oleh Xu Zhe dan Chen Haiyue
Pekan lalu Sri Lanka mengumumkan kebangkrutan. Pada Sabtu, 9 Juli ribuan pengunjuk rasa menyerbu istana presiden mendesak Presiden Gotabaya Rajapaksa meninggalkan istana. Tempat kediaman pribadi perdana menteri dibakar pada hari Sabtu malam. Para pejabat mengatakan bahwa perdana menteri tidak berada di kediamannya pada saat itu.
Di bawah tekanan dari protes rakyat pada Sabtu 9 Juli, Presiden Gotabaya Rajapaksa akhirnya mengumumkan pengunduran diri pada hari Rabu 13 Juli, yang disampaikan dalam sebuah pernyataan dari Ketua DPR Sri Lanka Mahinda Yapa Abeywardena . Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe juga telah menyatakan kesediaannya mengundurkan diri untuk memberi jalan bagi pemerintahan semua partai.
Selama aksi protes terjadi, setidaknya 39 orang terluka dan dirawat di rumah sakit, termasuk 2 orang anggota polisi.
Analis politik Bhavani Fonseka percaya bahwa periode ketidakpastian akan terus berlanjut yang akan memperdalam krisis setelah pengunduran diri presiden dan perdana menteri jika kekerasan tidak dihentikan.
Peneliti senior di Center for Policy Alternatives itu mengatakan : “Presiden telah setuju untuk mengundurkan diri, tetapi beberapa hari ke depan akan menjadi saat-saat yang sangat tidak menentu untuk melihat apa yang terjadi secara politik. Apakah dia benar-benar mengundurkan diri, apakah perdana menteri mengundurkan diri, itu akan menjadi waktu yang menarik untuk diperhatikan apa yang bakal terjadi setelahnya itu”.
Sampai saat ini belum tahu secara persis bagaimana penyerahan jabatan akan berlangsung. Abeywardena pada hari Sabtu menguraikan, ringkasan pertemuan para pimpinan partai, termasuk keputusan akan memilih penjabat presiden oleh parlemen dalam waktu seminggu.
Bhavani Fonseka mengatakan : “Jadi jika kekerasan tidak berhasil dibendung, itu akan memperdalam krisis. Oleh karena itu saat ini adalah momen yang sangat, sangat penting bagi Sri Lanka”.
Sri Lanka adalah anggota kunci dari One Belt One Road atau Inisiatif Sabuk dan Jalan Tiongkok. Beberapa analis percaya bahwa perangkap utang Tiongkok adalah salah satu alasan kesulitan ekonomi yang dihadapi Sri Lanka saat ini. (sin)