Dorothy Li
Apa tujuan hidup kita? legenda dari Tiongkok dan tempat lainnya mengatakan bahwa Tuhan menciptakan manusia dengan rupa-Nya sendiri. Dengan mengikuti perintah Surgawi, umat manusia dapat menjalani kehidupan yang harmonis, sambil menunggu kedatangan Sang Pencipta.
Namun, komunisme membenci ide-ide tradisional ini. Sejak merebut kekuasaan pada tahun 1949, Partai Komunis Tiongkok (PKT) berulang kali meluncurkan kampanye berdarah untuk memberangus kepercayaan dan nilai-nilai tradisional, menghancurkan fondasi salah satu peradaban tertua di dunia.
Dengan menghancurkan tradisi Tiongkok dan menggantinya dengan ideologi komunis, rezim ini telah mengindoktrinasi generasi demi generasi supaya hanya percaya pada PKT dan pandangan dunia ateisnya. Akibatnya, banyak orang yang kehilangan hubungan dengan budaya dan kepercayaan Tiongkok yang telah berusia 5.000 tahun.
Pada kesempatan Tahun Baru Imlek, Master Li Hongzhi, pendiri latihan spiritual Falun Gong, menerbitkan sebuah artikel berjudul “Mengapa Ada Umat Manusia,” yang mencerahkan orang Tionghoa di dalam dan luar negeri.
“Ini adalah pertama kalinya bagi saya untuk mempelajari penjelasan yang komprehensif tentang bagaimana manusia muncul, Apa yang dikatakan Guru Li sangat masuk akal dan sangat teliti,” kata Gu Guoping, seorang mantan dosen di Universitas Shanghai dan penduduk Shanghai yang bukan pengikut Falun Gong.
Senada dengan pendapatnya, Daniel Lou Xinyue, seorang pengusaha Tionghoa-Amerika yang tinggal di New York, merasa kagum dengan insight Mr Li tentang alam semesta, termasuk bagaimana alam semesta diciptakan dan tersusun.
“Saya belum pernah mendengar penjelasan sejelas yang diberikan oleh Li Hongzhi,” kata Lou kepada The Epoch Times.
Falun Gong, juga dikenal sebagai Falun Dafa, adalah sebuah disiplin yang berakar pada tradisi Tiongkok kuno yang melibatkan peningkatan moral yang mengarah pada pencerahan spiritual. Latihan ini terdiri dari latihan meditasi dan serangkaian ajaran moral yang berpusat pada prinsip-prinsip Sejati, Baik dan Sabar.
Lou telah lama tertarik pada sejarah dan budaya klasik. Tumbuh dalam budaya timur, dia mendengar tentang 18 alam neraka dari kitab suci Buddha. Dia juga menjelajahi karya-karya dari agama-agama barat, seperti Alkitab, di mana dia menemukan deskripsi tentang surga.
Namun, seperti apakah seluruh alam semesta? “Tidak ada yang pernah menggambarkannya dengan jelas kepada saya,” katanya.
Tulisan Master Li sangat layak untuk dibaca, bahkan jika orang tidak tertarik untuk melakukan latihan spiritual itu sendiri.
“Saya pikir artikel itu sangat penting bagi umat manusia dan juga sejarah pemikiran manusia,” kata Lou.
Ketika ditanya tentang alasannya, Lou menunjuk pada baris pertama dari teks tersebut.
Dalam pembukaan artikel tersebut, Li menyatakan, ” Bahaya yang saya lihat terus mendekati umat manusia selangkah demi selangkah. Untuk itu para Makhluk Ilahi meminta saya untuk memberikan beberapa patah kata yang hendak disampaikan kepada makhluk hidup di dunia.”
Mr Li menjelaskan bahwa ada makhluk ilahi, kata Lou.
“Sekarang, kebanyakan orang … telah lupa bahwa ada makhluk ilahi yang mengendalikan dan menjaga tatanan dunia yang ada.
“Mengapa era ini mengalami kerusakan moral? Karena kebanyakan manusia telah melupakan Sang Pencipta dan Tuhan mereka. Mereka bahkan lupa bahwa manusia memiliki jiwa, yang oleh Master Li disebut sebagai ‘jiwa sejati’, yang tidak akan mati seiring dengan matinya tubuh fisik,” katanya.
Hanya dengan mengetahui hal ini, Lou menambahkan, manusia dapat bertahan dalam melakukan hal-hal baik, terutama di tengah-tengah pengalaman yang menyakitkan.
COVID dan Ganjaran
Tinggal di negara yang sedang dilanda wabah COVID yang parah, Gu mengatakan bahwa ia lebih terkesan dengan penjelasan Master Li mengenai alasan di balik gagasan tradisional, “Anda menuai apa yang Anda tabur.”
Dalam artikel tersebut, Master Li menyatakan: ” Sebenarnya segala sesuatu dalam hidup manusia, pantas mendapatkannya atau tidak, semuanya adalah sebab akibat dari kebaikan dan keburukan yang telah dilakukan pada kehidupan sebelumnya yang menumbuhkan buah pada kehidupan setelahnya, berapa banyak pahala kebajikan yang dikumpulkan pada kehidupan sebelumnya akan menentukan berapa banyak keberuntungan yang diperoleh pada kehidupan ini atau kehidupan berikutnya.”
Budaya Timur telah lama memiliki kepercayaan bahwa karma akan bertambah dengan perbuatan buruk atau tidak bermoral, dan ini akan terbayar di kehidupan ini atau kehidupan berikutnya.
Konsep pembalasan karma ini, menurut Gu, menjelaskan melonjaknya jumlah kematian di kalangan pejabat dan tokoh masyarakat yang terkait erat dengan Partai Komunis Tiongkok (PKT) di tengah krisis COVID saat ini.
“[PKT] telah mengambil organ tubuh dari praktisi Falun Gong yang masih hidup. Itu adalah kekejaman yang benar-benar anti kemanusiaan. Itulah mengapa virus ini menyerang [orang-orang yang selaras dengan Partai],” kata Gu.
Karena popularitas Falun Gong yang luar biasa, PKT memberlakukan penindasan secara brutal terhadap latihan ini pada tahun 1999, yang mengakibatkan sekitar 100 juta pengikutnya menjadi target penahanan, penyiksaan, dan pengambilan paksa organ tubuh.
Pada tahun 2019, pengadilan independen menemukan bahwa rezim komunis telah membunuh para tahanan hati nurani untuk diambil organnya guna memasok pasar transplantasi “dalam skala yang signifikan” selama bertahun-tahun, tanpa ada bukti bahwa praktik tersebut telah berhenti. Korban utama, kata pengadilan, adalah para praktisi Falun Gong yang ditahan.
Kini, dengan COVID yang menyebar seperti api di seluruh negeri, Gu mengatakan artikel Li dapat membantu masyarakat Tiongkok untuk mengevaluasi kembali kehidupan mereka.
“[Artikel itu] adalah pengingat bagi orang-orang untuk mengevaluasi kembali bagaimana mereka menjalani hidup mereka dan memandang dunia, ini sangat penting dan waktunya tepat.”
Penting bagi Kemanusiaan
Sejak membaca artikel tersebut, Lou sudah mulai memahami kehidupan sehari-hari dan tujuan hidupnya melalui perspektif yang baru.
“Artikel ini mengubah cara saya memandang dunia, kehidupan, dan juga perilaku saya,” kata Lou.
“Menjadikan saya lebih gigih agar tetap berperilaku dan bertindak baik.”
Meskipun dia tidak berlatih Falun Gong, Lou mengatakan bahwa dia telah merekomendasikan karya Master Li kepada teman-temannya.
“Sebelumnya, ajaran-ajaran Master Li hanya untuk pengikut Falun Gong. Tapi sekarang Li menyampaikan pesan kepada semua manusia.”
“Menurut pemahaman saya, Master Li ingin lebih banyak orang diselamatkan saat ini. “
“Saya terus membagikan artikel ini … Saya pikir semua orang harus melakukannya karena ini adalah pesan yang sangat penting bagi semua manusia, tidak peduli apakah Anda berada di Barat atau Timur. Saya merekomendasikannya kepada semua orang.”
Shi Ping dan Luo Ya berkontribusi dalam laporan ini.