Yan Shu
Korea Utara pada Rabu (2/11) menembakkan 23 rudal yang belum pernah terjadi sebelumnya, sementara itu Korea Selatan menanggapi dengan peluncuran rudal langka yang mengejutkan Korea Utara. Korea Utara menembakkan setidaknya 23 rudal balistik jarak pendek, atau dugaan rudal permukaan-ke-udara pada hari itu. Sejauh ini tembakan rudal yang paling banyak dalam sehari
Setidaknya satu rudal mendarat 26 kilometer selatan perbatasan laut antar-Korea, dekat pantai timur Korea Selatan dan hanya 57 kilometer dari kota Sokcho. Pulau Ulleungdo di dekatnya bahkan membunyikan sirene serangan udara. Para penduduk setempat langsung mengungsi.
Televisi lokal menyiarkan cuplikan sirene serangan udara yang berbunyi dan memperingatkan warga untuk tidak keluar di pagi hari. Kementerian Perhubungan Korea Selatan juga sempat menutup beberapa rute udara di atas perairan terdekat.
Kang Shin-chul, kepala operasi Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan ini adalah pertama kalinya sejak pemisahan semenanjung tahun 1948, bahwa rudal Korea Utara telah mendarat di dekat perairan teritorial di selatan perbatasan laut, yang mana sangat langka dan sama sekali tidak dapat mentolerirnya. Militer korsel menyatakan akan merespons dengan tegas.
Presiden Korea Selatan Yoon Seok-yeol juga mengutuk peluncuran rudal Korea Utara sebagai tindakan “sebenarnya pelanggaran teritorial”.
Sebagai tanggapan, militer Korea Selatan langsung mengirim pesawat-pesawat tempur, menembakkan tiga peluru kendali presisi udara-ke-permukaan ke laut di utara perbatasan maritim.
Jepang juga mengecam keras meningkatnya provokasi Korea Utara.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menyatakan Korea Utara telah berulang kali meluncurkan rudal pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang mana sama sekali tidak dapat diterima.
Menteri Pertahanan Jepang Yasuichi Hamada menjelaskan, berdasarkan situasi ini, Jepang akan secara realistis mempertimbangkan semua opsi dan tidak mengesampingkan opsi apa pun, termasuk serangan balik, dan terus memperkuat kemampuan pertahanannya secara fundamental.”
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida juga mengatakan bahwa dia akan meminta pertemuan Dewan Keamanan PBB mengenai situasi di Semenanjung Korea sesegera mungkin. (hui)