NTD
Pembukaan dinamis yang diterapkan Partai Komunis Tiongkok dituduh seperti “Revolusi Budaya 2.0” menjadi semakin meluas. Video yang beredar menunjukkan bahwa ribuan ternak dan kuda penggembala Kazakh di Xinjiang diisolasi dan sejumlah besar ternak mati kelaparan. Ada juga video yang memperlihatkan di mana kawanan domba memakai masker secara berkelompok.
Baru-baru ini, para penggembala Kazakh di Kabupaten Manas, Distrik Tacheng, Prefektur Otonomi Kazakh Ili, Xinjiang mengeluarkan video marabahaya dan menyebut otoritas Partai Komunis Tiongkok “membersihkan dan mengisolasi” ternak.
Dalam video tersebut, puluhan ribu unta, kuda, sapi, dan domba diisolasi secara paksa di padang rumput yang sempit dan berumput tipis. Hewan-hewan itu tanpa pengawasan, dan ternak terus merengek. Lebih banyak ternak kelaparan dan membeku di salju.
Pendiri organisasi hak asasi manusia Kazakh di luar negeri, Serikzhan Bilash, menyampaikan berita di Twitter pada 30 Oktober bahwa Xinjiang telah ditutup selama 90 hari. Selain itu, pihak berwenang di Kabupaten Manas menetapkan aturan bahwa penggembalaan tak diperbolehkan selama epidemi. Akibatnya, menghancurkan dasar ekonomi orang-orang Kazakh.
新疆某地,羊群集體戴上口罩。防疫人員還指導牧民,羊群不能「聚集」,放牧時保持「5米一個」。——看視頻好像是以前拍的。 pic.twitter.com/jhAb6GhAv8
— 世事觀心 (@yunyunfengfeng) November 1, 2022
Serikzhan Bilash mengatakan bahwa pihak berwenang me-lockdown ribuan orang Kazakh di titik-titik isolasi dan memaksa ternak dikumpulkan di hutan belantara dan di kaki gunung. Kendaraan tidak diizinkan mengangkut rumput dan pakan ternak, juga tidak diizinkan membawanya ke kumpulan hewan. Sejumlah besar ternak mati kelaparan, mati kehausan, dikejar serigala liar, jatuh dari tebing dari lereng gunung dan mati.
Radio Free Asia menghubungi Pusat Pencegahan Epidemi Tacheng dan menegaskan bahwa Prefektur Otonomi Yili memang memiliki aturan terpadu yang melarang penggembalaan. Tetapi operator mengatakan mereka tidak mengetahui karantina terpusat ternak.
Yili telah di-lockdown dalam jangka waktu yang lama, netizen lokal menuduh sejumlah besar etnis minoritas tewas kelaparan atau sekarat karena sakit. Dilaporkan di Internet bahwa ratusan orang tewas kelaparan dalam sehari pada 15 Oktober. Pejabat lokal membantah kepada Radio Free Asia bahwa ratusan orang tewas kelaparan dan mengklaim bahwa hanya 20 orang yang meninggal dunia pada hari itu.
Larangan brutal Partai Komunis Tiongkok sering mengabaikan kehidupan orang-orang, apalagi ternak dan hewan peliharaan. Sebelumnya, di banyak tempat di Tiongkok, para petani telah dikarantina. Bahkan hewan ternak seperti ayam, babi, atau domba mengalami kelaparan atau dibunuh. Namun demikian, ini adalah pertama kalinya ternak Xinjiang dikarantina secara terpusat.
Selain isolasi ternak secara terpusat untuk “pencegahan epidemi”, video lainnya menunjukkan bahwa domba gembala di daerah tertentu di Xinjiang juga mengenakan masker khusus. Ada juga suara petugas pencegahan epidemi yang dicurigai dalam video, yang tampaknya “menginstruksikan” para gembala, meminta domba untuk tidak “berkumpul”, dan untuk menjaga “jarak aman” 5 meter antara domba selama penggembalaan.
Kata-kata “Malam Tahun Baru” muncul di subtitle video, menunjukkan bahwa itu mungkin tidak diambil baru-baru ini.
“Pembukaan dinamis” Partai Komunis Tiongkok hampir memasuki alam magis, dan langkah-langkah pencegahan epidemi meluas dari kerumunan orang-orang ke unggas dan ternak, dan bahkan berbagai item. Video atau foto petugas pencegahan epidemi yang melakukan tes COVID-19 pada ikan dan udang, kepiting, ayam, sapi dan kuda, sayuran, mobil, semen, meja, kursi, dan bangku juga telah dilaporkan.
Baru-baru ini, ada juga foto yang menunjukkan burung merak diikat satu per satu, siap untuk pengambilan sampel tes COVID-19. (hui)
(