oleh Yi Ru
Jika data pemerintah tidak kredibel, lalu bagaimana caranya kita mengukur pertumbuhan ekonomi suatu negara ? Seorang asisten profesor di University of Chicago menggunakan peta cahaya malam yang diperoleh dari satelit untuk mengukur perkembangan ekonomi regional. Dan penelitiannya menunjukkan bahwa selama 20 tahun terakhir Beijing diduga telah membesar-besarkan angka pertumbuhan PDB hampir sepertiga kali dari kenyataannya.
“Seberapa besar kita harus mempercayai perkiraan pertumbuhan PDB negara diktator ?” ujar Luis Martinez, asisten profesor University of Chicago, baru-baru ini menerbitkan sebuah makalah di Journal of Political Economy.
Dengan menggunakan citra satelit yang menunjukkan kecerahan lampu di malam hari sebagai indikator aktivitas ekonomi, Martinez telah menunjukkan bahwa pemerintah otoriter membengkakkan angka pertumbuhan PDB secara berlebihan.
Su Tzu-yun, Direktur Institut Strategi dan Industri Militer dari Institut Penelitian Keamanan Pertahanan Nasional Taiwan, berpendapat bahwa citra satelit malam hari dapat dimanfaatkan sebagai indikator tambahan untuk mengamati perkembangan ekonomi.
Su Tzu-yun mengatakan : “Jumlah lampu di malam hari akan mencerminkan situasi kegiatan ekonomi di suatu negara. Jadi jika kegiatan ekonomi cukup aktif maka penerangan lampu di malam hari tentu saja akan lebih padat, dan kecerahannya lebih tinggi. Inilah indikator yang sangat intuitif”.
Misalnya, sebagian besar wilayah Korea Selatan terlihat terang benderang di malam hari, tetapi di Korea Utara, yang dipimpin oleh diktator Kim Jong-un, sebagian besar wilayahnya terlihat gelap pada citra satelit. Sangat kontras terlihat perbedaan kecerahan di perbatasan antara kedua negara itu.
Model penelitian yang digunakan Martinez menunjukkan bahwa selama 20 tahun terakhir, Beijing diduga telah membesar-besarkan angka pertumbuhan PDB hampir sepertiga kali, pada kenyataannya pertumbuhan ekonomi Tiongkok jauh lebih kecil daripada klaim PKT.
Su Tzu-yun menambahkan, “Pemerintahan komunis Tiongkok telah memiliki sejarah panjang dalam menggunakan laporan palsu atau memiliki dwi-laporan. Di era periode Sekjend. Hu Jintao, kondisi itu sedikit diperbaiki. Bagaimanapun, pertumbuhan ekonomi pada saat itu memang pesat, terlepas dari fakta bahwa data Itu juga tidak sepenuhnya benar. Di era kepemimpinan Xi Jinping, dia mengambil sikap yang lebih tidak ramah terhadap ekonomi. Dia ingin ekonomi tumbuh, tetapi dia juga ingin Partai Komunis Tiongkok yang mengendalikan semua bisnis. Itu situasi yang tidak mungkin sama sekali”.
John Burn-Murcoch, wartawan pengumpul data dari media Inggris “Financial Times” menuliskan sebuah komentar yang berbunyi : Ketika ekonomi Tiongkok melambat, data ekonomi yang tidak transparan sudah menjadi tren pemerintah Tiongkok. Pada tahun 2016, di situs resmi Biro Statistik Nasional Tiongkok, akan ditemukan bahwa sejumlah besar data ekonomi di sana sudah tidak lagi diperbarui. “Data yang hilang ini sangat mencengangkan”.
Kolumnis Epoch Times Wang He mengatakan : “Tidak hanya di Amerika Serikat, tetapi juga di Hong Kong, beberapa sarjana telah melakukan penelitian serupa. Sebenarnya dalam sistem pemerintahan Tiongkok juga ada sejumlah lembaga yang melakukan penelitian tentang PDB riil Tiongkok. Tentu saja hasil penelitian mereka tidak akan dipublikasikan. Karena PDB Tiongkok itu lucu, yaitu jumlah total PDB yang diumumkan oleh setiap provinsi bisa jauh lebih besar daripada angka PDB total yang diumumkan oleh negara”.
Su Tzu-yun mengatakan, bahwa data ekonomi terkait PDB atau PMI berbagai negara dikumpulkan oleh masing-masing negara dalam lingkup kedaulatan. Tetapi untuk rezim otoriter, angka itu bisa dipalsukan sesukanya.
Su Tzu-yun menuturkan : “Kita dapat menggunakan bidang lain sebagai perbandingan, yaitu, pada awal tahun 2020, sebelum COVID-19 resmi ditetapkan sebagai epidemi, Beijing terus mengklaim bahwa di Tiongkok tidak terjadi epidemi (COVID-19). Tetapi ucapan itu langsung dibantah oleh ilmuwan Amerika Serikat yang membuktikan lewat citra satelit pada malam hari, bahwa sebelum wabah resmi mendunia, ada begitu banyak kendaraan di sekitar rumah sakit Wuhan pada malam hari, bahkan sampai memacetkan lalu lintas. Jadi kita bisa menggunakannya untuk mengamati kesehatan masyarakat, begitu pula untuk mengamati kegiatan ekonomi”.
Selama Kongres Nasional ke-20, PKT menunda rilis data ekonomi seperti PDB kuartal ketiga dengan tanpa penjelasan. Data itu baru dirilis pada akhir bulan Oktober, bahkan mengklaim adanya peningkatan PDB sebesar 3,9% tahun-ke-tahun. Angka yang jauh melampaui ekspektasi para analis.
Su Tzu-yun mengatakan : “PKT selalu melaporkan kabar baik tetapi menyembunyikan kabar buruk, tetapi pada akhirnya ia terpaksa mengakui, bahwa ada sejumlah indikator ekonomi yang memang tertunda dirilis sebelum Kongres Nasional ke-20. Sekarang laporan yang dirilis jauh lebih buruk dari yang diperkirakan. Hal ini menunjukkan bahwa sistem otoriter sangat merugikan perkembangan ekonomi”.
Komentator Wang He mengatakan : “PKT sekarang telah menyesuaikan slogan kebijakan ekonominya, dari tahapan memperhatikan kuantitas pertumbuhan di masa lalu menjadi memperhatikan kualitas pertumbuhan. Artinya, PKT sadar bahwa mereka gagal mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang berkuantitas”.
Wang He percaya bahwa selain ekonomi itu sendiri sedang bermasalah, masalah lain yang juga besar adalah ekonomi Tiongkok sudah tidak dapat diandalkan untuk mendukung kekuasaan PKT, oleh karena itu rezim terpaksa secara ketat mengontrol publikasi data ekonomi. (sin)