Li Lan dan Gu Xiaohua
Situasi epidemi di Shanghai kian memburuk. Atas perintah otoritas yang berwenang, banyak rumah sakit biasa diubah menjadi tempat karantina pasien COVID-19. Seluruh perawat Rumah Sakit Zhoupu, yang berada di Area Baru Pudong, Shanghai melakukan protes atas kesewenangan otoritas rumah sakit, bahkan seluruh petugas kebersihan dan keamanan rumah sakit telah mengundurkan diri.
Menurut laporan mengenai situasi epidemi yang dikeluarkan oleh Komisi Kesehatan Nasional Tiongkok pada 22 Maret, jumlah kasus infeksi transmisi lokal di Shanghai dalam sehari terakhir telah mencapai 900 kasus, angka harian tertinggi baru (31 kasus yang dikonfirmasi dan 865 infeksi tanpa gejala).
Dalam konferensi pers tentang laporan tugas pencegahan dan pengendalian epidemi di Shanghai hari itu, Wu Jinglei, direktur Komisi Kesehatan Kota Shanghai mengatakan, bahwa selain rumah sakit yang ditunjuk, Shanghai juga telah meminta penggunaan tempat tidur di institusi medis cadangan sebagai tempat karantina dan perawatan pasien positif COVID-19, termasuk RS. Zhoupu di Area Baru Pudong, Shanghai.
Pada 22 Maret, Rumah Sakit Zhoupu mengeluarkan pengumuman yang isinya menangguhkan layanan rawat jalan, darurat dan rawat inap pasien bukan akibat COVID-19. Namun, menurut orang dalam yang tinggal di komunitas perumahan tidak jauh dari rumah sakit, bahwa pihak Rumah Sakit Zhoupu telah melakukan pengosongan pasien rawat inapnya pada 20 Maret siang, dan mulai menerima pasien COVID-19 hingga larut malam.
Hu Yuemei (nama samaran), wanita warga komunitas ‘Zhongjin Haitang Wan’ yang berlokasi di sebelah Rumah Sakit Zhoupu Shanghai mengatakan : “Selain sekitar 300.000 orang warga Zhoupu, warga dari Kangqiao juga akan datang ke sini. Kita para warga yang tinggal di bagian Zhoukang ini umumnya akan mendatangi RS Zhoupu kalau sakit. Kemarin (20 Maret) pihak Rumah Sakit Zhoupu tiba-tiba memaksa semua pasien yang dirawat di rumah sakit untuk keluar dari rumah sakit, baik pasien yang masih diinfus, pasien yang baru selesai menjalani operasi pembedahan dan masih diinfus, termasuk pasien yang menjalani dialisis (cuci darah)”.
Perawat Rumah Sakit Zhoupu mengatakan : “Semua petugas sudah mogok. Direktur rumah sakit memberikan konferensi pers dan kita semua dipaksa jadi korban”.
Karena Rumah Sakit Zhoupu dijadikan tempat penampungan sementara pasien karantina COVID-19, jadi seluruh perawat rumah sakit melakukan protes pada 21 Maret 2022.
Hu Yuemei mengatakan : “Tetangga kita juga ada yang bekerja di Rumah Sakit Zhoupu sebagai perawat, ia meminta warga di sekitar sini juga bersedia membantu para perawat dengan memberikan tanggapan. Karena para perawat harus bekerja dalam situasi tanpa perlengkapan yang memadai dalam menangani gangguan dan mencegah penyebaran COVID-19. Dalam situasi itu para perawat disuruh untuk bertempur di garis depan menghadapi virus. Sedangkan dokter-dokternya bersembunyi di belakang, termasuk Li Ming, (direktur rumah sakit) yang juga bersembunyi di belakang, kecuali sekali-kali muncul sejenak ke depan untuk melakukan propaganda”.
Direktur rumah sakit Li Ming dalam konferensi pers tentang pencegahan dan pengendalian epidemi Shanghai pada 18 Maret mengatakan bahwa rumah sakit telah memperkuat sistem pencegahan dan pengendaliannya, dan “para pimpinan unit di rumah sakit akan bertugas selama 24 jam sehari”, katanya.
Namun, menurut video dari orang dalam di rumah sakit, kenyataannya sangat berbeda yang membuat para perawat sangat kecewa.
Kepala Perawat Rumah Sakit Zhoupu mengatakan : “Hari ini kami menemukan bahwa semua jendela bangsal disegel dengan papan kayu. Kami tahu bahwa selama epidemi SARS, setiap orang perlu dalam ruangan yang berventilasi, agar aliran udara bebas bisa digunakan untuk mencegah penularan. Jika sekarang semua jendela ditutup rapat sehingga tidak terjadi aliran udara bebas, maka kita dan pasien akan menghirup udara yang sama. Kita sebagai perawat dengan upah yang tidak seberapa, didorong untuk berjuang di garis depan dengan tanpa fasilitas penunjang. Bagaimana pula dengan upah kita selama mengumpulkan sampel yang belum dibayar ? Di siang hari yang bertugas adalah 2 orang perawat dan seorang dokter. Tetapi di malam hari hanya seorang perawat tanpa dokter, kalau ada masalah medis kemana kita harus mencari bantuan ? Kalau emerjensi menghubungi siapa ? Bagaimana menangani pasien ?”
Saat bernegosiasi dengan pihak rumah sakit, kepala perawat Rumah Sakit Zhoupu mengatakan bahwa para perawat melakukan pengambilan sampel asam nukleat siang dan malam, bahkan beberapa orang perawat sampai tidak tidur selama 36 jam berturut-turut.
Di Kota Shanghai yang berpenduduk sekitar 26 juta jiwa, selama tiga hari dari 18 hingga 20 Maret, total pengujian asam nukleat telah mencapai 30 juta kali.
Saat ini, banyak rumah sakit besar di Shanghai telah difungsikan sebagai tempat karantina pasien COVID-19, karena sistem medis sudah kewalahan.
Petugas RS. Zhoupu yang bertanggung jawab menerima pasien COVID-19 mengatakan : “Jika Anda memiliki teman sekelas di Rumah Sakit Huashan Utara, atau Rumah Sakit Ruijin Selatan, situasi mereka juta tidak berbeda dengan kita. Hal penting yang kita terima di sini adalah ….. Tolong jangan direkam. Saya menyarankan semua orang untuk tidak memposting apapun di Douyin atau disebarluaskan di luar. Ini adalah disiplin kita. Sekarang adalah waktu yang paling sulit bagi negara kita, termasuk Shanghai. Sebagai staf medis, kita memiliki tanggung jawab untuk tampil dan berjuang di garis depan”.
Perawat Rumah Sakit Zhoupu berujar secara spontan : “Kalian saja yang tampil dan berjuang duluan di garis depan, termasuk para anggota Partai Komunis Tiongkok”.
Minggu ini, penduduk di beberapa pemukiman di Kota Shanghai terpaksa dikarantina alias dipaksa berada dalam rumah selama 14 hari, bahkan beberapa pemukiman kecil dipasang dengan kawat yang beraliran listrik. (sin)