Ellen Wan
Ketika perangkat digital seperti ponsel pintar semakin menjamur, anak-anak muda yang menderita gangguan penglihatan yang disebut strabismus terus meningkat. Kelainan ini menyebabkan mata tidak sejajar satu sama lain saat melihat suatu objek. Strabismus dapat menyebabkan mata menyilang ke dalam (esotropia) atau keluar (eksotropia).
Para dokter mata mendesak untuk membatasi penggunaan ponsel yang berlebihan pada anak-anak.
Koji Kawamoto, seorang spesialis oftalmologi di Jepang, menerbitkan buku “スマホ失明” (Smartphone dan Kebutaan) pada tahun 2022. Dia menulis bahwa menghabiskan banyak waktu untuk melihat ponsel pintar dapat menyebabkan mata seseorang terpaku pada posisi fokus ke dalam. Dalam jangka panjang dapat menyebabkan Acute Acquired Comitant Esotropia (AACE). AACE sering terjadi pada pasien rabun yang melihat objek dekat dalam waktu yang lama.
AACE adalah kondisi sementara yang dapat diatasi dengan menghindari melihat benda-benda jarak dekat. Namun, dengan penggunaan smartphone dalam jangka panjang, gejala esotropia menjadi sulit untuk diperbaiki. Semakin banyak pasien yang membutuhkan perawatan bedah.
Menurut laporan berbasis kuesioner oleh Asosiasi Oftalmologi Anak Jepang dan Asosiasi untuk Strabismus dan Ambliopia pada tahun 2019, 158 dari 371 dokter mata berkonsultasi dengan pasien AACE yang berusia antara 5 hingga 35 tahun pada tahun 2018. Dan 122 dokter mata mengatakan bahwa penyakit ini terkait dengan penggunaan perangkat digital yang berlebihan seperti ponsel pintar, terutama di kalangan anak-anak di bawah 12 tahun.
AACE dan Penggunaan Produk 3C yang Berlebihan
Weng Shaowei, seorang dokter spesialis mata di Taiwan, mengatakan bahwa insiden AACE telah meningkat di kalangan anak muda berusia 10 hingga 20 tahun karena penggunaan produk elektronik “3C” (komputer, komunikasi, dan konsumer) yang berlebihan.
Weng mengatakan bahwa esotropia biasanya disebabkan oleh penyakit lain seperti kelainan refraksi yang tinggi, cedera otot ekstraokular, peradangan, hipertiroidisme, miastenia gravis, rinosinusitis kronis, dan gejala sisa pembedahan. Tekanan pada saraf akibat tumor otak juga dapat menyebabkan kondisi ini.
Jika orang dewasa tiba-tiba mengalami AACE, ia akan melihat dua gambar ketika melihat satu objek. Pasien tidak dapat menggabungkan gambar tersebut secara visual; ketidakmampuan ini disebut “diplopia”.
Weng mengatakan bahwa ketika orang melihat ponsel mereka, jarak pandang sekitar 20 hingga 30 sentimeter, yang mempengaruhi kemampuan penggabungan visual mereka dalam jangka panjang. Selain itu, bagi penderita esotropia, gejalanya dapat dengan cepat berkembang menjadi AACE.
Jika penyakit sistemik, peradangan, cedera eksternal, dan masalah otak tak termasuk dalam penyebab esotropia, dokter mata akan menggunakan terapi Botulinum toksin (Botox) untuk mengendurkan kontraksi otot yang berlebihan tanpa pembedahan. Sayangnya, terapi ini tidak dapat menyembuhkan pasien AACE. Beberapa pasien kambuh setelah menjalani terapi Botox dan pada akhirnya membutuhkan pembedahan atau kacamata prisma.
Weng menyarankan agar para orangtua mencegah anak-anak menggunakan produk 3C dalam jangka panjang. Ketika anak Anda mengeluh tentang diplopia, kelelahan, atau sakit kepala atau menutup satu mata di bawah sinar matahari yang cerah, Anda harus berhati-hati karena anak tersebut mungkin telah mengembangkan gejala esotropia. Bawalah anak Anda ke dokter sesegera mungkin. Jika seseorang menderita esotropia sudut yang sangat besar, yang tidak dapat disembuhkan dengan cepat, maka akan menyebabkan banyak ketidaknyamanan. Untuk anak-anak, esotropia jangka panjang dapat merusak fungsi penglihatan dan bahkan menyebabkan ambliopia (disebut juga “mata malas”).
Zheng Jie, Ph.D. dalam ilmu kedokteran dari University of Tokyo di Jepang, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan The Epoch Times bahwa remaja yang masih mengembangkan fungsi visual mereka harus memperhatikan hal-hal berikut:
Pertahankan jarak layar ke mata 50 cm untuk komputer dan 30 cm atau lebih untuk ponsel pintar
- Batasi waktu bermain video game atau melihat smartphone setiap hari;
- Saat menggunakan layar, ingatlah untuk memalingkan pandangan ke objek yang jauh setelah setiap periode 10 hingga 20 menit; dan
- Berpartisipasi dalam kegiatan di luar ruangan.
Ellen Wan telah bekerja untuk The Epoch Times edisi Jepang sejak tahun 2007