Epoch Times
Mantan Menteri Luar Negeri AS Pompeo menerbitkan memoar berjudul “Never Give an Inch: Fighting for the America I Love” di Amerika Serikat pada 24 Januari tahun ini.
Sebelum memoar tersebut resmi dipublikasikan, sebagian isinya telah terungkap terlebih dahulu. Media Korea Selatan melaporkan bahwa ketika Pompeo mengunjungi Korea Utara, Kim Jong-un berteriak pada saat itu: “Orang Tiongkok semuanya pembohong, Semenanjung Korea membutuhkan Pasukan Militer Amerika Serikat yang mangkal di Korea Selatan, barulah dapat menghindari ancaman dari PKT (Partai Komunis Tiongkok).”
PKT adalah pembohong, membutuhkan orang Amerika di Korea Selatan
Menurut media Korea Selatan “Chosun Ilbo”, Pompeo mengatakan dalam memoarnya bahwa pada Maret 2018, ia diam-diam mengunjungi Pyongyang dengan status sebagai direktur Badan Intelijen Pusat AS (CIA).
Saat bertemu dengan Kim Jong-un, Pompeo mengatakan: “Partai Komunis Tiongkok selalu menyatakan bahwa ‘Ketua komite Kim (Jong-un) akan sangat bahagia setelah pasukan AS yang ditempatkan di Korea Selatan meninggalkan Korea Selatan’.”
“Setelah mendengar kalimat ini, Kim (Jong-un) tertawa, dan berteriak ‘orang Tiongkok semuanya pembohong,’ dan menggebrak meja dengan bersemangat.” tulis Pompeo, “Kim Jong-un mengatakan, untuk melindungi dirinya sendiri, dan mewaspadai diperintah oleh PKT, ia membutuhkan orang Amerika di Korea Selatan, sedangkan PKT membutuhkan AS mundur agar dapat memperlakukan semenanjung Korea seperti terhadap Tibet dan Xinjiang.”
Laporan tersebut mengatakan, hal ini menunjukkan bahwa Kim Jong-un menyadari ancaman dari Partai Komunis Tiongkok. Pompeo menulis: “Kim Jong-un perlu perlindungan (dari ancaman militer AS terhadap Partai Komunis Tiongkok). Saya telah meremehkan betapa pentingnya hal ini baginya. Orang Korea Utara sama sekali tidak membenci Amerika Serikat yang meningkatkan kemampuan rudal dan tempur daratnya di semenanjung Korea.”
Pada 26 Januari, artikel “Chosun Ilbo” Korea Selatan mengutip kesaksian Park Ji-won, mantan kepala Badan Intelijen Nasional negara itu, yang mengatakan benar bahwa Kim Jong-un, ketua Komisi Pertahanan Nasional Korea Utara, berharap penempatan pasukan AS di Korea Selatan adalah realita, dan “(ayah Kim Jong-un) mantan Komisaris Pertahanan Nasional Korea Utara Kim Jong Il juga pernah demikian.” Imbuhnya.
Park Ji-won mengatakan pada program media Korea (SBS “Pertunjukan Politik Kim Tae-hyun”) pada 24 Januari: “Selama pertemuan puncak Utara-Selatan pada 15 Juni 2000, Kim Jong-il pernah berkata kepada mantan Presiden Korea Selatan Kim Dae-jung, ‘Saya sangat tidak percaya dengan Tiongkok. (Partai Komunis Tiongkok)’.”
“Ini (dengan pernyataan Kim Jong-un) benar-benar konsisten. Saat itu saya mendengarnya dari samping. Kim Jong-il pada saat itu berkata, “Untuk menjaga keseimbangan kekuatan di Asia Timur Laut, meskipun semenanjung Korea telah bersatu, militer AS yang ditempatkan di Korea Selatan harus tetap di sana.” Dia sangat tidak percaya pada Tiongkok, Rusia dan Jepang. Terutama tingkat ketidakpercayaannya terhadap Tiongkok sangat tinggi.”
Ketika KTT Korea Selatan-Utara diadakan pada 15 Juni 2000, Park Ji-won saat itu adalah Menteri Kebudayaan dan Pariwisata. Park Ji-won juga mengenang: “Ketika itu, Kim Dae-jung bertanya, ‘Mengapa Anda selalu berbicara tentang penarikan militer AS sepanjang hari?’ Kim Jong-il menjawab sambil tersenyum, itu adalah ‘kebutuhan politik dalam negeri’, “Dari sudut pandang ini, Kim Jong Il dan Kim Jong Un telah memenuhi warisan yang ditinggalkan oleh Kim Il Sung.”
Kesan Pompeo terhadap Xi Jinping dan Kim Jong Un
Pompeo juga menuliskan kesannya terhadap Kim Jong-un dan Xi Jinping dalam memoarnya, dia menyebut Kim Jong-un, yang mengeksekusi pamannya Jang Song-taek dan lainnya, sebagai “kodok buduk haus darah (bloodthirsty toad)”, tetapi dia berkomentar: “Orang paling berbahaya di dunia” adalah Xi Jinping, Presiden Partai Komunis Tiongkok.
Pompeo berkata: “Saya pribadi berpikir bahwa Xi Jinping sangat licik dan busuk hati. Meskipun Putin jahat, tetapi dia bisa lucu dan menyenangkan, tetapi Xi Jinping memiliki sepasang mata mati (dead eyed) yang luar biasa. Saya belum pernah melihat (Xi Jinping) tersenyum tanpa sengaja. PKT hampir tidak memberi Kim Jong-un sedikit ruang untuk bernegosiasi dan berkompromi, dan masalah Korea Utara harus dianggap sebagai pertarungan proxy dengan PKT.”
Kim Jong Un menerima ‘panggilan penting’ setiap 45 menit
Dalam memoarnya, Pompeo juga mencatat beberapa peristiwa menarik terkait Kim Jong-un. Setiap 45 menit Kim Jong-un menyela percakapan dengan alasan “panggilan telepon penting”, sebenarnya keluar untuk merokok. Kim Jong-un adalah seorang perokok berat.”
Dia juga mengusulkan kepada Kim Jong Un bahwa jika negosiasi berjalan dengan baik, dia akan diundang ke pantai terindah di Miami, AS, untuk merokok cerutu Kuba terbaik di dunia. Tapi Kim Jong-un berkata: “Saya telah menjalin hubungan baik dengan ‘Castros’.”
Pada 2017, mantan Presiden AS Donald Trump pertama kali menyebut Kim Jong-un sebagai “pria roket kecil (little rocket man)” di Twitter. Selama masa kepresidenannya, ia juga secara terbuka menggunakan istilah tersebut dalam pidatonya di Majelis Umum PBB.
Ketika Kim Jong-un bertemu Trump untuk pertama kalinya di Singapura pada Juni 2018, Trump menjelaskan bahwa dia berniat baik untuk menamai Kim Jong-un “Little Rocket Man” meminjam judul lagu penyanyi Inggris Elton John, dan Kim Jong. -un menjawab: “‘Rocket Man’ OK, tapi ‘kecil/Little’ not OK.”
Wabah di A.S. meletus, Trump Khawatir PKT Menjadikan Peralatan Medis sebagai Sandera
Pompeo juga mengungkapkan dalam buku itu bahwa Trump tidak puas dengan dia gara-gara membuat marah Xi Jinping.
Dalam pembicaraan via telepon pada 26 Maret 2020, Xi Jinping mengeluh bahwa anggota kabinet Trump “menyabotase” kesepakatan perdagangan fase satu yang baru saja ditandatangani antara AS dan Tiongkok. “Orang sialan itu membencimu,” kata Trump kepada Pompeo sesudahnya.
Trump menyalahkan Pompeo karena membahayakan semua orang dengan membuat marah PKT. Sebagian alasannya adalah bahwa Amerika Serikat berada di tengah wabah dan perlu bergantung pada PKT untuk menyediakan peralatan perlindungan medis. “Kita membutuhkan peralatan medis, dan itu atas belas kasih Partai Komunis Tiongkok.” kata Trump.
Pompeo percaya bahwa Xi Jinping ingin Trump memecatnya. Dia mengatakan dalam memoarnya bahwa sehari sebelum kedua pria itu berbicara, Pompeo secara terbuka menuduh PKT berulang kali menunda berbagi informasi tentang virus PKT dengan dunia luar dan menyebarkan informasi palsu. Trump mengatakan kepada Pompeo untuk tetap diam, dan dia harus memenuhi permintaan presiden untuk tidak mengkritik Beijing, tetapi “di saat yang sama menunggu kesempatan dengan berdiam diri.” (lin)