa melakukan sesuatu yang konstruktif, seperti menggali parit.
“Anak-anak tertawa dan bermain, tetapi ada banyak ketakutan di baliknya. Mereka menghabiskan bertahun-tahun hidup mereka menatap bagian belakang tentara, dan sekarang mereka melihat garis depan dari jendela mereka,” katanya.
Di kawasan industri yang sebagian besar berbahasa Rusia di Ukraina timur, beberapa wilayah telah terperosok dalam konflik selama beberapa waktu, sejak pemberontakan tahun tahun 2014 oleh massa pro-Uni Eropa (UE) menggulingkan presiden yang didukung Rusia.
Perang tidak hanya menewaskan lebih dari 14.000 orang dan memaksa 1,5 juta orang meninggalkan rumah mereka, tetapi juga telah menguras perekonomian negara dan menahan keinginan Ukraina untuk bergabung dengan Barat.
Sekarang rakyat Ukraina khawatir konfrontasi Putin dengan Barat atas perluasan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dapat menyebabkan serangan skala penuh lebih dari 100.000 tentara Rusia di perbatasan. (hui)