Pemilih Malaysia Kecewa Karena Tak Ada Partai yang Menang Pemilu Mayoritas

oleh Yan Feng dan Jiang Diya

Malaysia baru saja menggelar pemilihan umum pada Sabtu 19 November. Penghitungan Komisi Pemilihan Malaysia pada  Minggu menunjukkan tidak ada partai yang memenangkan suara mayoritas. Hasilnya “parlemen gantung” adalah keputusan yang sudah pasti. Pemilih menyatakan kekecewaan dalam menghadapi ketidakstabilan politik.

Pemilihan anggota parlemen ke-15 Malaysia telah berakhir pada Sabtu 19 November. Pada Minggu 20 November, dari total 222 kursi, Aliansi Pakatan Harapan yang dipimpin pemimpin oposisi Anwar Ibrahim meraih 82 kursi, diikuti oleh Aliansi Kebangsaan yang dipimpin mantan Perdana Menteri Muhyiddin Yassin yang meraih 73 kursi. Front Nasional tertinggal jauh dengan hanya 30 kursi.

Meskipun Pakatan Harapan saat ini memiliki kursi terbanyak, namun belum melampaui ambang batas 112 kursi yang dibutuhkan untuk membentuk pemerintahan, masih perlu membentuk aliansi dengan partai politik lain untuk mendapatkan kursi yang dibutuhkan untuk memerintah.

Anwar mengatakan, pihaknya telah mendapatkan persetujuan dari partai politik lain untuk membentuk aliansi dan diharapkan menjadi perdana menteri Malaysia berikutnya.

Anwar berkata : “Ketika kami memiliki mayoritas, kami akan sepenuhnya membentuk pemerintahan. Dan itu pasti akan stabil.”

Sejak pemilihan umum tahun 2018 di Malaysia, tiga perdana menteri telah berganti berturut-turut. Saat ini, tidak ada partai politik yang memenangkan suara mayoritas. “Parlemen Hangout” menjadi tak terelakkan, dan masih sulit untuk menghilangkan ketidakstabilan politik.

Pemilih juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap hasil pemilu.

Seorang pemilih Daniel berkata : “Secara keseluruhan ini mengecewakan karena menurut saya negara ini tidak mengalami kemajuan. Ini adalah ekspresi demokrasi yang tepat di negara ini, tetapi bukan hasil yang saya harapkan.”

Beberapa analis percaya bahwa partai-partai dalam koalisi yang berkuasa berikutnya tidak memiliki mayoritas yang meyakinkan dan dapat jatuh ke dalam pertikaian lebih lanjut, yang mana akan merusak perekonomian. (hui)

FOKUS DUNIA

NEWS