oleh Li Yun
Baru-baru ini, sebuah video tentang dua orang wanita di Guangzhou yang kedua tangannya diikat ke belakang dan berlutut di tanah telah menarik perhatian publik. Pada Jumat (18/11/2022) seorang dari wanita yang bersangkutan menanggapi kejadian tersebut dengan mengatakan bahwa ketika dia keluar rumah untuk mengambil makanan yang bisa dibawa pulang, terjadi adu mulut dengan personel pencegah epidemi. Meskipun orang itu akhirnya meminta maaf.
Pada (18/11/2022) sore, berita tentang “Tanggapan Polisi Distrik Haizhu tentang 2 orang wanita di Guangzhou yang diikat dan berlutut” muncul di pencarian panas Baidu.
Pada siang harinya, seorang dari wanita bersangkutan memposting tanggapannya di Weibo, mengatakan bahwa saat dia keluar untuk mengambil makanan yang dipesan secara online di luar rumah pada (17/11/2022), mengalami konflik dengan personel pencegah epidemi karena temannya yang ikut keluar rumah tidak mengenakan masker. Saat ini personel tersebut telah meminta maaf.
Seorang anggota staf Biro Keamanan Umum Distrik Haizhu, Guangzhou mengatakan kepada beberapa media daratan Tiongkok bahwa masalah ini sedang dalam penanganan pihak berwenang.
Beberapa video yang beredar di Internet menunjukkan bahwa kedua wanita warga Distrik Haizhu sedang beradu mulut secara emosional dengan petugas pencegahan epidemi dan dengan suara keras menuduh mereka.
Pada saat itu, seorang pria dengan atasan berwarna terang berjalan ke depan wanita berpakaian hitam yang bermasker dan menjatuhkannya ke tanah. Kemudian sejumlah pria bergegas maju dan mengikat kedua tangan wanita itu di belakang punggungnya. Setelah itu giliran wanita yang tidak memakai masker mendapat perlakuan yang sama.
Setelah itu, wanita yang berbaju hitam terlihat masih tergeletak di tanah dengan sebelah sandalnya berada di samping tubuhnya. Sedangkan wanita yang tidak memakai masker terus berlutut di tanah dengan baju atasnya yang tidak rapi akibat ikatan tali.
Video lain menunjukkan bahwa wanita tanpa masker yang kedua tangannya diikat di belakang, berlutut dengan satu kaki dan sudah dipakaikan masker, dia dengan marah menuduh personel pencegahan epidemi dan mengatakan “kamu dapat tertimpa karma”, Sedangkan wanita berbaju hitam yang kedua tangannya diikat di belakang punggungnya duduk di sampingnya.
Video berikutnya menunjukkan bahwa pasangan wanita itu dibebaskan.
Banyak netizen menuliskan komentar mereka di platform sosial, antara lain : Kejadian itu terjadi pada (17/11/2022) sekitar pukul 13:00 di halaman depan pintu masuk Luntou, Distrik Haizhu. Kedua orang wanita itu keluar bersama untuk mengambil makanan yang bisa dibawa pulang. Karena wanita yang berbaju warna abu-abu itu tidak memakai masker maka ditegur oleh personel pencegahan epidemi. Mungkin karena persoalan nada yang tidak enak, kemudian wanita itu mulai memotret dengan ponselnya.
Kemudian terjadi pertengkaran antara kedua belah pihak, awalnya kedua wanita tersebut sangat arogan, kemudian petugas pencegahan epidemi dan satpam menghadang mereka, mendapat teriakan dari wanita : “Mengapa kamu menyentuh badan saya ?” Kemudian, entah apa yang terjadi sekelompok pria tiba-tiba mendekat dan menjatuhkan kedua wanita itu ke tanah lalu mengikat mereka, salah seorang pria lalu melilitkan sehelai kain berwarna biru ke bagian perut wanita yang mengenakan pakaian crop top untuk menutupi perutnya.
Banyak netizen mengutuk tindakan sekelompok pria itu yang dianggap terlalu kasar.
Sejak merebaknya COVID-19 di Kota Wuhan pada akhir tahun 2019, otoritas berwenang Tiongkok terus mempertahankan kebijakan Nol Kasus dengan menerapkan blokade ekstrem untuk mencegah penyebaran. Hal itu telah menyebabkan bencana kemanusiaan yang tak terhitung jumlahnya. Petugas pencegahan epidemi dari seluruh negeri bahkan seenaknya memblokir pintu, melarang mobil berlalu lalang, dan memblokir bangunan gedung, masuk ke rumah warga tanpa izin untuk desinfektanisasi, mengkarantina suspek di tempat tinggalnya, membawa paksa suspek ke tempat karantina terpusat.
Sejumlah besar video di Internet menunjukkan bahwa personel pencegah epidemi dari seluruh negeri juga seenaknya mengepung, mengikat, mengarak, mengkritik, dan bahkan memenjarakan, menahan, dan mendenda orang-orang yang tidak mematuhi langkah-langkah yang mereka tetapkan.
Pengacara hak asasi manusia Tiongkok Wu Shaoping sebelumnya telah mengatakan kepada media “Epoch Times” bahwa banyak tindakan yang tidak hanya melanggar Konstitusi Tiongkok tetapi juga menginjak-injak hak asasi manusia lantaran pencegahan epidemi ekstrem yang diterapkan rezim PKT. Berbagai tindakan ilegal yang terjadi telah menjadi kejahatan negara. (sin)