Apa yang Diinginkan Xi Jinping dari Kunjungannya ke Arab Saudi?

Huang Yimei/Changchun/Zhong Yuan

Kunjungan Xi Jinping ke Arab Saudi dipandang sebagai langkah untuk menarik sekutu. Gedung Putih juga telah memperingatkan upaya Beijing untuk memperluas pengaruhnya secara global “merugikan” tatanan internasional. Beberapa cendekiawan berpendapat bahwa Timur Tengah adalah wilayah yang kompleks,  jika kebijakan luar negeri Beijing gagal menjaga keseimbangan antara Syiah Iran dan Sunni Arab Saudi, maka bisa menimbulkan reaksi balik yang signifikan.

 Xi Jinping melawat ke Arab Saudi pada 7 Desember untuk kunjungan kenegaraan selama tiga hari. John Kirby, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, mengatakan bahwa Beijing sedang berusaha menyebarkan pengaruhnya ke seluruh dunia, dan Timur Tengah tidak diragukan lagi merupakan salah satu wilayah di mana mereka ingin memperdalam pengaruhnya.

Komentator yang berbasis di AS, Tang Jingyuan berkata : “Hubungan antara Arab Saudi dan pemerintahan Biden sekarang telah memburuk, sehingga Partai Komunis Tiongkok ingin memanfaatkan situasi tersebut untuk memecah belah sekutu AS. Tujuannya  menggunakan Arab Saudi sebagai pegangan untuk mengguncang atau bahkan membentuk kembali lanskap politik Timur Tengah. Kunjungan Xi Jinping ke Arab Saudi sebenarnya merupakan demonstrasi bahwa Partai Komunis Tiongkok mulai bergerak ke lingkup pengaruh sekutu tradisionalnya di AS. Ini adalah langkah terbaru dalam persaingan AS-Tiongkok.

Hubungan antara AS dan Arab Saudi telah mencapai titik terendah sejak pembunuhan seorang wartawan Washington Post. Kunjungan Xi Jinping dipandang sebagai langkah untuk menarik sekutu.

Su Ziyun, direktur Institut Strategi dan Industri Militer di Institut Studi Pertahanan dan Keamanan Taiwan, mengatakan, “Sejak Presiden Biden berkuasa, dia telah beberapa kali menekankan hak asasi manusia dan menganggap Arab Saudi bukan negara demokratis, jadi dia telah memberikan paku lunak dalam hal penjualan beberapa senjata. Hal ini telah menyebabkan pergeseran garis diplomatik Arab Saudi. Ada kemungkinan bahwa Beijing akan ditarik untuk menyeimbangkan situasi. Jika ada perubahan dalam situasi politik di Timur Tengah, maka akan memberi pengaruh pada politik dan ekonomi global, dan ini adalah masalah yang akan lebih diperhatikan oleh Eropa dan AS.

Pada tahun 2021, Amerika Serikat menangguhkan negosiasi penjualan jet tempur ke UEA, sebagian karena kekhawatiran pemasok teknologi UEA, Huawei, mungkin mencuri rahasia militer. Akhirnya, UEA membeli jet tempur Tiongkok.

Su Ziyun berkata : “Seluruh ekonomi Partai Komunis Tiongkok telah mencapai batas atas, bahkan investasi asing mulai menarik diri. Jadi, jika Arab Saudi menjalin hubungan ekonomi dan perdagangan yang lebih dekat dengan Partai Komunis Tiongkok, maka perusahaan Tiongkok akan memiliki kesempatan untuk menemukan pasar baru di wilayah Negara Teluk, atau setidaknya mengubahnya menjadi garis hidup untuk jangka waktu yang singkat. Jadi, saat ini Arab Saudi membutuhkan teknologi Partai Komunis Tiongkok untuk mendukung teknologi energi baru dan  pengembangan militernya.”

Bagi Partai Komunis Tiongkok, Arab Saudi tidak diragukan lagi merupakan pilihan pertama, mengingat bahwa negara-negara Teluk kaya akan uang tunai dan dapat menyediakan lingkungan politik yang stabil untuk melakukan bisnis.

Su Ziyun: ” Partai Komunis Tiongkok ternyata hanya memiliki satu sekutu yang solid di Timur Tengah yakni Iran. Sedangkan Iran dan Arab Saudi sebenarnya bertentangan. Jika Xi Jinping dan Arab Saudi memperdalam hubungan mereka, Beijing mungkin tidak akan mendukung Iran. Saya pikir Beijing sekarang berpikir dengan cara ini tentang seluruh situasi Timur Tengah, yaitu, mengambil keuntungan dari situasi tersebut, tetapi masih  beresiko.

Analisis menunjukkan bahwa tujuan ekspansi PKT adalah apa yang disebut impian Tiongkok yang ada dalam pikiran Xi Jinping. Selain memuaskan apa yang disebut kebangkitan nasional, ada juga dorongan baru dalam hal aliansi ekonomi.

Tang Jingyuan: “Jika Partai Komunis Tiongkok memperluas pengaruhnya ke Timur Tengah, maka  akan berdampak serius pada pasokan energi seluruh komunitas internasional.  Hal ini tidak hanya dapat mengancam keamanan impor energi dari negara lain, tetapi juga dapat menyebabkan perubahan harga energi akibat perubahan dalam lanskap pasokan energi. 

The New York Times mencatat bahwa Tiongkok adalah mitra dagang terbesar Arab Saudi, awalnya untuk minyak, tetapi kemudian menjadi lebih kompleks, melibatkan penjualan senjata, transfer teknologi, dan proyek infrastruktur.  Arab Saudi adalah pemasok minyak terbesar Tiongkok. Sebagai negara otoriter yang bersedia mengabaikan pelanggaran hak asasi manusia satu sama lain, kedua pemerintah telah menemukan penyebab yang sama.

Su Ziyun: “Wilayah Timur Tengah benar-benar terlalu rumit, Iran adalah Syiah dan Arab Saudi adalah Sunni. Jadi,  Partai Komunis Tiongkok ingin menyenangkan kedua belah pihak di Timur Tengah. Jika garis diplomatik atau kebijakan ini tidak dapat menjaga keseimbangan, maka akan menghadapi banyak pukulan balik. 

BBC melaporkan bahwa Xi Jinping telah bertemu dengan para pemimpin dari lebih dari 30 negara dalam sebulan terakhir. Tujuannya adalah untuk menciptakan lingkungan internasional yang lebih ramah bagi dirinya sendiri. Strategi ‘memecah belah dan menaklukkan’ yang diadopsi oleh Xi Jinping telah menggagalkan kerja sama yang lebih besar antara kekuatan Barat dan sekutu mereka. Namun, Economist Intelligence Unit (EIU) percaya bahwa sepertinya tujuan ini tidak akan tercapai. (hui)

FOKUS DUNIA

NEWS