Lin Cenxin
Latihan perang udara skala terbesar di kawasan Asia Pasifik yakni “Pitch Black 2022” sedang digelar di Australia, yang menarik 17 negara untuk ikut ambil bagian termasuk AS (Amerika Serikat), Inggris, dan Australia. Pakar menganalisa, pihak militer AS baru saja menempatkan bomber B-2 di Australia, ditambah dengan latihan kerjasama lintas negara secara rutin, dapat menggertak Beijing, menakutinya agar tidak gegabah memulai perang.
Latihan Perang Udara Terbesar Asia Pasifik
Menurut penjelasan AU (Angkatan Udara) Kerajaan Australia (RAAF), latihan perang udara dua tahun sekali dengan kode “Pitch Black 2022” itu, sempat tertunda selama 4 tahun karena pandemi. Kali ini skala latihannya diperbesar, dengan diikuti oleh 2.500 personel dan 100 unit pesawat dari seluruh dunia, dimulai pada 19 Agustus serta akan berlangsung selama 3 minggu yang dilangsungkan di Pangkalan Udara Darwin dan Tindal RAAF Base.
Negara yang ikut serta adalah Australia, Amerika Serikat, Belanda, Filipina, India, Indonesia, Inggris, Jepang, Jerman, Kanada, Korea Selatan, Malaysia, Prancis, Selandia Baru, Singapura, Thailand, dan Uni Emirat Arab. Tiga negara yakni Jerman, Jepang, dan Korea Selatan baru pertama kali ikut ambil bagian.
Kali ini Jerman mengirimkan enam unit pesawat tempur Eurofighter Typhoon yang merupakan kekuatan utama AU-nya, berikut tiga unit pesawat pengisi bahan bakar di udara A330 dan empat unit pesawat angkut A400M, 250 orang perwira dan prajurit, yang langsung terbang ke Singapura, lalu terbang ke Australia, hal ini merupakan pertama kalinya AU Jerman terbang ke kawasan Indo-Pasifik.
Menurut kantor berita Korsel Yonhap News Agency, Korea Selatan mengirimkan 6 unit KF-16 AU Formasi Tempur, 1 unit pesawat pengisi bahan bakar di udara KC-330 beserta 130 orang lebih perwira dan prajurit, ini adalah untuk kali pertama AU-Korsel melakukan pengisian bahan bakar di udara secara independen, dengan memperluas wilayah misi tempur bersama dalam latihan perang kali ini hingga mencapai belahan bumi selatan.
Beberapa media massa besar RRT (Republik Rakyat Tiongkok) termasuk surat kabar Beijing Daily, surat kabar Defense Times Sichuan, dan lain-lain memberitakan latihan ini dengan judul “Latihan Perang 17 Negara Dimulai”, juga menyebutkan kali ini AS mengumpulkan sekutu empat benua, di tengah ketegangan regional dan Selat Taiwan, AS berniat menggandeng Jepang dan Korsel, untuk memperkuat aliansi militer, serta membentuk “NATO versi Asia Pasifik”.
Berita mengutip pernyataan Menlu RRT Wang Yi, yang mengatakan dalam permasalahan Selat Taiwan, pihak AS lebih lanjut menggaet sekutunya, memperkuat aksi penempatan militer di kawasan Asia Pasifik.
Jenderal Purnawirawan AU-Taiwan Analisa Empat Makna Latihan Perang
Mantan Wakil Komandan AU Taiwan yang kini merangkap dosen Akademi Perang dan Politik dari National Defense University yakni Zhang Yen-Ting menjelaskan kepada surat kabar The Epoch Times pada 19 Agustus lalu, latihan perang kali ini adalah satu lagi unjuk kekuatan AU bersama, sebagai kelanjutan dari unjuk kekuatan militer laut sebelumnya yakni “Rim of the Pasific Exercise” (RIMPAC). Menurut Zhang, kali ini terdapat empat tingkatan makna.
Pertama, pada tingkatan politik, Australia adalah salah satu negara dari “aliansi empat negara” atau QUAD yang terdiri dari AS, Jepang, India, dan Australia, kali ini Australia dipilih untuk memperluas latihan militer, juga merupakan salah satu strategi AS di kawasan Indo-Pasifik.
Kedua, Australia adalah sebuah negara hak laut dan udara, dengan tanah yang luas dan penduduk yang sedikit, sangat cocok bagi AU untuk memperluas zona aktivitas militer udara, baru-baru ini pemerintah Australia menginvestasikan anggaran militer sebesar AUD 38 Milyar (392 triliun rupiah per 25/08), dengan fokus pembangunan militer memperkuat angkatan laut dan udaranya.
Ketiga, melihat perang Ukraina, kuasa atas udara adalah fokus perang masa depan, baik dengan pesawat berawak maupun pesawat nirawak, kekuatan udara memiliki proyeksi strategis dan kemampuan menyerang. Baik Jerman maupun AS sama-sama merupakan anggota NATO, kali ini juga untuk pertama kalinya mengirimkan pesawat tempur guna ikut ambil bagian, ini menandakan perhatian Jerman terhadap keamanan Indo-Pasifik, sekaligus sebagai ujian terhadap kemampuan AU Jerman dalam hal pengiriman kekuatan lintas benua.
Keempat, dilihat dari pola geostrategis, sangat kental terlihat maksud strategi Indo-Pasifik AS dalam mengepung RRT. Dilihat dari timur Samudera Pasifik, di utara ada Jepang, aliansi Jepang-AS sebagai penghadang, di tengah ada pola segitiga yakni Taiwan, armada kapal induk AS, dan Guam, di selatan ada Australia, ketiga titik ini membentuk “trisula” yang diarahkan ke RRT. Belum lama ini AS dan India melakukan latihan perang bersama di dekat perbatasan RRT-India yang masih bersengketa, tujuannya bergerak mengelabui dan bersifat mengendalikan di wilayah barat (Tiongkok).
Chang Yan-Ting menganalisa, latihan perang “Pitch Black 2022” akan digelar di sisi selatan strategis AS dan India, memanfaatkan pedalaman Australia yang sangat luas sebagai tempat latihan pusat konsentrasi strategi AU.
Analisa: Menakuti PKT Agar Tidak Gegabah Memulai Perang
Komentator militer Shen Zhou pada 20 Agustus lalu menjelaskan kepada The Epoch Times, AS dan sekutunya secara rutin menggelar latihan perang serupa, untuk meningkatkan kemampuan perang terkoordinasi tinggi, ini untuk menghadapi ekspansi dan persaingan militer dengan RRT di kawasan Indo-Pasifik, yang membuat AS, Jepang, Taiwan, Filipina, dan negara sekitarnya merasa terancam. PKT secara buru-buru memperkuat pengaruhnya di negara-negara kepulauan Samudera Pasifik, bahkan berusaha membangun pangkalan militer di negara kepulauan Solomon, hal ini juga membuat Australia dan Selandia Baru merasakan ancaman langsung.
Shen Zhou menyatakan, dalam PD-II, pasukan Jepang menyerang Australia dari udara, dan membangun pangkalan militer di Kepulauan Solomon; Australia dan Selandia Baru mendukung penuh AS membalas menyerang Kepulauan Solomon. Kini PKT hendak meniru jalur yang sama, kapal militer RRT juga telah tiba di kawasan perairan Australia, maka itu Australia membutuhkan bergabung dengan AS dan sekutunya, untuk menghadapi ancaman PKT yang sudah di depan mata, latihan perang ini adalah salah satunya.
Di samping itu, Australia juga merupakan salah satu pangkalan militer AS selain di Guam, tidak berada pada jangkauan jarak tembak rudal jarak menengah RRT, bomber B-2 milik AS baru saja ditempatkan disini. Bila berperang melawan PKT, seandainya rudal DF-26 milik RRT menyerang Guam, dan merusak bandaranya dan lain sebagainya, maka militer AS masih memiliki Australia sebagai pangkalan militer yang aman, dan dapat langsung melakukan serangan balasan terhadap PKT.
Menurut analisa Shen Zhou, Australia berjarak tidak terlalu jauh dari Taiwan dan Laut Tiongkok Selatan, pasukan AS memiliki banyak pesawat pengisi bahan bakar di udara, yang dapat memastikan kekuatan serangan balasan lewat udara. Bomber B-2 juga bisa menyerang lebih dulu, sebelum RRT melancarkan serangan, mendahului menghancurkan pangkalan rudal milik RRT, juga dapat melakukan aksi penggal kepala. Negara lain setidaknya bisa ikut memberikan bantuan, bahkan ikut terjun melakukan serangan balasan, jenis latihan kali ini bisa dianggap sebagai deteransi terhadap PKT, untuk menakuti agar mereka tidak gegabah memulai perang. (sud)