Shi Shan
Seusai Kongres Nasional ke-20, suatu ajang pembersihan besar-besaran internal Partai Komunis Tiongkok (PKT) sepertinya tidak dapat dihindari.
Dalam Sesi Pertama Rapat Pleno usai Kongres Nasional ke-20 PKT, dipentaskanlah suatu drama dimana “kaisar” yang berkuasa mempermalukan dan mengusir “mantan kaisar”.
Banyak orang pun mengeluarkan foto-foto lama, dimana pada Kongres Nasional ke-18 PKT, Xi Jinping begitu rendah hati memperlakukan Hu Jintao (berkuasa pada 2002-2012), dibandingkan dengan penampilan Xi Jinping pada Kongres Nasional ke-20 kali ini, seketika adegan itu membuat banyak orang terkesiap, serta merta menilai betapa Xi Jinping tidak tahu berterima kasih dan melukai perasaan Hu Jintao.
Dalam ranah melupakan jasa dan kebaikan, geng dari mana pun tidak banyak yang bisa mengungguli partai komunis.
Contohnya Stalin, setelah Lenin meninggal dunia, dengan mengandalkan dukungan penuh dari Panglima Tentara Merah Uni Soviet yakni Leon Trotsky, hingga akhirnya mampu berdiri kokoh menduduki posisi kursi pertama dalam Partai Komunis Uni Soviet, Stalin telah berubah menjadi kediktatoran pribadi. Semua kawan lama Lenin pun dilengserkan dan dieksekusi atas kerjasama oleh keduanya.
Tapi, Stalin tidak membiarkan Trotsky eksis, bahkan ketika Trotsky telah melarikan diri dari Uni Soviet, Stalin masih sempat mengeluarkan perintah memburu Trotsky lewat jaringan komunis Internasional. Akhirnya, Trotsky terbunuh oleh anggota partai komunis di Meksiko dengan cara dikapak kepalanya.
Pemimpin Uni Soviet Nikita Khrushchev, adalah bawahan yang paling disukai oleh Stalin, dari hanya seorang Sekretaris Wilayah di sebuah kawasan Ukraina, karir Khrushchev terus menanjak hingga menjadi anggota Komite Tetap Politbiro Partai Komunis Uni Soviet, Stalin boleh dibilang adalah orang yang paling berjasa baginya.
Namun demikian, setelah Stalin meninggal dunia, Khrushchev pun mengadili Stalin, dalam suatu laporan rahasia pada Kongres Nasional ke-20 Partai Komunis Uni Soviet ia mengkritik keras Stalin.
Justru Khrushchev inilah orang yang paling berjasa bagi PKT. Pada 1956, Khrushchev berinisiatif mengirim utusan untuk berunding dengan PKT, menyerahkan kembali Port Arthur (Lushun) yang dijadikan pangkalan AL Uni Soviet, itulah penarikan pasukan militer terakhir Soviet dari Tiongkok per 1957.
Tak hanya itu, Khrushchev mengembangkan 158 proyek bantuan bagi RRT, dari 158 proyek yang diadakan waktu itu difokuskan pada rekayasa utama dan bantuan proyek, sekitar sepertiga di antaranya adalah industri militer. Dengan adanya industri tersebut, militer RRT baru dapat melakukan swadaya alutsista.
Di antara industri militer ini, termasuk pembuatan senapan dan meriam, tank, industri pesawat, juga serangkaian industri pembuatan bahan baku senjata nuklir berikut laboratoriumnya.
Apalagi, selain perlengkapan berupa mesin, alih teknologi lainnya juga diberikan secara gratis, Khrushchev juga mengirimkan ratusan tenaga ahli, membantu instalasi dan memberikan pelatihan bagi para insinyur RRT.
Senjata nuklir PKT, justru berhasil diciptakan berkat adanya bantuan dari Uni Soviet. Semua bantuan tersebut, membuat Khrushchev harus menghadapi berbagai suara menentang dari internal Partai Komunis Uni Soviet.
Tetapi semuanya itu, sama sekali tidak menjadi halangan bagi PKT untuk mengolok-olok Khrushchev sebagai “Khrush Botak”, kemudian Uni Soviet disebutnya Revisionisme Uni Soviet. Penyebab utamanya adalah Mao Zedong hendak menjadi “guru revolusi proletar dunia”.
Mao Zedong tentu saja juga tidak akan bersikap lunak terhadap para pengikutnya yakni para Kaum Revolusioner yang telah membantunya melakukan “Revolusi Kebudayaan” demi merebut kembali kekuasaan, yakni antara lain: Tao Zhu, Chen Boda, Lin Biao dan lain-lain, Mao tidak akan merasa berhutang budi. Tentu saja, Hua Guofeng yang dipercayainya, juga tidak akan melepaskan peluang untuk menangkap Jiang Qing (istri Mao) hanya karena adanya kepercayaan dari Mao.
Pasca Revolusi Kebudayaan, pejabat yang paling berjasa membantu Deng Xiaoping dan para sesepuh PKT lainnya meraih kembali posisi mereka, adalah Hu Yaobang. Akhirnya, Hu Yaobang terhitung juga mati akibat dikritik oleh para sesepuh PKT.
Suksesor lintas generasi yang disenangi Deng Xiaoping, adalah Wang Zhaoguo yang dipromosikannya dari pabrik otomotif Dongfeng Motor di Hubei.
Dari seorang Sekretaris Partai di sebuah cabang pabrik otomotif, langsung dipromosikan ke Sekretariat Partai Pusat, kemudian dia menjabat sebagai Sekretaris Liga Muda Komunis, pada dasarnya adalah karena diatur oleh Hu Yaobang. Tapi dalam peristiwa para sesepuh menjatuhkan Hu Yaobang, Wang Zhaoguo bertindak sangat keras, bahkan Deng Xiaoping pun tidak sanggup melihatnya, oleh karena itu kemudian Wang pun kehilangan kepercayaan dari Deng.
Sekretaris Mao Zedong yakni Li Rui mengatakan, ia bekerja di Departemen Organisasi Pusat RRT, di era 1980-an dua kali merekomendasikan Jiang Zemin, yang kemudian berhasil menjabat sebagai Sekretaris Kota Shanghai. Tetapi, kemudian Jiang Zemin menggunakan pengaruhnya untuk menghukum keras tabloid bulanan “Yanhuang Chunqiu”, dan cara-caranya sangat keji. Li Rui sendiri mengatakan, “Setelah menjadi Sekjend PKT, Jiang Zemin sama sekali tidak mengenal saya lagi, bertemu muka pun tidak sudi menyapa saya.” Li Rui mengenang, suatu kali di atas benteng Lapangan Tiananmen pada peringatan HUT PKT 1 Oktober, Jiang Zemin berjalan menyapa para hadirin, melihat Li Rui di antara hadirin pun tidak menghiraukannya.
Tidak menghiraukan, bisa dikata merupakan cara eksekusi di dalam partai komunis yang sangat lembut. “Kelembutan” Jiang Zemin seperti ini, terutama karena dirasakan Li Rui tidak menjadi ancaman bagi Jiang, apalagi di dalam partai, Jiang Zemin belum membentuk sistem kediktatoran mutlak individunya.
Usai Kongres Nasional ke-20, PKT sedang melangkah dari politik oligarki yang terbentuk setelah masa kekuasaan Deng Xiaoping, berubah arah menuju kediktatoran individu Xi Jinping. Dan, setelah proses ini usai, dipastikan pembersihan besar-besaran akan dimulai, hal semacam ini sudah terlalu banyak terjadi dalam sejarah.
Seperti setelah meninggalnya Lenin, setelah masa peralihan singkat berubah menjadi kediktatoran individu Stalin, setelah itu dimulailah pembersihan besar-besaran secara nasional, tak terhitung banyaknya orang yang dibunuh.
Juga Mao Zedong, kediktatoran individu mutlak yang terbentuk pasca Revolusi Kebudayaan, tentu saja juga merupakan proses pembersihan besar-besaran.
Setelah Xi Jinping menjabat pada Kongres Nasional ke-18 (pada 2012), yang memberikan paling banyak bantuan kepadanya, adalah Wang Qishan. Tapi sekarang Wang Qishan sepertinya di posisi yang paling berbahaya.
Wang Qishan telah cukup lama malang melintang di kancah birokrasi PKT, relasinya sangat luas, posisinya sangat kokoh, tapi sekaligus juga yang paling berbahaya.
Dalam politik oligarki, karena banyak orang berada di pucuk kekuasaan, masing-masing memiliki kubu dan klan kepentingannya sendiri, jadi harus tawar menawar dan saling berkompromi; sedangkan diktator individu, tidak hanya menguasai sepenuhnya kekuasaan hidup-mati internal, tapi struktur keseluruhan kekuasaan juga telah mengalami perubahan.
Biasanya, dalam sistem politik oligarki, saling bertarung adalah karena adanya kepentingan esensial salah satu pihak yang dirugikan. Tapi di dalam kediktatoran individu, karena sang diktator memegang kekuasaan absolut di tangan, yang juga menimbulkan rasa tidak aman dan rasa takut yang amat sangat.
Inilah alasan sang diktator ini harus mengobarkan pembersihan menyeluruh, dan tak pernah berhenti selamanya. Sebab ketakutan itu adalah semacam imajinasi, dan imajinasi tidak ada batasnya.
Ketika ada orang memiliki relasi yang terjalin sedemikian kuat, terhubung dengan pihak luar dan dalam, maka orang ini pun akan menjadi potensi ancaman, yang kemudian menjadi ancaman yang benar-benar eksis di dalam imajinasi sang diktator dan yang akhirnya mengambil tindakan, jika tidak sang diktator tidak akan dapat tidur nyenyak.
Dalam sejarah Tiongkok, kondisi seperti ini juga sering kali terjadi. Jadi dalam mekanisme perpolitikan Tiongkok kuno terdapat tradisi putra mahkota sebagai penerus tahta, tujuannya adalah untuk melenyapkan bahaya terjadinya perebutan kekuasaan secara ilegal, ini berguna untuk stabilitas jalannya pemerintahan.
Walau demikian, kaisar Tiongkok dan calon kaisar, juga merupakan profesi yang paling berbahaya di dunia, hampir 40% kaisar yang berkuasa tidak berakhir baik.
Betapa banyak kasus ayah dan anak saling bunuh, dan kakak adik saling bantai telah tercatat dalam buku sejarah Tiongkok.
Biasanya, jika kaisar yang agak pemalas mengurus imperiumnya, urusannya masih agak adem ayem, lain halnya jika seorang kaisar yang cerdas, mumpuni ditambah rajin mengurus kekaisarannya dan hendak meraih kesuksesan besar, maka bahaya di kalangan birokrat pun menjadi relatif besar.
Bisa kita bayangkan, Xi Jinping sekarang, yang berdiri di puncak kekuasaan, angin di sekelilingnya terus bertiup kencang, bagaimana situasi mencekam pada posisi itu. Sejauh mata memandang, hampir semuanya berpotensi sebagai musuh dalam selimut, ekspresi setiap orang adalah “aku bisa menggantikannya”. “Bagaimana waktu itu aku memperlakukan orang lain, maka orang lain pun akan memperlakukanku seperti itu.”
Sebenarnya, tidak ada kelapangan dada yang sesungguhnya, dan tidak ada pemikiran luhur yang sebenarnya, ini mutlak adalah semacam ketakutan yang tidak bisa diredakan. Menjadi kaisar dipastikan bukanlah suatu pekerjaan yang nyaman.
Di balik setiap serangan adalah semacam ketakutan. Ketakutan akan kehilangan kekuasaan, pasti mendatangkan serangan terhadap kekuasaan.
Tiongkok di masa mendatang, rakyat pasti akan menderita akibat merosotnya ekonomi, tetapi orang yang setiap hari diselimuti ketakutan, justru adalah para pejabat PKT tersebut, karena hanya merekalah yang paling dekat dengan inti kekuasaan. (sud)