Reuters
Gempa kembali mengguncang wilayah perbatasan Turki dan Suriah pada Senin 20 Februari, hanya dua minggu setelah wilayah tersebut dilanda gempa besar yang menewaskan lebih dari 47.000 orang dan merusak atau menghancurkan ratusan ribu rumah.
Gempa pada 20 Februari, kali ini berkekuatan magnitudo 6,4, berpusat di dekat kota Antakya, Turki selatan dan terasa hingga ke Suriah, Mesir dan Lebanon.
Gempa ini terjadi pada kedalaman 10 kilometer (6,2 mil), demikian laporan Pusat Seismologi Mediterania Eropa (EMSC).
Walikota Hatay, Lutfu Savas, mengatakan kepada penyiar HaberTurk bahwa ia menerima laporan mengenai beberapa orang yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan setelah gempa terakhir. Tiga orang tewas dan lebih dari 200 orang terluka, ujar Menteri Dalam Negeri Suleyman Soylu.
Di Samandag, di mana Otoritas Manajemen Bencana dan Darurat negara, AFAD, melaporkan seorang tewas, penduduk mengatakan lebih banyak bangunan yang runtuh namun sebagian besar penduduk mengungsi setelah gempa-gempa pertama. Gundukan puing-puing dan perabotan yang dibuang berjejer di jalanan yang gelap dan terbengkalai.
Muna Al Omar mengatakan bahwa ia sedang berada di sebuah tenda di sebuah taman di pusat kota Antakya ketika tanah mulai bergetar lagi.
“Saya pikir bumi akan terbelah di bawah kaki saya,” katanya, sambil menangis dan menggendong putranya yang berusia 7 tahun.
Beberapa jam sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan dalam sebuah kunjungan ke Turki bahwa Washington akan membantu “selama yang diperlukan” karena operasi penyelamatan setelah gempa bumi 6 Februari dan gempa susulannya mulai mereda, dan fokusnya beralih ke pekerjaan penampungan dan rekonstruksi yang mendesak.
Jumlah korban tewas akibat gempa bumi dua minggu yang lalu bertambah menjadi 41.156 orang di Turki, demikian laporan AFAD pada Senin 20 Februari, dan diperkirakan akan terus bertambah, dengan 385.000 apartemen diketahui hancur atau rusak parah dan banyak orang yang masih dinyatakan hilang.
Presiden Tayyip Erdogan mengatakan bahwa pekerjaan konstruksi hampir 200.000 apartemen di 11 provinsi yang dilanda gempa bumi di Turki akan dimulai bulan depan.
Total bantuan kemanusiaan AS untuk mendukung tanggap darurat gempa bumi di Turki dan Suriah telah mencapai 185 juta dolar, kata Departemen Luar Negeri AS.
Di antara para korban gempa bumi terdapat sekitar 356.000 wanita hamil yang sangat membutuhkan akses ke layanan kesehatan, demikian ungkap badan kesehatan seksual dan reproduksi PBB.
Mereka termasuk 226.000 wanita di Turki dan 130.000 di Suriah, sekitar 38.800 di antaranya akan melahirkan pada bulan depan. Banyak dari mereka berlindung di kamp-kamp atau terpapar suhu membeku dan berjibaku untuk mendapatkan makanan atau air bersih.
Bantuan Suriah
Di Suriah, yang mana telah porak-poranda akibat perang saudara selama lebih dari satu dasawarsa, sebagian besar kematian terjadi di wilayah barat laut, di mana Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa 4.525 orang tewas. Daerah ini dikuasai oleh pemberontak yang berperang dengan pasukan yang setia kepada Presiden Bashar al-Assad, sehingga mempersulit upaya bantuan.
Para pejabat Suriah mengatakan 1.414 orang tewas di daerah-daerah yang berada di bawah kendali pemerintah Assad.
Lembaga amal medis Medecins Sans Frontieres (MSF) mengatakan bahwa konvoi 14 truknya telah memasuki wilayah barat laut Suriah dari Turki pada Minggu untuk membantu operasi penyelamatan.
Program Pangan Dunia (WFP) juga telah menekan pihak berwenang di wilayah tersebut untuk menghentikan pemblokiran akses bantuan dari wilayah-wilayah yang dikuasai pemerintah Suriah.
Hingga Senin pagi, 197 truk yang sarat dengan bantuan kemanusiaan PBB telah memasuki Suriah barat laut melalui dua penyeberangan perbatasan, kata juru bicara Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB.
Ribuan pengungsi Suriah di Turki telah kembali ke rumah mereka di barat laut Suriah untuk berhubungan dengan kerabat yang terkena dampak bencana.
Di penyeberangan perbatasan Cilvegozu, Turki, ratusan warga Suriah mengantre sejak Senin pagi untuk menyeberang.
Mustafa Hannan, yang mengantar istrinya yang sedang hamil dan putranya yang berusia 3 tahun, mengatakan bahwa ia melihat sekitar 350 orang sedang menunggu.
Teknisi mobil berusia 27 tahun itu mengatakan keluarganya akan pergi selama beberapa bulan setelah rumah mereka di Antakya runtuh, dengan mengambil janji dari pihak berwenang yang mengizinkan mereka untuk tinggal hingga enam bulan di Suriah tanpa kehilangan kesempatan untuk kembali ke Turki.
“Saya khawatir mereka tidak akan diizinkan kembali, Kami sudah dipisahkan dari negara kami. Apakah kami akan dipisahkan dari keluarga kami sekarang juga? Jika saya membangun kembali di sini tapi mereka tidak bisa kembali, hidup saya akan hancur.”
Oleh Ali Kucukgocmen dan Henriette Chacar