Zhou Qi
Inflasi di zona Euro mencapai rekor tertinggi pada Oktober, dan pertumbuhan ekonominya melambat tajam pada kuartal ketiga pada tahun ini.
Menurut data terbaru, tingkat inflasi di zona Euro melonjak menjadi 10,7% pada Oktober, naik dari 9,9% pada September. Masih lebih tinggi sebesar 0,5% dari angka prediksi para ekonom sebelumnya yang 10,2%. Angka tersebut juga merupakan yang tertinggi sejak terbentuknya zona Euro.
Tingkat inflasi di beberapa negara dalam zona bahkan lebih tinggi dari 10,7%. Italia misalnya, inflasi Oktober sebesar 12,8%, Jerman 11,6%, Estonia, Latvia, dan Lithuania malahan lebih dari 20%.
Selama 12 bulan terakhir, ekonomi zona Euro telah merasakan sakitnya kenaikan harga yang disebabkan oleh melonjaknya inflasi, terutama setelah krisis energi yang disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina.
Kenaikan tahunan biaya energi zona Euro naik menjadi 41,9% di bulan Oktober dari bulan sebelumnya yang 40,7%. Selama periode yang sama, kenaikan tahunan harga makanan, tembakau dan alkohol juga naik menjadi 13,1% dari 11,8% pada bulan sebelumnya. Bagi sebagian penduduk Eropa, mereka terpaksa dihadapkan pada pilihan antara menjaga kehangatan atau mengisi perut.
Simon Duchen, mahasiswa arsitektur Belgia mengatakan : “[Inflasi] berpengaruh besar terutama dalam pembelian kebutuhan sehari-hari, makanan dan perumahan. Harga listrik, gas sudah dinaikkan [oleh pemerintah Belgia]. Ini sangat bermasalah karena saya harus memilih antara menggunakan pemanas ruang di rumah saya atau membeli makanan”.
Pada saat yang sama, pertumbuhan ekonomi di negara-negara Eropa sedang melambat tajam. Produk domestik bruto di 19 negara zona Euro tumbuh hanya 0,2% QOQ (kuartal-ke-kuartal) dan 2,1% YOY (tahun-ke-tahun) pada kuartal ketiga tahun 2022.
Eurostat memperkirakan, ini adalah pertumbuhan paling lambat sejak ekonomi pulih dari pandemi pada kuartal kedua tahun lalu. Bahkan negara-negara seperti Belgia, Latvia, dan Austria PDB mereka menunjukkan negatif.
Menurut analisis para ekonom bahwa meskipun jika momentum ekonomi Eropa telah terpengaruh dan ekonomi secara keseluruhan berada di ambang resesi, tetapi dalam menghadapi tingkat inflasi yang melebihi 10%, Bank Sentral Eropa masih akan fokus pada upaya untuk menstabilkan harga dengan menaikkan suku bunga secara tajam. (sin)