oleh Bi Xinci dan Chen Haiyue
Sampai saat ini pertempuran antara pasukan Rusia dengan Ukraina di wilayah Donbas masih berlangsung. Pemboman yang dilakukan pasukan terhadap Kharkov telah menimbulkan banyak korban sipil. Zelensky menuduh militer Rusia memblokir pelabuhan Ukraina yang dapat menyebabkan bencana kelaparan bagi jutaan orang di seluruh dunia.
Menurut sebuah video yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan Rusia pada Kamis 9 Juni, pasukan Rusia menggunakan peluncur roket multipel (Multiple rocket launcher. MRL) untuk menyerang Ukraina pada malam hari.
Juru bicara layanan darurat Kharkov mengatakan : “Sekitar pukul 11 ​​malam, rudal musuh menghantam sebuah kafe dan bangunan itu hancur total. Selain itu, sebuah supermarket terdekat juga hancur, sebagian dari ruang perpustakaan dalam sekolah juga hancur”.
Tiga orang warga sipil tewas dan lima orang lainnya terluka dalam serangan Rusia di kota terbesar kedua Ukraina, Kharkiv pada Rabu malam.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada hari Rabu 8 Juni, bahwa Severo Donetsk tetap menjadi pusat situasi di Donbas dan sampai batas tertentu akan menentukan masa depan Donbas.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan : “Siang dan malam ini perang total telah memasuki hari yang ke-105, dan Severo Donetsk tetap menjadi pusat konflik di wilayah Donbas”.
Penduduk Donetsk, Ukraina mengatakan : “Kami terus dibombardir baik siang maupun malam, sehingga hampir seluruh waktu kami dihabiskan untuk bersembunyi di dalam tempat perlindungan serangan udara”.
Warga Ukraina yang tetap bertahan di wilayah Donbas terpaksa harus berlindung di dalam bunker untuk menghindari serangan.
Hari Rabu, Zelensky juga mengungkapkan bahwa tanaman seperti gandum dan jagung tidak dapat diekspor karena pelabuhan Ukraina di Laut Hitam diblokir Rusia. Hal mana berpotensi menimbulkan kekurangan pangan bagi jutaan orang di seluruh dunia.
Zelensky mengatakan Armada Rusia, bukan armada Inggris atau armada nasional lainnya yang memblokir pelabuhan Ukraina di Laut Hitam, Hal ini akan menyebabkan dunia menghadapi krisis pangan yang mengerikan.
Media pemerintah Rusia melaporkan, bahwa 2 orang warga Inggris dan seorang warga Maroko yang ditangkap karena berperang untuk Ukraina telah mengaku bersalah di pengadilan pro-Rusia pada Selasa 7 Juni. Mereka mungkin dapat dijatuhi hukuman mati.Â
Kedua orang warga Inggris yang ditahan itu juga mengatakan bahwa mereka berharap dibebaskan dengan imbalan Medvechuk, sekutu Putin yang ditahan oleh Ukraina.
Namun, hingga saat ini belum jelas apakah ucapan mereka ini dikendalikan oleh Moskow.
Secara terpisah, badan pengungsi PBB mengatakan pada Rabu bahwa lebih dari 7 juta warga Ukraina, telah meninggalkan kampung halaman mereka sejak pecah perang Rusia – Ukraina. Negara-negara seperti Polandia, Moldova, dan Rusia adalah negara yang paling banyak menampung pengungsi dari Ukraina. (sin)