Trinh Dinh
Banyak penderita diabetes pernah mengalami gangguan pendengaran sensorineural. Meski demikian, apa hubungannya antara diabetes dan gangguan pendengaran?
Menurut American Diabetes Association, ada sekitar 37 juta orang penderita diabetes di Amerika Serikat dan sekitar 34,5 juta kasus memiliki beberapa jenis gangguan pendengaran. Jumlahnya menyumbang 93 persen dari semua pasien yang mengidap diabetes.
Sebuah studi dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan gangguan pendengaran dua kali lebih umum bagi orang-orang yang menderita diabetes dibandingkan orang-orang dengan usia yang sama dan tidak menderita diabetes.
Bahkan orang dengan pradiabetes (memiliki glukosa darah lebih tinggi dari normal tetapi tak cukup menjadi penderita diabetes tipe 2) memiliki risiko gangguan pendengaran 30 persen lebih tinggi daripada orang dengan glukosa darah normal.
Gangguan pendengaran terjadi karena berbagai alasan, seperti penuaan atau mendengar suara keras terlalu banyak, tetapi mengidap diabetes dapat menempatkan Anda pada risiko gangguan pendengaran, menurut CDC.
Sebuah penelitian tentang efek diabetes pada gangguan pendengaran sensorineural, yang diterbitkan dalam jurnal Ontology and Neurotology pada 2003 menyebutkan, para peneliti meninjau catatan medis elektronik dari 53.461 pasien nondiabetes dengan usia yang sama dan 12.575 pasien diabetes, dari tahun 1989 hingga 2003.
Studi menunjukkan, beberapa ukuran hasil utama digunakan untuk mengidentifikasi apakah pasien dengan diabetes memiliki insiden gangguan pendengaran yang lebih tinggi daripada populasi umum, dan memeriksa apakah kontrol diabetes terkait dengan tingkat keparahan gangguan pendengaran. Kreatinin serum adalah salah satu ukuran hasil tersebut.
Kreatinin serum adalah ukuran untuk menguji kadar kreatinin, produk limbah dalam darah, dan memeriksa seberapa baik ginjal menyaring limbah dari darah. Orang-orang yang menderita diabetes juga dapat memiliki masalah ginjal, dan akan menghasilkan kreatinin serum.
Hasil penelitian di atas mencerminkan korelasi antara gangguan pendengaran dan diabetes pada kreatinin serum.
Para peneliti menemukan bahwa gangguan pendengaran lebih sering terjadi kepada penderita diabetes daripada mereka yang tak memiliki kondisi tersebut. Kontrol diabetes yang buruk berhubungan dengan gangguan pendengaran pada pasien.
Para peneliti menyimpulkan, tingkat keparahan gangguan pendengaran tampaknya berhubungan dengan perkembangan penyakit sebagaimana tercermin dalam kreatinin serum. Juga mungkin karena penyakit mikroangiopati di telinga bagian dalam.
Masih belum jelas bagaimana diabetes berkaitan dengan gangguan pendengaran. Namun, CDC mencatat bahwa diabetes dapat menyebabkan kerusakan saraf yang memengaruhi banyak bagian tubuh, termasuk tangan, kaki, mata, dan ginjal, sehingga kemungkinan juga menyebabkan kerusakan saraf di telinga pasien. Mengidap gula darah tinggi dapat merusak pembuluh darah kecil dan saraf di telinga bagian dalam dari waktu ke waktu.
Pasien diabetes bisa mengalami gula darah tinggi dan gula darah rendah. Orang dengan gula darah rendah juga dapat mengalami gangguan pendengaran karena memiliki gula darah rendah dari waktu ke waktu dapat merusak bagaimana sinyal saraf berjalan dari telinga bagian dalam ke otak.
Tanda-tanda gangguan pendengaran termasuk meminta orang lain untuk mengulangi kata-kata mereka lebih sering, kehilangan konsentrasi dalam percakapan dengan lebih dari satu orang, berpikir bahwa orang lain bergumam, berjuang dengan suara pelan, menyalakan TV atau radio terlalu keras, atau memiliki masalah dengan pendengaran di beberapa tempat yang bising seperti restoran yang ramai.
Orang-orang yang mengalami masalah di atas harus berbicara dengan dokter untuk melindungi telinga mereka. Jika perlu, tes pendengaran dapat dilakukan oleh audiolog (profesional perawatan kesehatan yang mengevaluasi masalah pendengaran). (asr)