Kongres Nasional ke-20 Partai Komunis Tiongkok (PKT) akan segera digelar, tapi internal PKT belum juga stabil, pihak birokrat dalam negeri melontarkan sebuah pembicaraan internal Xi Jinping ke luar negeri, yang mengungkap dialog rahasia antara Xi Jinping dengan pejabat tinggi partai juga para princeling (sebutan bagi putra-putri para penguasa RRT yang masih berkuasa, sudah pensiun, ataupun yang sudah almarhum, red.). Selain itu, media massa Hong Kong menyebutkan dalam Kongres Nasional ke-20 kali ini, PKT akan merevisi konstitusinya, akan menuliskan “menyelesaikan masalah Taiwan dan menyatukan tanah air” ke dalam konstitusi partai.
Topik 1: Memiskinkan dan Membuat Tiongkok Kelaparan Demi Selamatkan PKT, Ungkap Dialog Internal Xi Jinping?
Kurang dari sebulan lagi, Kongres Nasional ke-20 PKT akan digelar, hasil pembagian kekuasaan internal PKT juga akan segera dilansir. Akan tetapi pada 16 September lalu, sejumlah self-media luar negeri telah mengungkap sepucuk surat yang berasal dari kalangan birokrat dalam negeri RRT.
Dalam surat ini dijelaskan dua hal: Pertama, istilah “Xi Jinping di bawah, Li Keqiang di atas” yang baru-baru ini menjadi sensasi di luar negeri, sebenarnya tidak eksis, kekuasaan Xi tidak melemah, walau tidak bisa dijamin pasti menjabat kembali, tapi “peluangnya mencapai 80-90%”. Kedua, yang juga merupakan poin penting surat ini, telah diungkapkan suatu pembicaraan internal rahasia antara Xi Jinping dengan para petinggi partai berikut para “princeling”.
Isi pembicaraan tersebut, tidak bisa dibuktikan kebenarannya, apalagi kalangan birokrat PKT sangat tertutup dan tidak transparan, tapi penulis sempat membahas hal ini dengan sejumlah pakar permasalahan Tiongkok lainnya, dan menilai nada, irama dan penggunaan kosa kata dalam pembicaraan ini, memang sangat mirip dengan gaya bicara Xi, dan sangat “senada”.
Pertama, tujuan utama Xi Jinping adalah hendak menumpas kalangan internal partai yang mengkritiknya telah melakukan “kultus individu” dan “melanggar peraturan”. Ia berkata, “Sejarah Tiongkok lima ribu tahun, pada berbagai era dan dinasti, semuanya melalui kultus individu, kuncinya adalah mampukah orang yang dipuji itu mengendalikannya dengan baik”. Ia juga mengatakan, “Partai kita mulai dari era Yan’an sudah melakukan kultus individu terhadap Ketua Mao, bertahun-tahun dipuji, malahan terciptakan sebuah Tiongkok yang baru”.
Poin Pertama: Xi Jinping Setuju Kultus Individu, Pusatkan Kekuasaan
Xi Jinping memang hendak memainkan “kultus individu”, juga setuju dengan “kultus individu”, dan merasa bahwa cara ini adalah cara memerintah sejak zaman dulu hingga sekarang.
Itu sebabnya selama sembilan tahun terakhir, bisa dilihat Xi Jinping terus memusatkan dan meluaskan kekuasaannya, mungkin setelah Kongres Nasional ke-20 ini, dia akan menjuluki dirinya sendiri dengan gelar “pemimpin rakyat”, sama seperti Mao Zedong.
Poin Kedua: Sanjung Mao Zedong, Remehkan Deng Xiaoping
Kedua, dari isi pembicaraan itu bisa dilihat, Xi Jinping terus menerus menyanjung Mao Zedong (dibaca: mao ce tung), sekaligus juga meremehkan Deng Xiaoping (dibaca: teng siao bing). Sebagai contoh, ada orang mengkritiknya telah “melanggar peraturan” dengan menjabat ulang sebanyak tiga kali, jawabannya adalah “peraturan memang perlu dilanggar. Bukankah Ketua Mao mengatakan: Tidak melanggar maka tidak akan bangkit. Bukankah peraturan yang dibuat Ketua Mao, juga telah dilanggar oleh Deng Xiaoping?”
Xi bahkan diam-diam mengkritik Deng Xiaoping dengan teori “kucing hitam kucing putih”, dia berkata “kucing apapun itu, yang bisa menangkap tikus adalah kucing yang baik, bukankah ini sesuai dengan paham materialisme dialektis”, Xi juga menekankan, “kucing yang menangkap tikus, ada dimana saja, tapi kucing yang berwarna merah, sangat jarang dijumpai, inilah masalah yang paling inti dalam partai kita, rezim kita ini”.
Dari pernyataan dan perbuatan Xi Jinping saat ini, memang sangat sesuai dengan pemikiran ini, Xi Jinping tidak hanya terus berusaha memisahkan diri dari “reformasi keterbukaan” Deng Xiaoping, sebaliknya justru melangkah seirama dengan “totaliterianisme tekanan tinggi” dan “revolusi terus menerus” ala Mao Zedong.
Seperti artikel Xi Jinping yang diterbitkan pada 16 September lalu oleh media partai Qiushi, yang juga kembali mengusung pernyataan-pernyataan dari masa Revolusi Kebudayaan, dan menekankan “melakukan revolusi sosial nan agung”. Dari sini dapat dilihat, bahwa Mao adalah “guru pembimbing” bagi Xi Jinping, dia ingin setara dengan Mao, membangun kembali era revolusi yang penuh dengan gejolak.
Poin Ketiga: Anggap Diri Adalah “Pelindung Partai”, Membela & Pertahankan Kekuasaan PKT
Xi Jinping mengkritik Deng Xiaoping, mengkritik reformasi keterbukaannya telah memelihara banyak “kaum kapitalis” di dalam partai, membuat partai komunis telah berubah karakter dan keropos. Dia berkata, “Partai komunis bukan partai yang menciptakan kekayaan, melainkan adalah partai revolusi, adalah partai merah, adalah partai yang memegang kekuasaan.”
Dia juga berkata, tujuannya adalah untuk melindungi “gen merah murni” di dalam partai, sehingga dengan terpaksa harus menjabat kembali. Dia berkata, “Saya tidak ingin menjabat kembali, tapi saya tidak tenang. Jika digantikan orang lain, maka dengan cepat akan semakin keropos dan membusuk, akan sepenuhnya berubah total menjadi kapitalis.”
Ini berarti di dalam benak Xi Jinping, dia sama sekali tidak peduli akan masa depan negara, tidak peduli akan kehidupan dan kesejahteraan rakyatnya, melainkan hanya peduli untuk “melindungi partai komunis” dan “melindungi kekuasaan”. Hal ini sangat sejalan dengan apa yang dilakukan selama ini.
Poin Keempat: Boleh Hancurkan Perekonomian, Tidak Boleh Hancurkan Kekuasaan
Dalam jalan pikiran Xi Jinping, perekonomian Tiongkok boleh dihancurkan, tapi kekuasaan PKT tidak boleh hancur. Dalam pembicaraan tersebut, Xi Jinping mengkritik sejumlah anggota partai yang menudingnya akan menghancurkan perekonomian, dia berkata sejak 10 tahun silam ketika dia mulai melakukan gerakan pemberantasan korupsi, ada orang yang mengingatkan dirinya agar tidak menghancurkan perekonomian, “Jangan sampai membuang kotoran sampai anak pun ikut terbuang”.
Tapi dia berdalih, pada saat masih muda masuk dalam barisan pemuda di desa, semua orang sangat miskin, setiap keluarga mempunyai 4-5 orang anak, tapi sekarang ekonomi sudah membaik, setiap keluarga malah hanya mempunyai 1-2 orang anak, bahkan tidak mau mempunyai anak. Jadi menurut Xi setelah ekonomi membaik, justru membuat semua orang takut hidup susah, bahkan membuat partai menjadi bobrok.
Xi berkata, “Memang sebaiknya sedikit menderita, mengalami kemiskinan, kita semua saat masih kecil sangat menderita, mengapa setiap hari kita justru merasa bahagia?” Dia menekankan, “Masalah ekonomi saya sama sekali tidak khawatir, sesulit apapun, apakah lebih sulit daripada tiga tahun bencana di masa kita kecil dulu? Bukankah sesulit itupun sudah kita lalui? Jadi saya tidak takut miskin, yang saya takuti adalah melupakan asal mula, yang saya takuti adalah melupakan tujuan dan membusuk.”
Dari perkataan ini, dapat dilihat bahwa Xi Jinping benar-benar telah dicuci-otak dengan sangat tuntas oleh budaya partai, ia melindungi partai dengan sepenuh hati, melindungi kekuasaan partai komunis serta kekuasaannya juga, dan malahan telah menjadi budak nomor satu partai komunis.
Hal ini juga diperlihatkan sepenuhnya lewat gerakan “Zero COVID”-nya, dan demi melindungi kewibawaan Ketua Xi baik di Shanghai maupun Chengdu atau di kota-kota lainnya, dilakukan lockdown tanpa toleransi, tidak peduli bahwa rakyat sampai kehabisan pangan, perintah partai mutlak harus diselesaikan,….. Boleh membiarkan rakyat mati kelaparan, tapi tidak boleh kehilangan kekuasaan dan kewenangan partai, inilah inti pemikiran Xi Jinping saat ini.
Intinya, surat ini juga membuat kita dapat memperkirakan, sejumlah hal yang akan terjadi selanjutnya:
Pertama, Xi Jinping akan menjabat kembali pada Kongres Nasional ke-20 mendatang, tapi ketidakpuasan dan keraguan internal partai terhadap dirinya masih cukup mendalam, pertikaian dan konflik antar faksi di dalam tubuh PKT masih akan terus berlanjut.
Kedua, Xi Jinping tidak akan melakukan reformasi keterbukaan, dia akan membawa Tiongkok menempuh jalan revolusi merah seperti era Mao Zedong dulu, selalu ada gerakan politik, konflik internal partai akan terus terjadi. Bahkan ada kemungkinan akan menutup negara dari dunia luar, atau disebut juga dengan istilah “mengisolasi diri”.
Ketiga, setelah Xi Jinping menjabat kembali, perekonomian Tiongkok dikhawatirkan tidak akan membaik, mungkin akan mengalami situasi kemerosotan jangka panjang, walaupun tidak begitu besar kemungkinan decoupling sepenuhnya dengan perekonomian dunia, tapi skala perdagangan luar negerinya akan menyusut drastis, dan berubah menjadi mengutamakan “sirkulasi internal” dalam negeri, yang juga akan semakin lama semakin mengarah menjadi “berdikari”.
Singkat kata, langkah selanjutnya Xi Jinping akan memimpin Tiongkok menuju “Korutisasi” (menjadi seperti Korea Utara, red.), dalam hal politik akan menerapkan kekuasaan tekanan tinggi, sentralisasi kekuasaan di tangan satu orang, namun perekonomian akan kehilangan fleksibilitas dan inovasinya, akan kehilangan daya tarik bagi modal asing, akhirnya akan membuat Tiongkok menjadi negara diktator yang suka mengobarkan perang, menjadi negara kuat namun rakyat miskin.
Topik 2: Selesaikan Masalah Taiwan Ditulis Dalam Konstitusi Partai, Perang Kedua Seteru Tak Lama Lagi?
Walaupun dua hari terakhir Xi Jinping berkunjung ke negara Asia Tengah, tapi ketegangan hubungan Selat Taiwan tetap menjadi sorotan masyarakat internasional. Pada saat itulah, media massa Hong Kong tiba-tiba menerbitkan artikel, memperkirakan pada Kongres Nasional ke-20 ini, PKT akan menambahkan sejumlah konten, hasilnya salah satu poin penting adalah Xi Jinping kemungkinan akan menambahkan “penyelesaian masalah Taiwan dan mewujudkan penyatuan tanah air” ke dalam konstitusi partai.
Apabila kali ini Xi Jinping mengubah konstitusi partai, dan benar-benar memasukkan pernyataan “menyelesaikan masalah Taiwan dan mewujudkan penyatuan tanah air”, maka itu berarti Xi Jinping telah mendeklarasikan kepada partai, akan secara resmi menghadapi masalah Taiwan, secepatnya mewujudkan “penyatuan tanah air”, dengan kata lain adalah menguasai Taiwan secara riil.
Sebenarnya hal ini pun tidak mengejutkan bagi pihak luar, seperti yang pernah kita bahas sebelumnya, setelah Xi Jinping menjabat kembali pasca Kongres Nasional ke-20, akan ada tekanan yang semakin besar untuk mengambil alih Taiwan, dan harus mengirim pasukan untuk merebut Taiwan, hanya saja hampir tidak mungkin dilakukan pada tahun ini, kemungkinan itu juga tidak begitu besar dilakukan di tahun depan, karena kemampuan pendaratan tempur dan perlengkapan amfibi PKT saat ini tidak memadai.
Namun, PKT pasti akan mempercepat persiapannya untuk mengirim pasukan, khususnya pada 2027, risiko berperang bagi kedua daratan adalah paling tinggi. Karena tahun tersebut, akan menjadi tahun terakhir Xi Jinping menjabat ketiga kalinya. Jadi bagi Xi Jinping, merebut Taiwan memiliki arti penting yang kian hari kian mendesak.
Terakhir, singkat kata, dipastikan PKT memiliki motivasi dan rencana untuk menyerang Taiwan secara militer, tapi kapan akan bertindak, bagaimana bertindak, saat ini mungkin masih merupakan “teka teki yang bergulir”. Tapi pihak Taiwan harus melakukan persiapan yang terbaik dengan rencana menghadapi hal terburuk yang bakal terjadi, tidak bisa meremehkan. Seperti yang dikatakan dalam taktik perang Sun Tzu: “Jangan berharap musuh tidak akan datang, harus selalu siap sedia menghadapi datangnya musuh”. (sud)