oleh Xiao Lushen
Pada Minggu (18/9) pagi hari, sebuah bus Kota Guiyang, Provinsi Guizhou, Tiongkok yang mengangkut 45 orang suspek COVID-19 mengalami kecelakaan lalu lintas, menyebabkan 27 orang penumpangnya tewas. Menurut warga lokal bahwa para suspek itu merupakan orang yang hanya berkontak dekat dan belum terdiagnosa tertular virus COVID-19. Setelah kecelakaan itu, ada laporan yang menyebutkan bahwa pengalihan korban masih berlangsung.
Pada 18 September, pihak berwenang Guiyang menyebutkan bahwa kendaraan bus yang berplat nomor Gui A75868 itu dimiliki oleh Guizhou Qianyun Group Co., Ltd , yang berangkat dari Distrik Yunyan pada pukul 00:10 waktu setempat dengan membawa para suspek COVID-19 menuju ke lokasi karantina di Kabupaten Libo, Prefektur Qiannan.
Dalam bus yang berkapasitas 49 orang, hanya terisi 47 orang yakni penumpang 45 orang, 1 orang sopir dan 1 orang kenek. Kendaraan mengalami kecelakaan di km 32 jalan bebas hambatan Sandu-Libo di Prefektur Qiannan, terguling ke parit cukup dalam yang berada di pinggir jalan pada pukul 02:40. Kecelakaan menyebabkan 27 orang dalam bus tewas dan 20 orang lainnya terluka.
Chen Yiqin, Sekretaris Komite Partai Provinsi Guizhou dan Direktur Komite Tetap Kongres Rakyat Provinsi saat memimpin pertemuan mengenai pencegahan penyebaran epidemi pada 12 September, meminta aparat di komando pencegahan penyebaran epidemi untuk lebih meningkatkan pencegahan dengan menggencarkan karantina bagi para suspek.
Pada 17 September, Hu Zhongxiong, anggota Komite Tetap Komite Partai Provinsi Guizhou dan Sekretaris Komite Partai Kota yang memimpin pertemuan khusus tentang pencegahan dan pengendalian epidemi mengatakan kepada jajarannya, bahwa isolasi bagi pasien positif dan pemindahan para suspek ke lokasi karantina adalah bagian penting dari pencegahan dan pengendalian.
Dilaporkan bahwa para penumpang bus tersebut bukan pasien yang positif COVID-19.
Mereka ini adalah orang-orang yang belum terbukti positif COVID-19, hanya diduga berkontak dekat dengan pasien positif COVID-19. Kemudian dibawa dengan bus untuk menjalani karantina di lokasi yang ditentukan pihak berwenang. Kata seorang wanita warga Guiyang bernama Zhang Yuan (samaran) kepada Epoch Times pada 18 September.
Zhang Yuan mengatakan bahwa warga setempat percaya bahwa terinfeksi virus belum tentu menghadapi kematian, tetapi sekarang 27 orang menemui ajal gara-gara karantina. 27 keluarga itu jadi hancur.
Ketika ditanya mengenai apakah mereka tahu mengapa pemerintah membawa sejumlah besar penduduk untuk menjalani karantina di tempat yang berbeda ? Zhang Yuan mengatakan bahwa desas-desus bahwa pada 16 September, Kota Guiyang merilis kampanye khusus dalam rangka pencegahan epidemi, salah satunya adalah mencapai status Nol Kasus pada 19 September, sehingga warga berkontak dekat yang negatif pun harus dibawa ke tempat karantina. Dengan cara ini, bahkan jika ada warga yang baru terbukti positif, mereka tidak akan masuk hitungan dalam data di Guiyang.
Situs web kesehatan Tiongkok pada 18 September melaporkan bahwa, seorang warga Guiyang mengatakan bahwa dirinya diberitahu harus dipindahkan dan dikirim ke Kota Xingyi untuk menjalani isolasi pada 17 September. Di mana dia menghabiskan 6 hingga 7 jam di dalam bus yang mengangkutnya.
Menurut laporan bahwa staf Kantor Pencegahan dan Pengendalian Libo di Prefektur Otonomi Qiannan Buyi dan Miao, tidak tahu ke kabupaten atau kota mana para suspek ini mau di bawa untuk dikarantina. Sedangkan telepon kantor Biro Kesehatan Kota Guiyang berdering tetapi tidak ada yang menjawab.
“Mereka yang dibawa dengan bus dari Guiyang ada yang menghabiskan 8 hingga 9 jam perjalanan. Bus tidak berhenti untuk istirahat, semua penumpang tidak dapat buang air kecil atau BAB. Para lansia terpaksa buang air kecil atau BAB dalam bus. Jendela bus tidak boleh dibuka, AC pun tidak dijalankan jadi coba bayangkan sendiri suasananya”, ungkap netizen.
Setelah kecelakaan bus itu, pejabat setempat terpaksa meminta maaf di bawah tekanan opini publik, tetapi operasi memindahkan suspek masih terus berlangsung.
Untuk memverifikasi apakah warga yang dibawa dengan bus itu adalah mereka yang tidak positif COVID-19, dan apakah pengalihan para suspek ke lokal isolasi masih berlanjut ? Reporter Epoch Times mencoba untuk menghubungi Komisi Kesehatan Kota Guiyang lewat sambungan telepon, tetapi tidak ada yang menjawab. Dan, setelah penyambungan kedua kalinya berhasil, mereka langsung mematikan telepon tanpa memberikan penjelasan. (sin)