Zhou Xiaohui
Pada 5 September lalu, setelah selama hampir dua bulan tidak menentu, akhirnya Partai Konservatif Inggris menyambut pemimpin partai yang baru yang sekaligus pejabat diplomatik Inggris yakni Liz Truss, dia juga akan menjadi perdana menteri keempat dari Partai Konservatif sejak pemilu 2015 lalu, juga merupakan perdana menteri wanita yang ketiga dalam sejarah Inggris.
Sehari sebelumnya, seorang kandidat lainnya yang pernah menyatakan optimis di media sosial yakni mantan pejabat keuangan Rishi Sunak telah mengisyaratkan dirinya kalah pemilu, dan melanjutkan jabatannya sebagai anggota parlemen.
Truss yang lahir dari keluarga kelas menengah, tahun ini genap berusia 47 tahun, merupakan elit politik yang sedang menanjak karirnya. Truss terpilih sebagai anggota Majelis Rendah dalam parlemen Inggris pada 2010, pernah menjabat dalam kabinet tiga perdana menteri dari Partai Konservatif masing-masing Cameron, Theresa May dan Boris Johnson, sebagai Menteri Pendidikan, Menteri Kehakiman, Menteri Perdagangan Internasional, dan Menteri Luar negeri.
Menurut berita BBC Inggris, Truss menekankan untuk segera menurunkan pajak, sedangkan Rishi Sunak berinisiatif menunda pengurangan pajak sebelum inflasi terkendali, ini membuat Truss memenangkan hati para anggota Partai Konservatif yang selama dua tahun ini kenyang akan siksaan pandemi dan mengalami hidup yang sulit.
Akan tetapi, mampukah Truss setelah menjabat sebagai perdana menteri, mengatasi masalah ekonomi dan krisis energi yang dialami Inggris, hal ini masih harus diamati. Apalagi sekarang Inggris tengah mengalami kemerosotan ekonomi jangka panjang akibat inflasi tinggi yang melonjak hingga 10,1% sejak Juli lalu, terutama Perang Rusia-Ukraina yang menyebabkan meroketnya biaya energi.
Selain itu, bagi Truss, apa kebijakan diplomatik yang akan ditempuhnya, terutama terhadap AS, terhadap Tiongkok, dan terhadap Rusia juga sangat penting.
Dalam hal hubungan persekutuan AS-Inggris, besar kemungkinan Liz Truss akan menempuh kebijakan semakin mempererat hubungan dengan AS, mendobrak cara Johnson yang berusaha menjaga keseimbangan antara Tiongkok dan Amerika, dalam banyak masalah internasional akan menegaskan berpihak pada AS, seperti dalam menghadapi masalah Rusia dan juga Selat Taiwan.
Dalam hal menghadapi Rusia, akan melanjutkan kebijakan keras sebelumnya. Truss pernah menyatakan, akan “melakukan segala upaya, untuk memastikan kemenangan Ukraina”, sesuai perkiraan, setelah Truss menjabat kebijakan yang satu ini akan dilanjutkan.
Dalam sikap terhadap PKT, menurut pernyataan dalam kampanyenya, Truss juga akan menempuh sikap keras. Dia pernah beberapa kali melontarkan pernyataan yang mengejutkan.
Pada 27 April lalu, ketika menyampaikan pidatonya di rumah jabatan Walikota London, Liz Truss telah mengeluarkan peringatan langsung terhadap PKT. Dia mengatakan dunia Barat bersatu untuk memberi sanksi terhadap Rusia, menyebabkan Rusia decoupling dengan perekonomian dunia, ini menandakan bagi negara tertentu yang hendak memasuki pasar negara demokrasi, tidak lagi “berpikir sesuatu yang pasti”. Jika PKT mengancam keamanan negara lain, maka mungkin akan mengalami sanksi seperti yang dialami oleh Rusia, dia menyatakan, “Bangkitnya RRT bukanlah hal mutlak, jika mereka tidak taat pada peraturan, mereka pun tidak akan dapat melanjutkan kebangkitannya.”
Truss juga menyatakan bahwa kelompok negara G7 dan negara besar dunia lainnya seharusnya membentuk “NATO ekonomi”, jika perekonomian negara-negara tersebut diinvasi oleh RRT dan Rusia, maka negara anggota lainnya akan saling mempertahankannya, dan bersatu untuk menghukumnya secara ekonomi.
Dia juga mengemukakan visi “globalisasi NATO”, dia menghimbau agar dibentuk “globalisasi NATO” yang memiliki “visi global”, serta “mempersiapkan diri menghadapi ancaman global”, juga “harus bisa memastikan negara demokrasi seperti Taiwan memiliki kemampuan membela diri”.
Perkataan seperti itu tentu membuat PKT sangat tidak nyaman, juru bicara Kemenlu RRT langsung “membalas”, dan menyebutkan bahwa NATO menuntut RRT untuk tunduk pada ketertiban internasional adalah “aturan keluarga yang dibuat oleh kelompok kecil dan lingkaran kecil tertentu”, juga menyebutkan sendiri “NATO telah mengacaukan Eropa, apakah masih berniat mengacaukan Asia – Pasifik?” Akan tetapi, PKT yang bermulut tajam itu juga mengetahui bahwa jika tidak mematuhi “aturan keluarga yang dibuat oleh kelompok kecil dan lingkaran kecil tertentu”, begitu terjadi decoupling dengan Amerika dan Eropa, maka sungguh kerugian mereka akan sangat parah.
Pada Juli lalu, dalam kampanyenya Truss mengemukakan kebijakan baru dalam melawan komunisme, yakni bersatu dengan Negara Persemakmuran Inggris, bersama-sama melawan “pengaruh buruk PKT yang kian hari kian meningkat”, dia menyebutkan Negara Persemakmuran Inggris adalah “benteng penting untuk melawan PKT”.
Pada awal Agustus, setelah Ketua Kongres AS Pelosi berkunjung ke Taiwan, RRT melakukan latihan militer, sebagai Menteri Luar Negeri Truss memerintahkan bawahannya untuk memanggil Duta Besar RRT, untuk memberikan penjelasan atas aksi ancaman PKT terhadap Taiwan, “Inggris mendesak RRT menempuh cara damai dalam menyelesaikan perselisihan, bukan dengan ancaman, kekuatan militer, atau (cara) paksaan.” Dia juga menyatakan, kapal perang Inggris akan “berlayar kembali ke Asia Pasifik”.
Pada akhir Agustus, surat kabar Inggris The Times memberitakan, Truss berjanji setelah menjadi perdana menteri, akan mendaftarkan RRT sebagai “ancaman serius” bagi keamanan negara, Beijing akan dinaikkan posisinya menjadi sama dengan Rusia, padahal sebelumnya, RRT masih ditetapkan sebagai “pesaing yang sistematis”; dia juga berjanji akan menginisiasi kembali ulasan komprehensif yang dipublikasikan tahun lalu, dalam ulasan tersebut ditetapkan hal-hal prioritas di bidang diplomatik dan pertahanan negara Inggris untuk masa sepuluh tahun mendatang.
Ini berarti Truss akan mempertimbangkan masalah keamanan nasional di atas kerjasama ekonomi, yang menandakan akan terjadi perubahan teramat besar pada hubungan RRT-Inggris yang dibangun pada masa pemerintahan David Cameron. Seorang teman sekutunya berkata, “Tidak akan ada lagi hubungan rekan ekonomi. Ini berarti pasca peristiwa Hong Kong segenap (hubungan rekanan sebelumnya) akan dihentikan sementara.”
Faktanya, PKT yang tidak menyukai Truss berharap Sunak yang akan terpilih, karena sikap Sunak terhadap PKT agak lunak.
Menurut surat kabar The Times yang pernah memperoleh dokumen rahasia yang dibocorkan menunjukkan bahwa, Sunak akan menandatangani sebuah kesepakatan perdagangan, yang membuat Inggris menjadi “pasar pilihan utama” bagi perusahaan Tiongkok. Akan tetapi, manusia berencana Tuhanlah yang menentukan.
Terpilihnya Truss tidak hanya membuat strategi PKT untuk memecah belah Eropa dengan AS kembali pupus, juga membuat kubu anti-komunis dunia bertambah lagi seorang tokoh besar, bukankah ini berita buruk bagi Beijing? (sud)