The Associated Press
Presiden Iran Ebrahim Raisi akan bertemu dengan mitranya Xi Jinping dalam lawatannya selama tiga hari di Tiongkok yang dimulai pada Selasa 14 Februari, di tengah upaya kedua negara yang merupakan saingan Amerika Serikat (AS) untuk menjalin kerja sama lebih lanjut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri RRT Hua Chunying pada Minggu 12 Februari mengatakan bahwa kunjungan Raisi adalah atas undangan Xi.
Raisi akan bertemu dengan Xi dan delegasi mereka akan menandatangani dokumen kerja sama, menurut kantor berita pemerintah Iran, IRNA. Pertemuan dengan para pemimpin bisnis Iran dan Tiongkok serta ekspatriat Iran di Tiongkok juga merupakan bagian dari rencana kunjungannya, lanjut laporan tersebut.
Ekspektasi lawatan Raisi adalah mempererat hubungan antara kedua mitra politik dan ekonomi yang menentang dominasi demokrasi liberal yang dipimpin oleh Amerika Serikat dalam urusan-urusan internasional.
Kedua pemimpin bertemu September lalu di Samarkand, Uzbekistan, ketika Xi menggarisbawahi dukungan Tiongkok untuk kepemimpinan Iran, yang tengah menghadapi protes massal di dalam negeri.
Pada Desember, Raisi berjanji untuk tetap berkomitmen untuk memperdalam kemitraan strategis selama pertemuan dengan Wakil Perdana Menteri Hu Chunhua di Teheran.
Tiongkok adalah pembeli utama minyak Iran dan sumber investasi penting di negara Timur Tengah tersebut. Pada 2021, Iran dan Tiongkok menandatangani perjanjian kerja sama strategis selama 25 tahun yang mencakup kegiatan ekonomi utama mulai dari minyak dan pertambangan hingga industri, transportasi, dan pertanian.
Kedua negara memiliki hubungan yang tegang dengan Amerika Serikat, dan berusaha memproyeksikan diri mereka sebagai penyeimbang kekuatan Amerika bersama Rusia.
Washington menuduh Iran yang “otoriter” menjual ratusan drone serang ke Rusia untuk perangnya di Ukraina dan menjatuhkan sanksi kepada para eksekutif produsen drone Iran. Pada saat yang sama, hubungan antara Moskow dan Beijing semakin kuat.
Rezim Iran pada Sabtu 11 Februari merayakan ulang tahun ke-44 Revolusi Islam 1979 di tengah-tengah protes anti-pemerintah di seluruh negeri dan ketegangan yang meningkat dengan sekutu-sekutu AS. (asr)