Milisi Dikerahkan untuk Berjaga di Jembatan, Insiden Spanduk Jembatan Flyover Sitong Mengejutkan Tingkat Tinggi PKT

Yan Shu

Slogan memperjuangkan hak-hak sipil dan melawan Partai Komunis Tiongkok (PKT) muncul di Jembatan Sitong di Distrik Haidan, Beijing pada  13 Oktober. Insiden itu menyebabkan otoritas PKT panik. Para pejabat langsung merekrut personel untuk menjaga jalan layang. Bahkan, sejumlah  stasiun MRT di Beijing dihentikan sementara. Beberapa analis percaya bahwa insiden Jembatan Sitong menunjukkan bahwa gagasan tentang hak-hak sipil menyebar secara diam-diam di Tiongkok

Pada 13 Oktober, seseorang menggantung dua spanduk besar di Jembatan Sitong di Beijing, yang berisi tentang perjuangan hak-hak sipil dan anti-Xi Jinping, yang mengejutkan baik di dalam maupun di luar negeri.

Setelah insiden itu, Beijing langsung mengirim orang-orang berseragam milisi untuk menjaga jalan layang dan semua lalu lintas dalam semalaman, sebagaimana yang dilaporkan Radio Free Asia. Pemerintah daerah setempat juga menerbitkan iklan rekrutmen  “pengawas jembatan”, yang berjaga di jembatan 24 jam sehari dalam dua shift, dengan gaji harian 280 hingga 320 yuan.

Beberapa orang memposting di media sosial luar negeri bahwa pada 14 Oktober, setiap jembatan di Beijing dijaga oleh anggota milisi. Beberapa netizen mengatakan bahwa pintu masuk kereta bawah tanah di dekat Jembatan Sitong dipenuhi dengan mobil polisi.

Menurut The Epoch Times, beberapa stasiun penumpang di Beijing juga dihentikan untuk sementara waktu. Seorang pengemudi mobil penumpang mengatakan kepada The Epoch Times bahwa mulai dari 14 Oktober, tidak mungkin untuk meninggalkan atau memasuki ibu kota, mobil penumpang tidak akan diizinkan melintas, kereta api biasa dan kereta api berkecepatan tinggi juga dihentikan, yang mungkin memakan waktu empat atau lima hari.

Cai Xia, seorang mantan profesor di Sekolah Partai Komunis berkata: “Saya tidak berpikir ini masalah sepele.”

Cai Xia  kepada VOA News mengatakan bahwa sejak merebaknya COVID-19, kebijakan nol infeksi telah membuat orang-orang di Tiongkok yang sangat sabar  tidak dapat lagi mentoleransi dan pasti akan ada pejuang yang  bangkit untuk berperang. Insiden Jembatan Sitong juga menjadi kejutan terbesar bagi para petinggi PKT, termasuk Xi Jinping, sehingga insiden ini bukanlah masalah sepele.

Su Ziyun, direktur Institut Strategi dan Sumber Daya Pertahanan Nasional dari Akademi Pertahanan Nasional Taiwan, mengatakan kepada The Epoch Times bahwa insiden itu merupakan indikator penting yang mempengaruhi situasi politik Tiongkok. pemilihan dalam jangka pendek, melambangkan bahwa ada pressure cooker di sistem Partai Komunis Tiongkok  dan tekanannya meningkat.

Su Ziyun menjelaskan bahwa Spanduk dengan jelas menyampaikan sinyal yang berbeda dari sebelumnya, yaitu menekankan tidak hanya satu orang anti-Xi, tetapi juga warganegara, hak suara, dan ‘jangan mau  menjadi budak hanya menjadi warga negara.

Su Ziyun percaya bahwa kejadian ini menunjukkan bahwa ide-ide demokrasi menyebar secara diam-diam di Tiongkok. Meskipun tidak mungkin berdampak pada Kongres Nasional Partai Komunis Tiongkok ke-20, maka itu pasti akan memiliki efek lanjutan. (hui)

FOKUS DUNIA

NEWS