Health 1+1
Setiap orang memiliki sedikit banyak emosi negatif, seperti dendam dan ketidakpuasan. Emosi ini biasanya akan berlalu setelah beberapa saat.
Namun, jika Anda sering merasa kesal, Anda harus mewaspadai kemampuan emosi negatif yang membuat Anda keriput lebih awal dan lebih cepat menua. Mengapa bisa demikian?
Pernahkah Anda memperhatikan? Saat Anda sedang dalam suasana hati yang sebal atau marah, otot-otot wajah Anda menjadi kaku, sehingga Anda harus dengan sengaja mengangkat sudut mulut Anda untuk mengeluarkan senyuman, dan otot-otot di area alis juga akan mengencang.
Ekspresi wajah seperti itu cenderung membuat orang terlihat lebih tua. Namun, jika Anda sering dalam suasana hati seperti itu, Anda tidak lagi “terlihat” tua, tetapi sebenarnya menjadi tua.
Dr. Gyaltsen Lobsang, ahli pengobatan pencegahan dan direktur Klinik Perawatan Pencegahan Lobsang, menunjukkan bahwa di antara pasiennya, mereka yang memiliki banyak keluhan biasanya terlihat lebih tua daripada orang-orang seusianya. Apalagi setelah usia 60 tahun, antara orang yang sering tersenyum dan tidak, serta orang yang sering kesal dan tidak, perbedaan penuaan pada wajah mereka cukup jelas, begitu pula perbedaan- nya dalam jumlah kerutan di wajah mereka.
Ketika seseorang menyimpan kebencian, emosi negatif lainnya seperti marah, panik, cemas, dan dendam akan mengikuti, disertai dengan lekas marah dan stres. Menurut Dr. Gyaltsen, ketika emosi negatif menumpuk untuk waktu yang lama, akan menyebabkan disregulasi bertahap dari sistem saraf otonom, sehingga menghasilkan banyak masalah fisik. Saraf otonom meliputi saraf simpatis dan parasimpatis, yang tersebar luas di berbagai jaringan dan organ tubuh. Setelah sistem saraf otonom tidak teratur, insomnia, masalah pencernaan, masalah metabolisme, dan banyak masalah lainnya akan mengetuk pintu Anda.
Ketika seseorang memiliki kualitas tidur buruk, pencernaan dan penyerapan buruk, serta metabolisme buruk, kemampuan tubuh untuk memperbaiki dirinya sendiri juga akan menurun, yang mengakibatkan hilangnya otot secara lambat, regenerasi kolagen yang buruk, dan kulit yang kusam. Hal ini akan membuat orang rentan terhadap kerutan dan kantung mata.
Elastisitas kulit dan retensi kelembapannya juga akan menurun, membuat penampilan mereka terlihat lebih tua.
Selain itu, kebencian, kemarahan, dan emosi negatif lainnya juga akan mendorong saraf simpatik untuk membuat kelenjar adrenal melepaskan lebih banyak “hormon stres” –kortisol.
Ketika ada terlalu banyak kortisol dalam tubuh, itu tidak hanya akan menghambat pertumbuhan rambut dan mengakibatkan rambut berkurang, tetapi juga akan menghancurkan kolagen dan menghambat sekresi prekursor hormon seks DHEA dalam tubuh. Kekurangan sekresi DHEA dalam jangka waktu yang lama akan mempercepat penuaan.
Efek dari emosi yang berbeda pada penampilan orang “bisa sangat terlihat hanya dalam 10 tahun,” kata Dr. Gyaltsen.
Emosi negatif tercermin dalam penampilan tidak hanya dalam peningkatan kerutan, tetapi juga pada kerentanan orang terhadap penyakit kulit.
Kulit adalah organ terbesar dari tubuh manusia dan termasuk rambut, kuku, epidermis, dan dermis. Kulit juga merupakan organ yang erat kaitannya dengan emosi. Misalnya, kemarahan, stres, ketakutan, dan emosi negatif lainnya akan membuat kulit menjadi merah, pucat, berkeringat dan/atau gatal.
Sebuah tinjauan Italia tahun 2020 menemukan bahwa orang yang terkena penyakit kulit seringkali memiliki masalah psikologis yang sesuai. Misalnya, emosi seperti kebencian atau jijik sangat terkait dengan psoriasis. Kemarahan sering dikaitkan dengan psoriasis dan dermatitis atopik, diikuti oleh urtikaria, eritema, urtikaria idiopatik kronis, jerawat, dan vitiligo.
Kebencian adalah Racun yang Juga Dapat Mempersingkat Umur Anda
“Dalam pengobatan pencegahan, pikiran lah yang mengatur,” kata Dr. Gyaltsen, “dan racun psikologis adalah yang paling beracun.” Kebencian adalah racun yang sangat beracun. Dia telah melihat bahwa pasien dengan tingkat kebencian yang tinggi tidak hanya menua, tetapi mereka juga rentan terhadap kanker.
Ilmu pengetahuan modern juga telah menemukan bahwa kebencian memperpendek rentang hidup orang.
Ada struktur kunci di ujung kromosom linier, telomer, yang merupakan “tutup pelindung” DNA. Setiap kali sel membelah, telomer menyusut sedikit, dan ketika terlalu pendek untuk menyusut, sel mati. Dengan demikian, perilaku yang merusak telomer dapat menyebabkan penuaan dini.
Sebuah studi tahun 2012 yang diterbitkan Biological Psychiatry, menemukan bahwa orang yang sangat sinis dan bermusuhan memiliki panjang telomer yang jauh lebih pendek daripada yang lain. Dan hubungan antara permusuhan dan penyakit lebih menonjol pada pria daripada wanita.
Studi lain pada 2017 menemukan bahwa pria sinis memiliki risiko penyakit kardiovaskular yang jauh lebih tinggi, termasuk penyakit jantung dan stroke, dan memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi daripada rata-rata.
Menurut Dr. Gyaltsen, satu-satunya cara untuk menjadi optimis dan bahagia adalah dengan mengubah pola pikir seseorang, sehingga sistem saraf otonom seseorang akan seimbang dan mampu mempertahankan fungsi fisiologis yang normal. Orang yang sering tersenyum bahagia memiliki otot wajah yang lebih berkembang dan kulit yang lebih kencang.
Dr. Gyaltsen menyarankan semua orang untuk berhenti menyimpan dendam, jika itu masalahnya, sehingga mereka akan terlihat lebih muda dari sebelumnya, baik dalam usia fisik maupun dalam penampilan. (jen)