NTD
Letnan Jenderal Samuel Clinton Hinote, Wakil Kepala Staf Angkatan Udara AS untuk Integrasi Strategis pada Selasa (6 /9) memperingatkan bahwa jika Beijing menginvasi Taiwan, maka Amerika Serikat akan berfokus terhadap penyerangan untuk memutus pasokan logistik inti mereka. Agar Partai Komunis Tiongkok merasakan invasi ke Taiwan merupakan “salah satu operasi militer paling sulit dalam sejarah”.
Letnan Jenderal Clinton Hinote saat menghadiri sebuah seminar tentang masa depan perang udara di The Atlantic Council pada 6 September mengatakan bahwa, Amerika Serikat ingin mempertahankan status quo di Selat Taiwan.
“Kami ingin melihat status quo tetap berlanjut. Kami tidak ingin melihat militer Tiongkok melintasi Selat Taiwan untuk menyerang Taiwan atau meluncurkan rudal ke Jepang”, katanya.
Clinton Hinote menekankan bahwa jika Beijing menyerang Taiwan, Amerika Serikat akan berfokus terhadap penyerangan untuk memutus pasokan logistik inti mereka. Agar Partai Komunis Tiongkok merasakan invasi ke Taiwan merupakan salah satu operasi militer paling sulit dalam sejarah.
“Kami akan membuatnya lebih sulit, jika mereka melakukan invasi militer terhadap teman kami (Taiwan). Saya berharap musuh potensial kami, komunis Tiongkok dapat berpikir lebih jauh, jika mereka merasakan sulitnya menyeberangi 90 mil Selat Taiwan untuk berperang melawan Taiwan, maka mereka seharusnya sadar bahwa kami tidak akan membiarkan jalur logistik mereka tetap terbuka. Kami akan melakukan segala upaya untuk memutusnya, dan menjadikannya salah satu operasi militer yang paling sulit dalam sejarah”.
Pada hari yang sama, Kementerian Luar Negeri AS menyatakan bahwa penjualan senjata AS ke Taiwan itu bersifat defensif, sehingga Beijing tidak memiliki alasan untuk bereaksi. Dan, AS akan terus memenuhi kebutuhan pertahanan Taiwan. Pada 2 September, pemerintah AS mengumumkan bahwa mereka akan menjual 3 batch senjata ke Taiwan yang nilainya sekitar USD. 1,1 miliar.
Wakil Kepala Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS Vedant Patel mengatakan : “Beijing tidak memiliki alasan untuk bereaksi, karena sifat dari penjualan senjata ke Taiwan ini adalah untuk tujuan pertahanan. Selama beberapa dekade terakhir, Amerika Serikat telah lama menyediakan persenjataan yang dapat meningkatkan kemampuan pertahanan Taiwan yang tidak hanya sejalan dengan Undang-Undang Hubungan Taiwan, juga sejalan dengan kebijakan “Satu-Tiongkok” AS. Berdasarkan kebijakan ini, AS akan terus memenuhi kebutuhan pertahanan Taiwan”.
Vedant Patel menekankan bahwa pemerintah Amerika Serikat akan terus bertindak dengan cara yang bertanggung jawab, bijaksana dan tegas, sambil mempertahankan saluran komunikasi terbuka dengan Beijing, dan akan terus bertindak sesuai kebijakan yang digariskan pemerintah untuk mendukung Taiwan.
Di sisi lain, Gedung Putih juga membuat tanggapan terbaru atas penjualan senjata ke Taiwan pada Selasa 6 September 2022.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby dalam sebuah briefingnya mengatakan bahwa penjualan beberapa batch senjata AS ke Taiwan ini mencerminkan 2 sisi penilaian AS untuk memperkuat pertahanan diri Taiwan, yakni pertama tentang adanya kebutuhan pertahanan Taiwan saat ini, dan yang kedua adalah mengenai ancaman dari Partai Komunis Tiongkok yang kian meningkat. (sin)