SEAN FITZPATRICK
Perbedaan antara apa yang “hebat” dan apa yang “baik” sangat penting dalam sastra.“Tarzan of the Apes”, yang ditulis oleh penulis Amerika Edgar Rice Burroughs pada 1912, bukanlah buku yang bagus—tetapi bacaan yang bagus dan baik.
Bahkan jika “Tarzan of the Apes” hanyalah buku usang, sebagai yang pertama dari 25 sekuel yang semakin aneh, ia memiliki setiap fitur yang diharapkan pembaca dalam sebuah novel. Burroughs yang gagal memuaskan, menjadikan “Tarzan of the Apes” buku yang sempurna untuk musim panas.
Tarzan: stereotip karena suatu alasan
Tarzan telah menderita stereotip selama bertahun-tahun, tetapi ada alasan bagus mengapa ia menjadi stereotip. Ada daya tarik dalam kisah penguasa Inggris Greystoke yatim piatu ini di Afrika semasa bayi, dan kematian orang tuanya menyebabkan dia dibesarkan oleh kera. Ada kemahiran dalam menguasai kelihaian kera. Ada humor dalam keangkeran suku pribumi. Ada intrik ketika Tarzan, dengan kecerdikan yang luar biasa, menyatukan sejarah dan kemanusiaannya. Ada kegembiraan saat dia menemukan orang Inggris terbuang lainnya dan jatuh cinta dengan Jane Porter yang cantik.
Ada kegembiraan saat dia berulang kali menyelamatkan teman- temannya dari bahaya hutan, ada kesedihan saat dia diperkenalkan dengan peradaban, dan kontras antara budaya modern dan kebiadaban bangsawan Tarzan.
Episode yang menggembirakan dan menegangkan, seperti kegembiraan menuju kemenangan. Sangat sedikit tentang Tarzan yang berbelit belit atau tersirat, dan buku ini langsung kepada kepahlawanannya. Dari pertempuran brutal hingga percintaan, Tarzan adalah seorang protagonis yang to the point dengan kecepatan dan ketepatan dengan perjuangan.
Brutal dan Indah
Keganjilan, ketidakkonsistenan, dan bagian-bagian yang mustahil dalam peristiwa-peristiwa yang menggetarkan hati, dalam buku ini sama sekali tidak penting. Pembaca tidak khawatir tentang hukum fisika ketika Tarzan berayun dari pohon ke pohon mengejar kera yang baru saja membawa Jane ke sarangnya yang kotor. Ada hal-hal yang lebih besar yang dipertaruhkan daripada gravitasi dalam situasi seperti ini.
Kisah Tarzan sederhana, tapi tidak berarti juga sederhana. perkataan terkenal (dan salah aturan), “I Tarzan, you Jane”, adalah penyederhanaan yang berlebihan dari apa yang sebenarnya sangat sederhana. “Tarzan of the Apes” adalah buku yang terkenal luar biasa, berjuang keras dalam kebebasan yang telah lama hilang, yang menyegarkan seperti tempo tarian gendang liar kera yang menggetarkan.
Martabat Tarzan
Kisah Burroughs adalah tentang kekasaran liar di satu sisi, tetapi di sisi lain, itu menyoroti keagungan sifat manusia. Kemanusiaan diberikan kekuasaan yang jelas ketika ditempatkan di tengah-tengah binatang liar seperti senjata untuk kelangsungan hidup yang mendasar.
Meskipun dibesarkan oleh binatang, Tarzan belajar tentang identitas dan martabatnya yang sejati.
Pada intinya, epik hutan ini mengadu keturunan dengan habitat untuk memperjelas tempat alami manusia sebagai penguasa ciptaan-Nya (manusia dan binatang memiliki habitat masing-masing). Apa yang paling mencolok, dan yang membedakan Tarzan dari binatang secara dramatis, adalah kerinduan nalurinya akan pengetahuan dan kebenaran. Tarzan memiliki petualangan yang tak terhitung dan tak terbatas, tetapi petualangan terbesarnya adalah menemukan tidak hanya siapa dia yang sebenarnya tetapi juga apa dia secara alami.
Belajar sendiri misalnya cara membaca, belajar cara berbicara adalah merupakan keajaiban yang tidak logis dan aneh. Tarzan mencari identitas dan pemahaman, seperti yang kita semua lakukan. Dengan demikian, ia mencerminkan perjalanan dari masa kanak-kanak ke dewasa.
Setelah membaca “Tarzan of the Apes”, Rudyard Kipling mengatakan bahwa Edgar Rice Burroughs hanya ingin “mengetahui seberapa buruk sebuah buku yang bisa dia tulis dan lolos begitu saja.” Mr. Burroughs dengan mudah menghindari kritik dan lulus dengan “Tarzan of the Apes”. Kekuatan tanpa basa basi dengan plot cerita adalah aliran keajaiban dan kesenangan belaka.
Untuk semua ini, cerita oleh Burroughs ini adalah studi tentang kebiadaban yang mulia dan keagungan yang melekat pada manusia. Tarzan berpegang teguh pada pencarian untuk menemukan apa arti sebenarnya menjadi manusia, dan petualangannya menyenangkan untuk dibagikan, terutama di musim panas yang terik di hutan.
Sean Fitzpatrick bekerja di fakultas Gregory the Great Academy, sebuah sekolah asrama di Elmhurst, Pa., tempat ia mengajar humaniora. Tulisannya tentang pendidikan, sastra, dan budaya telah dimuat di sejumlah jurnal, termasuk Crisis Magazine, Catholic Exchange, dan Imaginative Conservative. (awp)