Fu Yao
Pada 13 Mei 1917, di kota kecil Fatima, Portugal, anak-anak gembala berusia 10 tahun, Lucia Santos, dan sepupu perempuannya, Jacinta Marto, serta sepupu lelaki, Francisco Marto sedang menggembala di lembah. Tiba-tiba pada kerumunan domba itu muncul fenomena aneh, mereka berdiri tak bergerak. Kemudian, mereka melihat seorang wanita cantik muncul di atas langit, dia mengenakan gaun putih salju, dan seluruh tubuhnya memancarkan sinar menyilaukan, lebih terang dari sinar mentari. Wanita cantik itu memegang rosario di tangannya, menangkupkan kedua tangannya, dan berkata kepada tiga anak gembala kecil. Sejak hari itu, dia berharap mereka bertiga datang ke tempat yang sama menemuinya pada jam yang sama pada tanggal 13 setiap bulan, berlanjut sampai Oktober. Wanita itu juga mengatakan kepada anak-anak gembala kecil untuk membaca doa penghormatan kepada Bunda Maria setiap hari, berdoa untuk perdamaian bagi diri mereka sendiri dan dunia. Tiga anak gembala kecil tersebut percaya bahwa wanita itu adalah Bunda Maria.
Pada saat itu Perang Dunia I sedang berkecamuk, sebuah ajang perang yang merupakan konfrontasi antara dua kubu. Di satu pihak adalah Blok Sentral yang terpusat pada Aliansi Tiga, yakni Jerman, Austria-Hongaria, serta Kesultanan Utsmaniyah. Sementara pada pihak lainnya adalah Sekutu yang berdasarkan Entente Tiga oleh Prancis, Inggris, Rusia, Ita- lia, dan lain lain. Pada mulanya Portugal bersiap untuk mempertahankan netralitasnya, namun seiring dengan berjalannya perang, lantaran perekonomian Portugal mengalami dampak parah, sehingga akhirnya bergabung dengan Sekutu, dan berperang melawan Blok Sentral.
Ketika ketiga anak gembala kecil itu melihat sang Bunda Maria, pada saat itu kerabat mereka dan banyak pemuda Portugis sedang bergelimang darah baku bunuh dengan musuh di medan perang.
Siapakah yang tidak ingin kerabat dan teman mereka selamat? Ketiga anak itu buru-buru memberitahu para orang dewasa mengenai informasi yang mereka dapatkan, siapa sangka, semua orang tidak memercayai mereka, dan berpikir bahwa ini adalah cerita karangan yang dibuat oleh anak-anak nakal itu. Orang tua mereka juga marah, dan bahkan memukuli anak-anak itu. Namun demikian, para gembala cilik masih tetap bersikeras bahwa apa yang mereka saksikan bukanlah ilusi, mereka tidak berbohong.
Sebulan berlalu dengan cepat, 13 Juni telah tiba, lusinan orang bersama dengan tiga anak itu pergi ke lembah, dan benar saja Bunda Maria menampakkan diri lagi. Orang dewasa tidak mampu melihat Bunda Maria, mereka melihat mulut Lucia sedang komat-kamit, tetapi tidak dapat mendengar suara apa pun, serta memiliki semacam perasaan yang aneh. Orang-orang mulai percaya bahwa kemungkinan anak-anak ini tidak berbohong.
Dalam beberapa pertemuan berikutnya, semakin banyak orang mengikuti anak-anak gembala itu ke lembah untuk menyaksikan mukjizat, kadang-kadang bisa mencapai ribuan orang. Hal ini telah menyentuh saraf pemerintah daerah setempat.
Pada 13 Agustus, gubernur setempat, Artur Santos mengira bahwa peristiwa itu akan menimbulkan kerusuhan politik, jadi dia memenjarakan anak-anak gembala sebelum mereka mencapai lembah. Dia bahkan membakar sekuali minyak mendidih di dalam penjara, kemudian membawa anak-anak gembala itu satu per satu keluar dari ruang interogasi, serta berpura-pura akan melemparkan mereka ke dalam kuali minyak mendidih, serta me- maksa anak-anak gembala untuk mengungkapkan rahasia Bunda Maria dan apa yang mereka katakan, tetapi anak-anak gembala menolak. Sementara itu, di sisi lain lembah, sekitar 20.000 orang menunggu kemunculan Bunda Maria, orang-orang melihat kilat serta awan turun di atas pohon, tetapi juga hanya itu saja.
Kesaksian 70 ribu orang
Penampilan terakhir Bunda Maria adalah pada 13 Oktober (tepat 105 tahun silam), ketika sekitar 70.000 orang dan anak-anak gembala menunggu di lembah, termasuk sejumlah wartawan surat kabar dan fotografer. Karena para gembala memberitahu semua orang sebelumnya bahwa keajaiban akan terjadi pada hari tersebut, agar semua orang memercayai keberadaan Bunda Maria. Lalu apa yang terjadi selanjutnya?
Banyak orang yang hadir menggambarkan bahwa pada awalnya langit tertutup awan gelap dan turun hujan, tiba-tiba, awannya pecah dan seolah-olah matahari telah muncul. Kenapa seolah-olah? Karena matahari itu berputar tiada henti di atas langit, dan juga memancarkan cahaya beraneka warna di sekitarnya. Beberapa saat kemudian, matahari itu tiba-tiba jatuh dari langit, menerjang ke arah bumi dengan lintasan berbentuk huruf S, kemudian ia tiba-tiba terangkat ke langit, dan kembali ke posisi semula. Sebelumnya, pakaian orang-orang yang basah kuyup karena terguyur hujan, juga secara ajaib telah mengering. Peristiwa ini dikenal sebagai “keajaiban matahari”.
Ada begitu banyak saksi mata atas kejadian ini sehingga bahkan O Século, surat kabar paling berpengaruh di Portugal pada saat itu, yang dikenal menentang keyakinan beragama, mewartakan peristiwa ini. Avellino, seorang reporter untuk surat kabar itu menulis: “Sesuai ajaran Alkitab, kerumunan yang berkumpul tidak mengenakan topi, dengan penuh semangat menerawang langit,mereka tercengang ketika melihat matahari mulai bergetar, secara tak masuk akal, ia tiba- tiba mulai bergerak, melanggar semua aturan alam semesta — menurut kesan para hadirin, ia sedang ‘menari’.” Domingos Pinto Coelho, seorang dokter spesialis mata yang menulis untuk surat kabar Ordem, melaporkan: “Matahari itu sebentar dikelilingi oleh nyala merah, dan sebentar kemudian dikelilingi oleh nyala kuning dan ungu tua. Tampaknya berputar dengan cepat, dan tiba-tiba ia seperti terjatuh dari langit, dan dengan cepat mendekati bumi, serta memancarkan panas yang membara.” Harian Rio de Janeiro, O Dia dalam laporan khususnya menulis: “…Ma- tahari perak, dikelilingi oleh cahaya abu-abu yang sama menyilaukan, tampaknya sedang berputar, berputar di awan yang merekah… Cahaya itu berubah menjadi warna biru yang indah, seolah melewati jendela kaca-patri berwarna dari katedral, menyinari kerumunan orang yang berlutut dan mengulurkan tangan… kerumunan orang yang menangis haru, para lelaki berdoa dengan melepas topi, menghadapi keajaiban yang mereka tunggu-tunggu. Waktu seolah berhenti, ia begitu mengesankan.”
Tidak hanya orang-orang di tempat kejadian yang melihat pemandangan menakjubkan itu, ada laporan yang menyebutkan bahwa fenomena anomali matahari dapat dilihat dari jarak 40 kilometer. Meskipun kebanyakan orang berpendapat bahwa ini adalah penampakan Bunda Maria, namun ada juga skeptiker yang menganggap anomali matahari ini adalah ilusi yang disebabkan oleh pembalikan atmosfer. Akan tetapi, apabila demikian halnya, bagaimana anak-anak gembala yang tanpa wawasan tentang meteorologi dapat memprediksi fenomena ini?
Namun, semuanya itu belum merupakan peristiwa Fatima yang paling mengharukan.
Tiga rahasia
Selama beberapa pertemuan antara Bunda Maria dengan tiga anak gembala cilik, Bunda Maria telah mengungkapkan tiga rahasia tentang masa depan. Dua rahasia pertama, setelah salah satu dari gembala cilik, Lucia, tumbuh dewasa, dia menjadi biarawati, hal itu secara jelas tertulis dalam memoarnya.
Dalam nubuat pertama, Bunda Maria menampakkan pemandangan neraka kepada ketiga anak itu, mereka melihat dalam lautan api yang tak bertepi dimana iblis dan roh berbentuk manusia terjerumus kedalamnya, berteriak melengking dan mengerang kesakitan dalam keputus-asaan, hal itu membuat anak-anak itu takut hingga bergemetaran. Untungnya, Bunda Maria menjamin anak-anak bahwa mereka dapat masuk surga, mereka pun merasa lega. Bunda Maria berkata bahwa Lucia perlu menghabiskan lebih banyak waktu di dunia, dan akan membawa Jacinta dan Francesco kembali ke surga terlebih dahulu. Faktanya adalah, kedua bocah itu berturut-turut meninggal dunia terkena penyakit flu Spanyol yang mewabah pada 1919, sedangkan Lucia lolos dan aman.
Nubuat kedua berkaitan dengan Perang Dunia II. Bunda Maria memberitahu Lucia bahwa Perang Dunia Pertama akan berakhir, tetapi jika manusia tidak menghentikan tindakan mereka yang membuat marah Tuhan, maka akan meletus perang yang lebih parah selama masa Paus Pius XI. Jika pada suatu malam nanti terjadi fenomena langit diterangi oleh cahaya yang misterius, itulah pertanda dari Tuhan.
Benar saja, Perang Dunia II pecah pada masa Paus Pius XI. Ketika Jerman menginvasi Polandia pada 1939, aurora yang sangat langka terjadi di seluruh Eropa Utara, mungkin inilah pertanda yang dikatakan Bunda Maria? Pada saat itu, New York Times juga melaporkan aurora langka ini.
Maka apakah yang dikatakan nubuat ketiga?
Lucia mengatakan bahwa berdasarkan instruksi dari Bunda Maria, hal itu baru boleh diungkap pada tahun 1960. Namun, pada 1943, Lucia menderita penyakit serius, dan Uskup Leiria mengunjunginya secara khusus, berharap Lucia dapat menuliskan isi nubuat ketiga, untuk berjaga-jaga seandainya dia meninggal, jika tidak maka nubuat ketiga tidak akan pernah ada kesempatan lagi untuk diungkapkan. Lucia ragu-ragu untuk waktu yang lama. Akhirnya, atas perintah uskup, Lucia mengirimkan amplop tersegel berisi rahasia nubuat ketiga ke Leiria pada Juni 1944, yang baru dikirimkan ke Roma pada 1957.
Tahun 1960 dengan pesatnya segera tiba, ketika semua orang mengharapkan Vatikan mengumumkan rahasia ketiga, Vatikan memutuskan untuk tidak diumumkan. Justru dikarenakan keputusan inilah, maka telah memicu insiden pembajakan pesawat.
Pada 2 Mei 1981, Aer Lingus penerbangan 164 dari Bandara Dublin, Irlandia ke Bandara Heathrow London dibajak oleh penumpang Australia Laurence James Downey, setelah pesawat dipaksa mendarat di Prancis, Downey melemparkan sebuah pernyataan sembilan halaman dari kokpit kapten. Ternyata tujuan pembajakannya adalah untuk memaksa Roma mengungkap rahasia ketiga Bunda Fatima. Kemudian, setelah kebuntuan perundingan selama delapan jam, pasukan khusus Prancis menerobos ke dalam pesawat dan berhasil menaklukkannya. Downey kemudian dijatuhi hukuman lima tahun penjara.
Akhirnya, pada 13 Mei 2000, yakni 83 tahun setelah penampakan pertama Bunda Fatima, pihak Vatikan memutuskan untuk mengungkapkan rahasia ketiga. Surat itu berbunyi: “Melihat seorang uskup berpakaian putih, ‘kami pikir dia adalah Bapa Suci’, dengan uskup lain, pastor, umat pria dan wanita, sedang mendaki gunung yang terjal, di puncak gunung ada sebuah kayu salib besar kasar yang terbuat dari kayu gabus berkulit. Sebelum tiba, Bapa Suci tertatih-tatih melalui sebuah kota besar, setengah bagiannya telah menjadi reruntuhan, setengah bagian lainnya sedang mengalami gempa bumi, dibawah siksaan oleh derita dan kesedihan, Ia berdoa untuk jiwa-jiwa mayat yang dia lalui. Setelah mencapai puncak gunung, Ia berlutut di hadapan salib besar, sekelompok tentara menembakinya dengan peluru dan menghujaninya dengan anak panah dan membunuhnya, serta dengan cara yang sama para uskup, pastor, pria dan wanita mati satu demi satu, semua penganut awam dari berbagai kalangan dan jabatan juga mati bersama. Dibawah sepasang lengan salib berdiri dua malaikat yang masing-masing memegang gayung kristal, mereka mengumpulkan darah para martir dan memercikkannya pada jiwa-jiwa yang pergi menuju Tuhan.”
Untuk nubuat ini, Vatikan menafsirkannya sebagai pembunuhan Paus Yohanes Paulus II pada tahun 1981. Namun banyak orang berpikir bahwa nubuat Bunda Maria seharusya bersifat universal, penjelasan Vatikan tampaknya terlalu sederhana dan sempit. Jika benar demikian, mengapa Vatikan menyimpan rahasia ini selama bertahun-tahun? Apakah masih ada beberapa konten yang belum diungkapkan? Pada tahun 2010, Paus Benediktus XVI tampaknya mengungkapkan lebih banyak ketika beliau berkunjung ke Portugis. Sri Paus mengatakan, Bunda Fatima juga menunjukkan masa depan Gereja, gereja yang dipenuhi derita, hingga dunia berakhir.
Sebenarnya, sejak sebelum tahun 2000 sudah ada orang yang mengungkap tabir misteri dari nubuat Fatima.
Interpretasi Nubuat
Jeane Dixon, peramal paling terkenal di Amerika pada abad kedua puluh, ketika dia sedang berdoa di gereja pada 1958, melihat jawaban yang diwahyukan kepadanya oleh Tuhan.
”Karunia ramalan: Jeane Dixon yang fenomenal”, penulis biografi Jeane yakni kolumnis Ruth Montgomery, pernah mendokumentasikan sebuah pengalaman khusus Jeane. Jeane berkata: “Ketika saya sedang berdoa dengan bola kristal di Gereja Katolik St. Matthew, tiba-tiba atmosfir di sekitar saya nampak berubah menjadi murni, sebuah cahaya terang menyorot turun dari puncak angkasa, Bunda Maria yang mengenakan jubah ungu kebiruan berdiri di depan saya, aura berwarna emas dan perak mengelilingi seluruh tubuh Bunda Maria”; “Di sisi kanan atas dari kepala-Nya, saya melihat kata-kata yang berbentuk seperti awan: ‘Fatima’.”
Saya menyadari bahwa Fatima, ramalan rahasia yang telah lama disimpan ini, akan segera diungkapkan kepada saya. Saya melihat tahta Paus, sedang kosong. Di sebelah takhta, saya melihat seorang Paus dengan wajah berlumuran darah, darah sudah menetes di bahu kirinya. Potongan daun hijau kebijaksanaan berjatuhan satu demi satu, dan semakin ke arah bawah, semakin menjadi besar daunnya. Saya melihat tangan yang tak terhitung banyaknya menjulur ke takhta, namun tidak ada seorang pun di atas takhta.”
Lalu bagaimana Jeanne menafsirkannya? Jeanne berkata, “Seorang Paus akan berlari ke berbagai tempat untuk mencegah terjadinya Perang Dunia III, menyerukan para pengikutnya untuk berdoa kepada Tuhan agar mengakhiri kekacauan besar dan penggunaan senjata ultra-ekstrem, sehingga menyelamatkan bumi, agar umat manusia terhindar dari kemusnahan. Paus ini akan terluka karena hal ini. Sejak saat itu, pemimpin tertinggi Patriark Roma tidak lagi menjadi Paus. Karena cahaya misterius itu terus-menerus menyinari takhta Paus di Roma. Saya menyadari kekuasaan kepausan akan tetap di sana selamanya, tetapi tidak ada seorangpun yang bisa mengendalikan kekuasaan itu dengan identitas diri sebagai Paus.”
Secara kebetulan, pada 13 Mei 1990, Pastor Gaupi dari Italia juga menerima wahyu dari Bunda Maria, yang ditulisnya dalam bukunya “The Voice of a Mother“, secara garis besar hendak mengungkapkan rahasia terakhir, yang sama dengan apa yang didapatkan oleh para gembala kecil. Gereja akan mengalami saat-saat kemurtadannya yang terburuk. Orang jahat akan menyusup ke bagian internal gereja, sedangkan mereka yang benar-benar setia dan beriman akan mengalami ujian dan penganiayaan yang paling berat. Umat manusia akan mengalami maha hukuman yang paling parah, dengan demikian dunia dimurnikan, dan membuat orang-orang mempersiapkan diri untuk menyambut Kembali kedatangan Tuhan.
Oleh karena itu, dengan menggabungkan ketiga nubuat ini, orang-orang percaya bahwa Bunda Maria telah memberikan nubuat besar tentang akhir zaman, yaitu kemerosotan agama dan kebangkitan kepercayaan yang lurus/sejati, penyisihan besar secara global serta penyelamatan terakhir, hal ini barangkali menjelaskan mengapa Vatikan enggan mengumumkan rahasia Fatima. Sebenarnya Tuhan tetap adalah Tuhan, tetapi agama yang dahulu pernah suci dan dapat berkomunikasi dengan Tuhan telah berubah, beberapa gereja di Barat dan beberapa kuil di Timur sedang mengalami proses pembusukan yang sama. Sedangkan Paus dalam nubuatan itu mungkin melambangkan Mesias sang Juru Selamat, yang juga merupakan Buddha masa depan yakni Buddha Maitreya di Timur. Tuhan Maha Suci ini akan memimpin para umat yang memiliki kepercayaan yang benar, menanggung penderitaan demi menyelamatkan dunia, dan pada akhirnya akan menunjukkan kepada orang-orang di dunia jalan menuju kehendak Tuhan.
Apa pendapat Anda tentang penafsiran ini? (Lin/whs)