ERIC BESS
Siapakah Muses Yunani itu? Zeus, raja para Dewa yang menguasai petir, dan Mnemosyne, Dewi ingatan, memiliki sembilan putri yang disebut sebagai sembilan Muses. Muses dianggap Dewi yang membawa inspirasi. Mereka menginspirasi musik, puisi, tarian, dan pengetahuan. Sangat menarik untuk dicatat bahwa butuh penyatuan Zeus, yang sering kali dikaitkan dengan kilatan petir, dan Mnemosyne, ibu dari ingatan, untuk menciptakan sembilan Muses sebagai sumber inspirasi. Kita terkadang menyebut momen inspirasi datang kepada kita “dalam sekejap.” Kita mungkin juga berpikir, “Mengapa saya tidak memikirkan hal itu sebelumnya?” seolah-olah itu adalah sesuatu yang sudah kita ketahui.
Yang pertama dari sembilan Muses adalah Calliope, yang dalam bahasa Yunani berarti “bersuara indah”. Calliope adalah Muse dari kefasihan dan puisi epik. Muses terakhir adalah Urania. Dalam bahasa Yunani, Urania berarti “yang surgawi”. Seperti namanya, dia adalah Muse astronomi dan tulisan-tulisan astronomi.
Simon Vouet Pelukis “Muses Urania dan Calliope”
Pelukis Prancis abad ke-16 hingga ke-17, Simon Vouet, melukis penggambaran yang indah dari dua Muses ini yang disebut “Muses Urania dan Calliope”.
Di ujung paling kiri karya itu, dia melukis Urania, berpakaian putih dan biru, dan mengenakan mahkota bintang saat dia duduk di bola dunia. Tubuhnya menghadap Calliope, tetapi wajah cantiknya menoleh ke belakang ke arah kita, para penikmat seni.
Calliope, berpakaian kuning dan merah muda, menatap Urania dengan penuh perhatian saat Urania meletakkan tangannya di bahu Calliope. Calliope memegang buku di pangkuannya. Sebuah kata yang tampak separuh, “odiss”, dapat dilihat di buku itu, yang mungkin mengidentifikasinya sebagai puisi epik Homer “Odyssey”.
Kedua Muses duduk di depan arsitektur kuno dengan kolom bergalur yang menjulang di atas kepala mereka dan di luar bidang gambar. Di sebelah kanan Muses ada tiga kerub (malaikat kecil bersayap) yang mengenakan ikat pinggang kuning, merah muda, dan biru. Kerub membawa karangan bunga laurel menuju lanskap terbuka di sisi kanan komposisi.
Panggilan untuk Memuji Kefasihan Surga
Makna apa yang bisa kita kumpulkan dari lukisan ini? Pertama-tama mari kita lihat Calliope dan Urania. Dalam karyanya berjudul “Phaedrus”, Plato menggambarkan Calliope dan Urania sebagai Muses “yang terutama peduli dengan surga dan pemikiran, keilahian serta manusia, dan mereka memiliki ucapan yang paling indah.”
Berdasarkan arti nama mereka, ketika digambarkan secara bersama-sama, mereka adalah “surga yang bersuara indah” yang menginspirasi musik, puisi, tarian, dan pengetahuan tentang surga.
Urania duduk di bola langit, yang bisa mewakili surga yang mendukungnya. Dia melihat dari balik bahunya ke arah kita, dan ekspresinya menunjukkan bahwa dia diam- diam menunggu kita. Apa yang mungkin dia tunggu untuk kita lakukan?
Sebelum kita menjawab pertanyaan itu, mari kita lihat Calliope. Dia menatap Urania dengan penuh perhatian, dan Urania meletakkan tangannya di bahu Calliope seolah-olah untuk menghiburnya. Namun, mungkin ada lebih banyak yang perlu dipertimbangkan pada tangan kedua figur ini.
Apakah Urania menyentuh Calliope sebagai cara untuk berbagi surga dengannya? Dan apakah Calliope menoleh ke arahnya untuk menerimanya? Mungkin Urania seperti saluran hal-hal surgawi, dan surga bergerak dari dan Urania sebagai Muses “yang terutama peduli dengan surga dan pemikiran, keilahian serta manusia, dan mereka memiliki ucapan yang paling indah.”
Berdasarkan arti nama mereka, ketika digambarkan secara bersama-sama, mereka adalah “surga yang bersuara indah” yang menginspirasi musik, puisi, tarian, dan pengetahuan tentang surga.
Urania duduk di bola langit, yang bisa mewakili surga yang mendukungnya. Dia melihat dari balik bahunya ke arah kita, dan ekspresinya menunjukkan bahwa dia diam- diam menunggu kita. Apa yang mungkin dia tunggu untuk kita lakukan?
Sebelum kita menjawab pertanyaan itu, mari kita lihat Calliope. Dia menatap Urania dengan penuh perhatian, dan Urania meletakkan tangannya di bahu Calliope seolah-olah untuk menghiburnya. Namun, mungkin ada lebih banyak yang perlu dipertimbangkan pada tangan kedua figur ini.
Apakah Urania menyentuh Calliope sebagai cara untuk berbagi surga dengannya? Dan apakah Calliope menoleh ke arahnya untuk menerimanya? Mungkin Urania seperti saluran hal-hal surgawi, dan surga bergerak dari bola dunia tempat dia duduk ke Calliope, yang dia sentuh.
Calliope melanjutkan pemindahan surgawi ini. Apa yang Calliope sentuh? Dengan apa dia berbagi surga? Dia menyentuh “Odyssey” karya Homer, yang menunjukkan bahwa puisi epik — sastra — adalah cara di mana kefasihan surga dibagikan. Jadi, Urania berbagi surga dengan Calliope, dan Calliope berbagi surga melalui puisi.
Dan bagaimana dengan ketiga kerub itu? Apa yang mungkin mereka wakili? Meskipun kerub-kerub itu digambarkan di belakang Calliope, secara komposisi, mereka terbang keluar dari area di mana dia memegang puisi itu. Mungkinkah mereka mewakili inspirasi untuk menciptakan puisi epik, kata-kata indah, dan ucapan yang manis?
Mereka membawa rangkaian daun laurel—simbol kemenangan—dari dua Muses. Ini adalah hal-hal yang mereka sentuh. Sejauh ini, kita dapat menganggap bahwa dua sosok lainnya berbagi surga dengan hal-hal yang mereka sentuh. Apakah ketiga kerub ini juga berbagi surga melalui rangkaian daun laurel? Saya katakan ya.
Dan kemana mereka membawanya? Mereka membawanya ke dunia kita untuk memahkotai seseorang yang berhasil menang. Dan siapa yang akan mereka mahkotai sebagai pemenang? Siapa pun di antara kita mungkin layak diilhami untuk memuji kefasihan surga. Yang dimahkotai kerub akan menjadi yang diilhami Muses.
Untuk kembali ke pertanyaan kita di atas, saya pikir inilah mengapa Urania memandang kita: Dia menyebut kita cukup layak untuk inspirasi Muses. Dan apa yang layak diilhami untuk dilakukan? Untuk berbicara atas nama kebenaran surga dengan kefasihan dan keindahan. Tatapannya bertanya, “Siapa di antara kamu yang akan kami ilhami?” (jen)
Pernahkah Anda melihat sebuah karya seni yang Anda pikir indah tetapi tidak tahu apa artinya? Dalam seri kami “Mencapai Ke Dalam: Apa yang Ditawarkan Seni Tradisional untuk Hati”, kami menafsirkan seni visual klasik dengan cara yang mungkin berwawasan moral bagi kita hari ini. Kami mencoba mendekati setiap karya seni untuk melihat bagaimana kreasi sejarah kami dapat menginspirasi dalam diri kami kebaikan bawaan kami sendiri.