NTD
Amerika Serikat mengatakan pada Rabu 2 November bahwa Korea Utara diam-diam mengirim sejumlah besar peluru artileri ke Rusia untuk mendukung invasi Rusia ke Ukraina. Gedung Putih mengatakan bahwa Korea Utara telah melanggar resolusi PBB dan untuk itu akan dimintai pertanggungjawaban.
Edward “Ned” Price, Juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat menyatakan, terlepas dari penolakan secara terbuka yang kami dengar dari Korea Utara, tetapi dalam kenyataannya Korea Utara sedang dengan diam-diam memasok sejumlah besar peluru artileri kepada Rusia untuk mendukung perangnya di Ukraina”.
Price mengatakan Korea Utara mengirim peluru artileri buatan mereka dengan transipment di negara ketiga di Timur Tengah atau Afrika Utara untuk menutupi tujuan sebenarnya.
“Jumlah peluru artileri itu tidak sedikit, meskipun kami tidak berpikir bahwa jumlahnya akan cukup besar untuk secara signifikan mengubah arah perang, atau mengubah situasi medan perang di bagian Timur atau Selatan (Ukraina)”.
Gedung Putih menolak untuk merinci perkiraan jumlah amunisi atau bagaimana amunisi itu ditransfer, tetapi mengatakan akan terus memantau keberadaan amunisi tersembunyi itu dan berkonsultasi dengan PBB untuk menjatuhkan sanksi terhadap Korea Utara.
Price mengatakan : “Kami sedang dan bersiap menggunakan setiap sarana untuk melawan pasokan senjata Iran ke Rusia. Dan kami juga akan melakukan hal yang sama ketika Korea Utara memasok persenjataan kepada Rusia”.
Militer Rusia kekurangan senjata karena sanksi internasional terhadap Rusia yang menginvasi Ukraina. Tetapi Korea Utara dan Iran justru memasok persenjataan kepada Rusia. Pada bulan September, Amerika Serikat memberikan sanksi kepada perusahaan Iran karena mengirimkan drone ke Rusia.
John Kirby mengatakan bahwa pemerintahan Biden masih sedang mempertimbangkan langkah-langkah khusus untuk menanggapi tindakan Korea Utara ini. (sin)