oleh Chi Qianli dan Zhang Yuanting
Hasil “Pemilu 9-in-1” di Taiwan telah dirilis. Partai KMT (Kuomingtang) memenangkan 13 kota dan kabupaten, sedangkan DPP (Partai Progresif Demokrat) hanya memenangkan 5 kota dan kabupaten. Karena kekalahan dalam pemilihan tersebut, Tsai Ing-wen menyatakan pengunduran dirinya sebagai Ketua Umum DPP. Untuk pemilihan ini, analisis eksternal mengungkapkan bahwa sesungguhnya masih terdapat banyak pemilih yang tidak berpartisipasi dalam memberikan suara, itu terlihat dari rendahnya tingkat partisipasi warga.
Ketua Umum Partai Progresif Demokrat Tsai Ing-wen mengatakan : “Kita harus memikul semua tanggung jawab. Jadi sejak saat ini, (kami) mundur sebagai Ketua Umum Partai Progresif Demokrat”.
Dalam “Pemilu 9-in-1” Taiwan, Partai Progresif Demokrat yang sedang berkuasa mengalami kekalahan besar. Sehingga Ketua Umum Partai Tsai Ing-wen mengumumkan pengunduran dirinya, untuk meninjau 3 alasan utama penyebabnya, termasuk kesenjangan antara manajemen lokal dengan ekspektasi masyarakat, kurangnya pembinaan kader lokal dan pengembangan bakat, serta kegagalan dalam memenangkan kepercayaan rakyat.
Tsai Ing-wen mengatakan : “Di hadapan opini masyarakat, partai politik itu kecil, politisi juga kecil. Meskipun tadi Ketua Eksekutif Yan Su Tseng-chang baru saja secara lisan menyampaikan pengunduran dirinya kepada saya, tetapi saya memintanya untuk tetap tinggal dan bekerja keras untuk memastikan bahwa berbagai kebijakan utama masih tetap layak untuk dipertahankan”.
Dalam pemilihan jali ini, Partai Kuomintang meraih kemenangan suara di 4 dari 6 kota besar dengan total 13 kota dan kabupaten, sedangkan Partai DPP hanya meraih kemenangan di 4 kota dan kabupaten yang berada di selatan Taiwan dan pulau terluar Penghu, dengan total 5 kota dan kabupaten. Partai Rakyat Taiwan (Taiwan People’s Party. TPP) yang berdiri sejak 2019 memenangkan suara di Hsinchu, dan kandidat independen memenangkan suara pemilihan di Kinmen, Miaoli. Partai Kuomintang yang meraih kemenangan besar dalam “Pemilu 9-in-1” kali ini sangat percaya diri untuk kembali memenangkan pemilihan presiden tahun 2024.
Ketua KMT Eric Chu Li-luan mengatakan : “Kemenangan untuk semua kubu non-hijau. telah membuktikan mereka mengambil jalan yang benar, Komite Sentral Partai KMT pasti akan mencalonkan kandidat yang tepat, bekerja tanpa pamrih untuk kepentingan rakyat Taiwan, demi kemenangan Partai Kuomintang pada pemilihan presiden tahun 2024”.
“Pemlu 9-in-1” adalah pemilihan lokal nasional pertama yang diikuti oleh Partai Rakyat Taiwan (TPP) yang diketuai oleh Ko Wen-je (Walikota Taipei). Ko Wen-je sendiri juga terkejut melihat perubahan opini masyarakat Taiwan yang sangat cepat, yang patut diwaspadai, katanya.
Ko Wen-je mengatakan : “Lihatlah politik Taiwan sejak tahun 2016, 2018, 2020, dan 2022. Efek pendulumnya sangat mengerikan. Bergetar sangat kencang setiap 2 tahun. Sebenarnya, sejarah politik semacam ini di dunia juga dianggap sebagai kasus yang unik. Taiwan memiliki politik ekstrem yang berubah dengan sangat cepat, dan ini juga rasa hormat kami terhadap opini publik, atas kecepatan dari aliran opini publik Taiwan. Bagaimana pun kami merasakan kagum”.
Begitu “Pemilu 9-in-1” Taiwan memasukkan perhitungan suara, New Tang Dynasty TV Asia-Pasifik memberikan komentar dan laporan hasil perhitungan suara.
Song Guo-cheng, seorang peneliti senior di Pusat Penelitian Hubungan Internasional Universitas Nasional Chengchi mengatakan : “DPP hanya memenangkan sangat sedikit suara, jadi hasil seperti itu pasti akan mempengaruhi pemilihan presiden tahun 2024. Tingkat partisipan dalam pemungutan suara kali ini sangat rendah, yang berarti pemilih menengah tidak ikut berpartisipasi dalam memberikan suara, isu kebijakan publik tidak cukup banyak, dan lebih banyak lagi semacam pelanggaran dan pembelaan antar para kandidat dalam pemilu. Bahkan beberapa di antaranya melibatkan mobilisasi kebencian”.
Poon Tin Wai, seorang komentator urusan terkini mengatakan : “Kita juga harus merenungkan apakah masalah pijakan PKT, kebijakan rayap yang baru saja saya sebutkan, secara tidak disadari telah menyusup masuk ke dalam hati dan pikiran banyak pemilih. Jika demikian maka ini sangat serius”.
Dunia luar cemas terhadap hasil “Pemilu 9-in-1” Taiwan, yang entah apakah mungkin akan mempengaruhi hubungan lintas-selat di masa mendatang. Di sisi lain, pemilihan umum ini juga memicu diskusi hangat masyarakat, khususnya para netizen daratan Tiongkok. Ada dari mereka yang meninggalkan pesan : Sangat iri dengan hak yang dimiliki rakyat Taiwan untuk menentukan pilihan yang entah berapa kali lipat lebih besar daripada yang dimiliki rakyat di daratan Tiongkok. (sin)