Katabella Roberts
Presiden Jokowi mempertimbangkan “semua opsi” dan dapat bergabung dengan India dan Tiongkok untuk membeli minyak Rusia di tengah melonjaknya harga energi.
“Kami selalu memantau semua opsi. Jika ada negara [dan] mereka memberikan harga yang lebih baik, tentu saja,” katanya dalam wawancara baru-baru ini dengan Financial Times setelah ditanya apakah Indonesia akan membeli minyak Rusia.
Jokowi juga berkata : “Ada kewajiban bagi pemerintah untuk mencari berbagai sumber untuk memenuhi kebutuhan energi rakyatnya. Kami ingin mencari solusi.”
Komentarnya muncul ketika ketegangan terus meningkat sejak pemerintah menaikkan harga bahan bakar bersubsidi sekitar 30 persen awal bulan sebagai upaya mengurangi defisit anggaran negara yang bernilai miliaran dolar.
Akibatnya, harga bensin naik dari sekitar Rp 7.650 menjadi Rp 10.000 per liter, sedangkan solar bersubsidi juga naik. Apalagi diikuti dengan melonjaknya kebutuhan bahan pokok.
Pada saat itu, Jokowi mengatakan pemerintah terpaksa menaikkan harga bahan bakar karena “situasi yang sulit,” mencatat bahwa ia ingin “harga bahan bakar domestik tetap terjangkau dengan memberikan subsidi, tetapi anggaran subsidi meningkat tiga kali lipat dan akan terus meningkat.”
Indonesia terkena dampak akibat kenaikan harga minyak dunia dan melemahnya mata uang rupiah.
Namun demikian, langkah tersebut memicu aksi protes massa di seluruh Indonesia yang terkadang berubah menjadi kekerasan, dengan ribuan orang turun ke jalan di Jakarta dan kota-kota besar lainnya untuk menentang keputusan pemerintah. Dalam beberapa keadaan, massa dihadang oleh polisi, yang mengerahkan meriam air dan gas air mata.
Harga BBM Memukul Orang Miskin
Para demonstran mengatakan bahwa kenaikan harga bahan bakar akan memberikan pukulan lebih lanjut bagi masyarakat Indonesia yang masih menderita dampak ekonomi dari pandemi COVID-19.
Ini bukan pertama kalinya aksi protes meletus di Indonesia karena harga bahan bakar. Pada tahun 1998, aksi protes massa meletus setelah Presiden Soeharto menaikkan harga hingga 71 persen, yang menimbulkan gejolak. Soeharto kemudian mengundurkan diri.
Namun, selama beberapa dekade, pemerintah Indonesia mensubsidi bahan bakar, yang merupakan lebih dari 80 persen penjualan perusahaan minyak dan gas alam Pertamina.
Kenaikan harga akan berdampak drastis terhadap rumah tangga dan usaha kecil . Sekitar 10,1 persen penduduk Indonesia hidup di bawah garis kemiskinan nasional pada tahun 2021, menurut Asian Development Bank.
Inflasi juga mencapai 4,7 persen pada Agustus—menandai bulan ketiga berturut-turut naik di atas kisaran target bank sentral.
Meskipun pemerintahan Jokowi mempertimbangkan untuk membeli minyak Rusia, Indonesia dapat dijatuhkan sanksi jika ngotot membeli minyak mentah Rusia dengan harga lebih tinggi dari batas harga yang disepakati oleh negara-negara G-7, yang meliputi Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Prancis, Italia, Jepang, dan Kanada.
Batas harga bertujuan untuk “mengurangi pendapatan Rusia dan kemampuan Rusia untuk mendanai perang agresinya sambil membatasi dampak perang Rusia terhadap harga energi global.”
Pada Agustus lalu, Menteri Pariwisata Sandiaga Uno mengatakan bahwa Indonesia telah ditawari minyak Rusia dengan diskon 30 persen dari harga pasar internasional. Ia juga mengatakan pemerintah sedang meninjau tawaran tersebut.
Naveen Atrappully dan Reuters berkontribusi pada laporan ini.