oleh Yi Ru
Setelah sejumlah bank desa di Provinsi Henan mengalami kesulitan dana sehingga nasabahnya tidak dapat menarik uang simpanan mereka, masalah yang sama terjadi juga di Kota Shanghai, Shenzhen, Dandong, Liaoning dan beberapa tempat lainnya.
Komentator menunjukkan, bahwa sistem keuangan Tiongkok sedang bermasalah. Namun demikian, mengapa pihak berwenang justru bertindak lambat dalam menanganinya ? Hal ini menimbulkan pertanyaan besar.
Sebuah Video yang beredar berbunyi : “Sekarang Bank of Shanghai setiap harinya hanya memberikan 300 nomor antrean bagi nasabahnya yang mau mengambil dana. Percuma antre kalau nomornya sudah habis. Lihat saja begitu banyak orang”.
Sejak pembebasan dari lockdown, banyak nasabah antre di depan hampir seluruh bank di Shanghai untuk menyelesaikan kebutuhan mereka, seperti menarik dana simpanan, ambil uang pensiunan, transfer bayar listrik, air, gas dan sebagainya. Tetapi untuk memperoleh nomor antrean saja masih setengah mati.
Seorang wanita warga Shanghai Mrs. Huang mengatakan : “Ada bank yang tidak buka selama beberapa hari. Umumnya, orang muda mentransfer uang melalui ponsel mereka, sementara orang tua tidak dapat menggunakan ponsel pintar, sehingga mereka hanya dapat mengantri di bank. Wanita itu juga mengatakan, bahwa ia melihat seorang pria lansia kesepian berumur 80 tahun sejak 2 hari lalu sudah mengantre pada pukul 04.00 atau 05.00 pagi, baru mendapatkan nomor 107 yang tentunya masih harus menunggu selama beberapa jam lagi. Kasihan !”
Kabarnya, para lansia ini ingin mengambil uang pensiun mereka sesegera mungkin setelah penguncian kota dicabut, beberapa ingin mengurus pembukaan rekening, dan beberapa hanya ingin membayar tagihan air, listrik, dan gas. Tetapi karena kupon untuk antrean bank cepat habis dibagikan, jadi orang-orang tua terpaksa bolak-balik selama berhari-hari, mereka mengeluh.
Mrs. Huang tersebut mengatakan bahwa fenomena bank di Shanghai ini menjadi sangat menonjol sekarang.
Mrs Huang juga menceritakan, Khususnya di Bank of Shanghai, uang pensiunan biasanya dibayarkan oleh Bank of Shanghai. Para pensiunan di Shanghai umumnya menerima upah pada 8, 10 setiap bulannya, jadi sudah biasa kalau tanggal tersebut orangnya banyak. Namun sejak 1 Juni hingga sekarang, setiap hari nasabah berjubel di bank.
Pejabat bank dalam tanggapannya menyebutkan bahwa itu karena pembukaan kembali kantor-kantor cabang, sehingga terjadi peningkatan permintaan untuk transaksi bisnis. Karena itu muncullah fenomena orang tua datang antre pagi-pagi.
Namun, Kota Shenzhen yang tidak mengalami lockdown dalam dua bulan sebelumnya, mengapa fenomena serupa dengan Shanghai juga muncul di sana ?
Seorang deposan mengatakan : “Mari kita lihat, Bank of China Cabang Shiyan. Sebelum sarapan pagi nasabah sudah datang antre pada jam 6 atau 7 pagi. Sekarang sudah jam 10 kita semua masih mengantre. Mereka bilang kupon antrean sudah habis dibagikan, Jadi hari ini kita tidak bisa mengurusi transaksi”.
Warga Kota Shenzhen Mr. Chen mengungkapkan, fenomena serupa juga terjadi di Agricultural Bank of China di Kota Shenzhen.
Mr. Chen mengungkapkan, ia memiliki rekening di Agricultural Bank of China di Kota Shenzhen. Saat ia lewat di sana. Ia melihat dalam 2 hari terakhir ini setiap harinya banyak nasabah yang mengantre. Bagaimanapun, bank ini yang sudah berada di sana selama beberapa tahun, tetapi ia belum pernah melihat antrian sepanjang itu. Entah mengapa ? ia mengaku tidak tahu, ada yang mengatakan bahwa akibat pemblokiran rekening nasabah.
Mr. Chen juga mengatakan bahwa begitu kartu bank nasabah terkena blokir, maka nasabah bersangkutan harus menunjukkan identitas sebagai warga kota Shenzhen baru bisa dibuka kembali blokirnya.
Beberapa juga mengungkapkan bahwa suasana para nasabah di Bank of Dandong di Liaoning juga berjubel untuk menarik dana simpanan mereka.
Warga kota mengatakan : “Sudah beberapa hari ini Bank of Dandong setiap hari ada antrean panjang nasabah. Kemarin banyak nasabah yang tidak kebagian kupon antrean, sehingga datang pagi-pagi hari ini, tetapi kehabisan lagi. Lihat saja, berapa banyak orang yang mengantre, ada yang datang setiap hari selama sepekan untuk mengantre mendapatkan nomor, ada juga yang mengantri sampai sore hari. Belum juga berhasil untuk menarik dana simpanan yang diinginkan”.
Ternyata, tidak hanya satu bank di Kota Dandong yang kehabisan uang tunai, sehingga para nasabah tidak bisa menarik dana simpanan mereka.
Seorang Warga kota mengatakan : “ia pergi ke Shenzhen Rural Commercial Bank, gagal menarik dana, lalu ke Bank of Dandong, orangnya berjubel. Ia tidak tahu apakah mereka akhirnya bisa mendapatkan uang tunai yang mereka inginkan ?”
Sejak awal tahun ini, pemerintah Tiongkok telah menempatkan resiko moneter sebagai prioritas paling utama dalam penanggulangannya. Namun, mengapa banyak nasabah bank di berbagai kota belakangan ini justru mengalami kesulitan dalam menarik uang simpanan mereka. Analisis para komentator adalah : Inilah letak kejanggalannya !
Wang He, seorang kolumnis media Epoch Times mengatakan : “Ada beberapa bank desa yang sudah tidak lagi mampu membayar dana simpanan nasabahnya. Tahun ini, banyak bank telah memperkenalkan kebijakan, yang dimulai pada bulan April tahun ini. Bahkan jika Anda membayar di perbankan online, untuk jumlah yang besar ada batasannya. Untuk pemrosesan, banyak bank telah menetapkan batasan atas sejumlah RMB. 10.000,- buat sekali transaksi. Jadi hal-hal ini mencerminkan adanya tanda-tanda lembaga keuangan umumnya sudah mengalami masalah. Di mana letak kejanggalannya ? Jika perbankan bermaksud menjaga reputasinya, atau menstabilkan hati para nasabahnya atau masyarakat umum, ia seharusnya secepat mungkin mengambil tindakan penyelesaiannya. Tetapi pada kenyataannya, mereka mengulur-ulur penyelesaiannya”.
Wang He menjelaskan bahwa mungkin ada dua alasan mengapa pihak berwenang belum menyelesaikan masalah sampai sekarang. Pertama, karena pihak berwenang percaya bahwa ini bukan masalah besar, masyarakat tidak akan berontak karenanya. Kedua, mungkin sudah terjadi masalah besar di bidang moneter yang tak mampu diatasi oleh pihak berwenang.
Pada April tahun ini, banyak bank desa di Provinsi Henan mengalami kesulitan dalam membayar dana simpanan ratusan nasabah yang nilainya mencapai hampir RMB. 40 miliar. Namun, otoritas lokal selain melakukan penekan terhadap nasabah yang menuntut haknya, tetapi juga membatasi aktivitas para nasabah penyimpan dana ini dengan cara mengubah kode kesehatan mereka menjadi berwarna merah. Hal mana menimbulkan ketidakpuasan sosial yang tidak kecil. (sin)